Pada tanggal 21 Februari 2018, saya mengajak isteri naik kereta api menuju Bogor untuk menjadi narasumber acara Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Jakarta Selatan di Puncak, Jawa Barat.
Untuk menuju ke stasiun kereta api Pasar Minggu, kami memesan GoCar. Dalam perjalanan saya berbincang dengan Driver Online yang membawa kami bernama Stef. Anak muda itu mengaku sudah berkeluarga dan mempunyai dua anak. Semula kerja, setelah di PHK
(Pemutusan Hubungan Kerja), terpaksa menjadi Driver GoCar.
Salah satu fenomena yang kita temui dan saksikan di jalanan setiap hari ialah banyaknya pemuda yang menjadi Driver Ojek baik GoJek maupun Grab, sehingga jalanan bertambah macet dan semrawut. Dia mengatakan karena sulit mencari pekerjaan, sehingga terpaksa menjadi pengojek.
Hal itu diakui Stef yang mengaku bapaknya dari Manado, bahwa mencari pekerjaan sekarang cukup sulit. Ia menjadi pengemudi GoCar karena terpaksa demi menghidupi dua anak dan seorang isteri.
Ngobrol di Kereta Api
Di dalam kereta api, semula saya berdiri, kemudian mulai di stasiun pemberhentian Universitas Indonesia, banyak penumpang turun, sehingga saya bisa duduk dan seorang anak muda bernama Raka, tamatan SMK di Yogyakarta ikut duduk disamping kanan saya. Setelah berkenalan saya berbincang dan ketika menanyakan kebenaran pernyataan Stef, Driver GoCar tentang sulitnya mencari pekerjaan, ia mengamini sulitnya mencari kerja sekarang.
Hal yang sama diucapkan Asep, warga Bogor yang bersama isterinya dan seorang anaknya yang masih kecil habis menjenguk orang tua di Jakarta. Dia menyapa saya karena dia sering melihat saya di TV. Setelah berbincang dia mengatakan memang sulit mencari pekerjaan sekarang.
Akan tetapi menurut Emir, pegawai di Alam Sutera Tangerang yang duduk disamping kiri saya mengatakan bahwa mencari pekerjaan tidak sulit. Yang penting ada pengalaman karena perusahaan banyak membutuhkan karyawan yang sudah mempunyai pengalaman kerja. Karena itu, dia menyarankan supaya para pencari kerja terutama yang bergelar S1 jangan memilih-milih pekerjaan. Pasalnya banyak sarjana bergelar S1 yang menganggur.
Memihaki Usaha Pribumi
Masyarakat sekarang banyak mengalami kesulitan. Pasalnya pembangunan ekonomi yang dilakukan dengan menghadirkan investasi dari China ternyata tidak memberi manfaat bagi bangsa Indonesia. Semuanya dibawa dari China termasuk pekerja kasar.
Kita apresiasi China berinvestasi di Indonesia, namun model investasi yang dilakukan tidak memberi manfaat bagi bangsa Indonesia, sehingga mendesak untuk diakhiri investasi yang tidak memberi manfaat bagi bangsa Indonesia.
Jalan keluar menurut saya, pemerintah harus melindungi dan mengembangkan industri, perdagangan, dan segala macam usaha pribumi di dalam negeri. Tidak boleh seperti sekarang, Indonesia menjadi tempat memproduksi barang dan jasa negara lain, menjadi tempat menjual hasil produk asing; dan membiarkan berbagai perusahaan pribumi dalam negeri bersaing bebas tanpa perlindungan sehingga banyak bangkrut.
Teman saya yang baru pulang dari Turki, Dr. Farizal Marlius dan Dr. Baharuddin bercerita hebatnya pemerintah Turki karena pengusaha pribumi disana dilindungi sehingga yang berdagang di berbagai lokasi strategis adalah orang-orang Turki sendiri sehingga terbuka lapangan kerja secara luas, tercipta pemerataan, kesenjangan tidak melebar dan keadilan ekonomi terbangun.
Kita harapkan, usaha kecil menengah dan koperasi yang dimiliki bangsa Indonesia asli (pribumi) diberi perlindungan dan perlakuan istimewa agar bisa tumbuh, berkembang dan maju supaya bisa membuka lapangan kerja, pemerataan terjadi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat terwujud.
Selain itu, pemerintah di semua tingkatan mulai dari pusat, provinsi, kota dan kabupaten harus mendorong dan membangun usaha pribumi, sehingga tumbuh dan berkembang usaha kaum pribumi.
Pemerintah dan bangsa Indonesia harus sadar bahwa dalam keadaan krisis dan kritis seperti tahun 1998, yang menolong Indonesia adalah bangsa Indonesia sendiri yaitu pribumi.
Maka pemerintah wajib menolong bangsa sendiri yaitu usaha pribumi untuk berpartisipasi di bidang ekonomi supaya ekonomi Indonesia bangkit, maju dan berdaulat, sehingga bisa berkontribusi mengatasi sulitya penyediaan lapangan kerja dan mengatasi besarnya kesenjangan ekonomi di Indonesia.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
