Penulis sering ke daerah bertemu dengan banyak orang. Mulai dari petani, pemilik warung kopi, pemilik rumah makan, dosen, pengusaha dan sampai ke pejabat di daerah. Mayoritas mereka ingin ada perubahan.
Alasan ingin ada perubahan beraneka ragam, mulai dari ketidakberpihakan Pemerintah terhadap usaha mereka, sampai kepada alasan yang menyangkut Aqidah. Jadi setiap individu punya alasan dan intinya mereka menuntut adanya Perubahan.
Sang rezim mengetahui hal ini karena mata telinganya melihat dan mendengar dengan jelas. Tetapi rezim sudah terlanjur panik, terlanjur takut. Karenanya di ambil langkah kotor. Kotor karena tidak berkeadilan. Contoh, di cari banyak delik untuk memasukkan laporan ke Polisi terhadap lawan politik.
Ahmad Dhani jadi korban dan sekarang di penjara. Rocky Gerung di laporkan, di panggil di periksa. Namun yang dukung petahana, sudah dilaporkan tapi tidak di proses. Mereka yang fitnah gerakan 212 sebagai penghamba uang, yang menghina dengan kata kotor di ruang publik justru di diamkan. Yang menistakan Quran dan Nabi Muhammad SAW bisa tetap bebas tidak di periksa walau sudah di laporkan. Karena mereka mendukung petahana.
Cara kotor mereka lain nya adalah, melalui mulut Romy yang Ketua Umum PPP mengeluarkan pernyataan soal pendukung khilafah yang di arahkan ada di kubu Prabowo. Pesannya Romy untuk memfitnah seolah Prabowo anti Pancasila dan ingin mengubah Pancasila.
Namun, rakyat pemilih tidak dapat goyah oleh isu fitnah dan hal kotor lainnya.
Rakyat sudah banyak yang tahu, di balik rezim sekarang ada anak PKI yang bangga mengumbar sebagai pengusung ajaran komunis dan bahkan jadi anggota dewan, ada tokoh agama syiah yang duduk di dewan dan mendukung rezim saat ini, ada banyak pendukung LGBT yang mendukung rezim ini, ada banyak ulama suu (ulama jahat) yang mendukung rezim saat ini. Jadi Allah SWT telah begitu nyata memperlihatkan wajah rezim saat ini, namun kembali kepada kita mampu melihat secara jujur, jernih dan sehat tidak??
Rezim ini panik, takut kalah, sehingga berbuat semaunya, namun yakinlah ada hikmah yang selalu muncul.
Rakyat terus kuat membela dan simpati dengan Ahmad Dhani. Rezim menzalimi Dhani dan ini menjadi alat promosi agar Dhani bisa terpilih sebagai Caleg Gerindra dapil Jawa Timur. Masyarakat kita suka membela dan memilih mereka yang terzalimi.
Ingat kasus SBY Versus Megawati tahun 2003. Di mana SBY yang terzalimi menyebabkan rakyat simpati dan empati kepada SBY, dan dalam Pemilihan Presiden 2004, SBY berhasil mengalahkan Megawati yang berpasangan dengan KH. Hasyim Muzadi.
Prabowo-Sandi dan timnya harus kerja full, kerja fokus sesuai rencana kerja (work plan). Lobang kecurangan akan di manfaatkan petahana. termasuk IT KPU.
Karena itu sangat bagus rencana ketat kawal suara di TPS. Karena nafsu berkuasa sudah menjadi aksioma untuk mereka. Di sisi lain, kita ingin ada perubahan. Harus ada perubahan. Agar NKRI bisa terselamatkan.
Pertarungan Pilpres dan Pileg nanti adalah pertarungan haq dan bathil. Sudah clear. Jangan di buat abu-abu. Cukup sudah kondisi bangsa saat ini. Belum pernah kita merasakan tingginya rasa kecurigaan, permusuhan, dan perpecahan seperti saat ini.
Semua elemen dimasyarakat menginginkan Pemilu damai. Untuk mewujudkan kedamaian Pemilu tdk curang, tdk ada politik uang, penyelenggara Pemilu dan aparat keamanan harus profesional,
netral dan adil https://t.co/sTvsZuieSt— Musni Umar (@musniumar) March 19, 2019
Tanggal 17 April 2019 nanti adalah pintu menuju perubahan untuk menyelamatkan NKRI.
Nurani ini masih ada dan terus hidup untuk menyelamatkan NKRI. Ganti rezim adalah kebutuhan dan keharusan.

Djamal Nasser adalah direktur keuangan HSC. “Nurani ini masih ada dan terus hidup untuk menyelamatkan NKRI”.
