Connect with us

unsplash wahyu setiawan

Opini

Umat Islam dan Nasibnya Pasca Pemilu 2019

Salah satu ciri yang dibawa Orde Reformasi ialah liberalisasi ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya, yang kita kenal dengan konsep “persaingan bebas.” Dalam persaingan bebas, mereka yang menguasai ekonomi dengan mudah menguasai politik, sosial dan segala macam, karena dengan kekuatan uang yang dimiliki bisa membiayai calon Presiden, calon anggota parlemen (anggota legislatif), calon Gubernur, calon Bupati, calon Walikota serta calon pimpinan lembaga negara.

Salah satu ciri yang dibawa Orde Reformasi ialah liberalisasi ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya, yang kita kenal dengan konsep “persaingan bebas.”

Dalam persaingan bebas, mereka yang menguasai ekonomi dengan mudah menguasai politik, sosial dan segala macam, karena dengan kekuatan uang yang dimiliki bisa membiayai calon Presiden, calon anggota parlemen (anggota legislatif), calon Gubernur, calon Bupati, calon Walikota serta calon pimpinan lembaga negara.

Selain itu, pemilik modal bisa mendirikan partai politik dan membiayai para calon anggota parlemen untuk bertarung dalam pemilihan umum guna merebut kedudukan di parlemen.

Juga pemilik modal mendirikan atau membeli perusahaan media sebagai sarana mencari keuntungan sekaligus alat propaganda partai politik yang didirikan.

Semakin Terpinggirkan

Mereka yang dibiayai untuk merebut kekuasaan politik, setelah berhasil menduduki posisi-posisi penting yang disebutkan di atas, maka pasti menjalankan politik balas jasa.

Disamping itu, pemilik modal yang mendirikan dan memimpin partai politik, mengendalikan para anggota parlemen dan anggota kabinet yang diusulkan partainya, sehingga kebijakan yang dijalankan pada hakikatnya adalah kebijakan pemodal yang juga pimpinan partai politik.

Praktik politik selama Orde Reformasi telah berlangsung seperti itu, sehingga mayoritas rakyat khususnya umat Islam semakin terpinggirkan dalam bidang ekonomi dan politik.

Tetap Dipinggir

Umat Islam yang mayoritas di Indonesia sejak zaman penjajahan sampai saat ini tetap dipinggir (marjinal) dalam bidang ekonomi.

Umat Islam sudah terpinggir dalam bidang ekonomi, dan semakin memprihatinkan karena ada indikasi kuat akan terpinggir pula dalam bidang politik hasil Pemilu 2019.

Terlepas kita percaya atau tidak hasil survei beberapa lembaga survei, tetap bisa menjadi informasi awal bahwa partai Islam atau partai politik berbasis massa Islam elektabilitasnya masih rendah dan terancam terdepak dari parlemen.

Mengapa ini terjadi? Setidaknya ada tiga alasan yang mendasari. Pertama, tidak memiliki dana yang cukup untuk membiayai kegiatan partai yang memerlukan dana yang besar terutama dalam kampanye.

Kedua, pemimpinnya masuk ke gerbong penguasa politik dengan harapan mendapat kucuran dana untuk biaya kampanye, tetapi umat Islam mayoritas tidak setuju cara yang ditempuh, sehingga partai politik Islam ditinggal umat (tidak mau memilihnya) dalam Pemilu 2019.

Ketiga, partai politik Islam dilemahkan dengan cara dipecah belah seperti yang dialami PPP.  Selain itu, umat Islam diadu domba sehingga bermusuhan satu dengan yang lain. Untuk memecah belah digunakan politik belah bambu, satu kelompok diangkat setinggi-tingginya, yang lain ditekan dengan menggunakan UU ITE  untuk memenjarakan mereka.

Apa yang Harus Dilakukan

Umat Islam yang terpinggir dalam bidang ekonomi, banyak yang miskin dan kurang pendidikan, telah menjadi obyek politik dalam Pemilu dengan menggunakan kekuasaan, media dan uang untuk menaklukkan mereka.

Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan?  Menurut saya, harus dilakukan lima hal. Pertama, menggalang kekuatan umat seperti yang dilakukan dalam Aksi 212, Reuni 212 dan Munajat 212.

Kedua, penyadaran umat Islam supaya menggunakan hak pilih dengan memilih calon Presiden dan calon anggota parlemen di semua tingkatan yang bisa dipercaya, amanah, jujur, dan memiliki keberanian serta kemampuan untuk mewujudkan keadilan ekonomi, hukum dan sebagainya.

Ketiga, menggunakan semua medium seperti media sosial, modal sosial dan lembaga-lembaga sosial dan keislaman untuk terus-menerus mengingatkan agar umat memilih calon Presiden dan calon anggota parlemen (legislatif) hasil ijtima’ ulama.

Keempat, menggunakan sistem penggalangan dengan konsep sekasur, sedapur dan sesumur. Lingkungan terdekat harus ditaklukkan supaya semua memilih calon Presiden dan calon anggota parlemen dari partai politik yang mendukung hasil ijtima’ ulama.

Kelima, berdoa sambil berikhtiar atau usaha sekeras-kerasnya, semoga Allah memudahkan dan menyukseskan usaha yang dilakukan.

Baca Juga

Pemilu

PKS bersama Anies perlu memiliki strategi yang matang dan inovatif guna memenangkan Pemilu legislatif dan pemilu Presiden 2024 serta mempertahankan eksistensi Partai Keadilan Sejahtera...

Pemilu

Kalau berbicara koalisi perubahan, maka yang pertama harus dibahas adalah Partai Nasional Demokrat (Partai NasDem) yang dipimpin Surya Paloh, karena merupakan motor penggagas dan...

Pendidikan

Pada 18 Maret 2023, Sahabat Peradaban Bangsa (SPB) menyelenggarakan webinar dengan tema Sekitar Permasalahan Moderasi Beragama Dalam Bingkai Pancasila, dengan keynote speech Neneng Djubaedah, SH.,...

Lainnya

Kita bisa ikut berkontribusi untuk membantu negara mengatasi masalah utang dan membangun kembali ekonomi yang menghadirkan pertumbuhan dan keadilan sosial.

Pendidikan

Seminar nasional yang bertema Membangun Pendidikan Bertaraf Internasional Menuju Indonesia Emas 2045, dengan keynote speech Dr. Ir. Suharti, MA, Sekjen Kemendikbud Ristek RI.

Pemilu

Pada Musyawarah Majelis Syura PKS ke-8 yang berlangsung di Gedung DPP PKS Jalan TB Simatupang Jakarta pada tanggal 23 Februari 2023, keputusan telah diambil....

Opini

Syarat Presidential Threshold tersebut sangat membatasi warga negara yang potensial untuk menjadi calon presiden dan calon wakil presiden RI termasuk para ketua umum partai...

Pemilu

Nasihat saya kepada para aktivis yang bergabung di partai politik dan ingin bertanding dalam pemilu 2024, jangan ragu, khawatir apalagi takut untuk bertanding karena...