Saya bersyukur kepada Allah karena pada 30 Januari 2019 beserta rombangan dari Jakarta bisa berziarah di makam Maulana Jalaluddin Rumi yang sudah lama saya kenal melalui bacaan di berbagai buku.
Maulana Jalaluddin Rumi Muhammad bin Hasim Al Khattabi Al Bakri disebut di Turki Meflana, dikenal luas di Indonesia dengan sebutan Jalaluddin Rumi, lahir di Balkh 6 Rabiul Awwal 604 Hijriyah atau 30 September 1207 M.
Jalaluddin Rumi adalah seorang penyair Sufi yang dikenal luas di dunia. Makamnya di Konya, daerah Anatolia Turki selalu ramai dikunjungi para pelancong dari seluruh dunia.
Pada mulanya setiap peziarah di makam Rumi dan keluarganya dikenakan pembayaran, tetapi sejak masa Presiden Erdogan digratiskan.
Makam Jalaluddin Rumi, dan keluarganya diabadikan dengan membangun sebuah Masjid, yang didalamnya ada makam Rumi dan keluarganya. Jutaan orang berziarah di makam itu setiap tahun sekaligus mendoakan beliau dan keluarganya.
Apa yang dialami Maulana Jalaluddin Rumi seperti kata pepatah: Gajah mati meninggalkan gading harimau mati meninggalkan belang manusia mati meninggalkan nama.
Walaupun Rumi sudah ribuan tahun wafat, tetapi nama baik sebagai penyair dan pembangun ajaran Sufi masih dikenang dan diamalkan ajarannya oleh masyarakat.
Kota Religious
Konya, tempat Rumi dan keluarganya tinggal dan mengembangkan ajaran Sufi di kenal sebagai kota religious.
Masyarakat kota Konya taat beragama dan sangat ramah. Walaupun tahun 1923, Mustafa Kemal Ataturk mengubah Turki menjadi negara sekuler, masyarakat Konya tetap mengamalkan ajaran sufi yang diwariskan Maulana Jalaluddin Rumi.
Kemal Ataturk tidak memberangus ajaran sufi yang dianut masyarakat Konya dan masyarakat Turki pada umumnya karena mereka dianggap tidak berpolitik.
Sufi Benteng Islam di Turki
Masyarakat Turki menjadikan ajaran sufi sebagai benteng untuk memelihara dan mempertahankan Islam di Turki. Maka sekularisasi yang dilancarkan Kemal Ataturk yang didukung barat, tidak otomatis menjadikan masyarakat Turki seluruhnya liberal, sekuler dan anti Islam.
Mengembalikan Turki dari negara sekuler kepada Islam memerlukan perjuangan yang luar biasa karena tentara Turki menjadi benteng paling kukuh dalam mengawal negara sekuler Turki.
Masih segar dalam ingatan, Presiden Turki Erbakan yang pro Islam digulingkan dalam kudeta militer. Begitu pula Erdogan pernah mengalami upaya pembunuhan dan kudeta militer tetapi gagal.
Hal itu dilakukan, karena tentara Turki tidak ingin Turki dibawa kembali kepada Islam seperti yang dilakukan Presiden Erbakan dan Presiden Erdogan.
Untuk mencegah terus terjadinya kudeta militer, Presiden Erdogan kemudian melakukan musyawarah dan dialog dengan pimpinan militer. Apa hasilnya tidak dipublikasikan ke publik.
Kekuatan Erdogan dalam memimpin Turki, karena didukung sekitar 60% masyarakat Muslim yang merindukan kebesaran dan kehebatan Turki seperti dimasa Daulah Ustmaniyah.
Ketika Erdogan berhasil meloloskan diri dari upaya pembunuhan. Di atas pesawat yang membawanya tanpa disebut tujuannya ke mana, dia menyerukan rakyat Turki turun ke jalanan di seluruh kota untuk melawan kudeta militer.
Melalui kekuatan rakyat, kudeta militer berhasi digagalkan. Mereka yang melakukan kudeta kemudian ditangkap, dipecat dari militer dan dijebloskan ke dalam penjara. Begitu pula para pegawai pemerintah dipecat yang mendukung kudeta militer. Tidak kurang 250 orang meninggal dalam kudeta militer yang gagal.
Dari peristiwa kudeta terakhir yang dilakukan militer terhadap Erdogan dan berhasil digagalkan oleh kekuatan rakyat Turki, dapat disimpulkan bahwa ajaran Sufi yang diajarkan dan diamalkan sebagian masyarakat Turki, telah menjadi katup pengaman dan pemelihara Islam di Turki yang kemudian menjadi kekuatan politik dalam demokrasi untuk melawan dan mengakhiri sekularisme yang dilancarkan Mustapa Kemal Ataturk, yang telah membawa sebagian masyarakat Turki menjadi Islamphobia, liberal dan sekuler yang jumlahnya sekitar 30-40 % dari total populasi rakyat Turki.
Konya, daerah Anatolia Turki
Makam Maulana Jalaluddin Rumi

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
