Sandiaga Salahuddin Uno adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022. Dia dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Anies Rasyid Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 16 Oktober 2017 dan mundur sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta 18 September 2018 karena menjadi calon Wakil Presiden RI mendampingi Prabowo Subianto, calon Presiden RI.
Walaupun singkat menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Salahuddin Uno yang populer dengan panggilan Pak Sandi memiliki legacy (warisan) kebaikan yang akan selalu diingat.
Rp 800 juta Diinfakkan
Sewaktu kampanye pemilihan Gubernur DKI Jakarta, Pak Sandi pernah mengatakan, jika terpilih menjadi DKI 2, semua gajinya akan disumbangkan untuk kemajuan kaum dhuafa (orang-orang lemah).
Banyak yang tidak percaya pernyataan Pak Sandi tersebut. Ketidakpercayaan masyarakat wajar, karena masyarakat sering ditipu dan dibohongi oleh para politisi. Mereka suka berjanji dihadapan publik pada saat kampanye, tetapi setelah terpilih menjadi pejabat publik, janjinya dilupakan, janji tinggal janji.
Pak Sandi ternyata berbeda dengan para politisi pada umumnya. Janjinya dia penuhi.
KH. Nur Alam Bakhtir, pengawas Badan Amil Zakat Infak Sadaqah (Bazis) DKI Jakarta mengatakan kepada saya (19/2/2019) bahwa seluruh gaji dan tunjangan Pak Sandi selama menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta sebanyak 800 juta rupiah telah diinfakkan melalui Bazis DKI Jakarta.
Pernyataan itu dibenarkan oleh Hendra Hidayat, Kepala Biro Pendidikan dan Mental Spiritual Provinsi DKI Jakarta bahwa semua gaji dan tunjangan Pak Sandi sebanyak 800 juta rupiah telah diinfakkan Pak Sandi kepada Bazis DKI Jakarta.
Melayani Masyarakat
Pak Sandi memberi contoh kepada pegawai DKI Jakarta dan masyarakat bahwa amanah yang diberikan oleh rakyat dalam bentuk jabatan publik harus dijalankan dengan penuh tanggungjawab dan kerja keras.
Ibu Nina, staf sekretariat Wakil Gubernur DKI Jakarta yang setiap hari melayani Pak Sandi dan para tamu yang mau audiensi pernah mengatakan kepada saya, dia merasa kasihan Pak Sandi karena terlalu baik-semua dari berbagai lapisan masyarakat mau diterima dan dilayani, kadang-kadang lupa makan. Pak Sandi harus bekerja keras melayani masyarakat, mengadakan rapat dan merealisasikan janji kampanye.
Selain itu, Pak Sandi sangat rendah hati, ramah dan dekat dengan semua, sehingga banyak sekali yang merasa sedih Pak Sandi meninggalkan Balaikota DKI terutama para karyawan DKI Jakarta.
Memiliki Kompetensi
Pak Anies dan Pak Sandi merupakan pasangan ideal dalam memimpin DKI. Masing-masing memiliki kompetensi, kapasitas dan kapabilitas.
Hanya panggilan pengabdian, terpaksa Pak Sandi harus melepaskan jabatannya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Kompetensi, kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki Pak Anies dan Pak Sandi selama mendampingi Pak Anies secara bertahap telah mengubah wajah DKI Jakarta, sehingga bahagia warganya maju kotanya.
Warisan penting yang ditinggalkan Pak Sandi, selain menyumbangkan seluruh gaji dan tunjangannya, kerja keras melayani masyarakat dengan rendah hati dan sabar, juga kompetensi, kapasitas dan kapabilitas yang merupakan warisan nonmaterial, yang diwariskan untuk ditiru kaum muda.
Selain itu, dalam alam demokrasi yang memiliki kedaulatan untuk memilih Presiden-Wakil Presiden, Gubernur-Wakil Gubernur, Bupati-Wakil Bupati, Walikota-Wakil Walikota adalah rakyat, maka warisan nonmaterial dalam memilih pemimpin yaitu kompetensi, kapasitas dan kapabilitas harus menjadi rujukan utama dalam memilih memimpin di semua tingkatan.
Bangsa Indonesia telah memiliki pengalaman dalam memilih pemimpin yang dibangun dari hari pencitraan oleh media dan media sosial, hasilnya amat merugikan bangsa dan negara kita.
Saya yakin dan percaya, jika kaum milenial Indonesia dan rakyat Indonesia memberi amanah kepada Pak Sandi dan Pak Prabowo untuk memimpin Indonesia, maka berarti kita telah memberi kesempatan kepada Pak Sandi untuk membuat legacy (warisan) material dan nonmaterial bagi seluruh bangsa Indonesia.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
