Prof. Dr. Yahaya Ibrahim, Direktur Global Education Services Malaysia mengemukakan bahwa pemimpin jangan tipu rakyat, jangan rampok uang rakyat, tunaikan janji kampanye Pemilu.
Hal tersebut kemukakan pada saat menjadi pembicara dalam bedah buku karya Sitti Amina Amahoru yang populer dengan panggilan “Ici” yang bertajuk “Komunikasi Politik Akbar Tanjung Pergolakan Partai Politik Pasca Reformasi dan Visi Indonesia Sejahtera.”
Mantan Rektor Universitas Sultan Zainal Abidin Trengganu itu lebih lanjut mengatakan bahwa pemimpin yang tipu rakyat, merampok uang rakyat dengan cara rasuah (korupsi) dan tidak menunaikan janji kampanye Pemilu, rakyat tidak akan mengundi (memilih) pemimpin dan partai politik yang bersangkutan pada Pemilu (Pilihan Raya Umum).
Oleh karena itu, seorang pemimpin dan partai politik harus hati-hati jangan sekali-sekali menipu rakyat dengan janji-janji yang tidak ditunaikan. Selain itu, pada saat menang Pemilu dan memegang kekuasaan jangan melakukan rasuah (korupsi) karena perbuatan rasuah tidak lain adalah merampok uang rakyat.
Akbar Penyelamat Golkar
Akbar Tandjung yang menjadi pembicara utama pada saat peluncuran buku “Komunikasi Politik Akbar Tanjung Pergolakan Partai Politik Pasca Reformasi dan Visi Indonesia Sejahtera,” menyampaikan tantangan, hambatan, gangguan dan ujian yang dihadapi saat memimpin Partai Golkar.
Pertama, citra Golkar runtuh karena dianggap sebagai bagian rezim Orde Baru yang korup dan melanggar hak asasi manusia.
Kedua, para mahasiswa dan penggerak reformasi menginginkan Golkar dibubarkan.
Ketiga, Golkar tidak boleh ikut Pemilu 1999.
Keempat, Presiden Abdurrahman Wahid mengeluarkan Dekrit Presiden Pembubaran Parlemen dan Partai Golkar.
Berkat komunikasi politik yang dilakukan Akbar Tandjung dengan Ketua Mahkamah Agung RI dan berbagai kekuatan politik, akhirnya MPR mencabut mandat Abdurrahman Wahid sebagai Presiden RI, sehingga Pembubaran Parlemen dan Partai Golkar batal demi hukum.
Kepiawaiyan Akbar Tandjung dalam komunikasi politik, tidak hanya menyelamatkan Golkar dari pembubaran dan tidak ikut Pemilu tahun 1999, tetapi pada Pemilu pertama Partai Golkar berhasil menempati posisi kedua dan pada Pemilu 2004, Partai Golkar menjadi pemenang Pemilu.
Penulis buku Sitti Amina Amahoru, para pembicara seperti Manimbang Kahariady, Sidratahta Muchtar, Ahmad Sofyan dan pembanding Musni Umar mengakui, kalau bukan Akbar Tandjung yang memimpin Partai Golkar saat awal reformasi, maka partai produk Orde Baru itu sudah tinggal sejarah, tetapi berkat komunikasi politik Akbar Tandjung dalam memimpin Partai Golkar, partai itu bisa tetap survive sampai saat ini.
Akan tetapi, sejak Akbar Tandjung dilengserkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar pada Munas Golkar di Bali 2004, tren penurunan perolehan suara Partai Golkar terus-menerus merosot dan diduga Pemilu 2019 akan mengalami pula penurunan perolehan suara.
Kivlan Zen (pakai jas dan kopiah) – Hakim Sorimuda Pohan (pakai dasi) – Taufik Bahaudin (batik lengan pendek)

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
