Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah ultima ratio (penyelamat negara) tapi bukan penentu.
TNl tunduk kepada otoritas sipil yang ditentukan oleh rakyat yang berdaulat dalam Pemilu.
Hal itu dikemukakan Sjafrie Sjamsoeddin dalam diskusi terbatas yang bertema “Dwi Fungsi TNI-POLRi dan Perkiraan Keadaan Pemilu 2019” yang dilaksanakan Fordis ICS Kahmi, di Kahmi Center Jakarta Selatan (26/3/2019).
Salah satu kisah seru lain Jendral @sjafriesjams selain 98 adalah th 95 waktu todong2an senjata dgn pengawal PM Israel Yitzak Rabin. Berasa banget wibawa bangsa Indonesia di mata dunia.https://t.co/Mz7O2l1q9g
— Satya (@SatyaWiwaha) April 8, 2019
Mantan Wakil Menteri Pertahanan RI itu mengemukakan bahwa TNI adalah alat rakyat, maka harus kuat dan profesional. Di negara manapun di dunia memerlukan militer yang kuat dan profesional supaya bisa melindungi bangsa dan negaranya kalau terjadi krisis karena selalu terjadi recycle crises.
Untuk mewujudkan militer yang kuat dan profesional, maka personil militer harus intelek, militan dan nekat. Akan tetapi, harus ada kemauan politik yang diwujudkan penyediaan anggaran yang cukup dan persenjataan yang modern.
Disamping itu, harus ada kerjasama sipil dan militer, supaya terjadi interaksi, saling mengisi, sehingga tumbuh saling pengertian untuk membangun bangsa dan negara.
Hadir dalam diskusi terbatas: Fahmi Idris, Ahmad Ganis, Laksamana Muda Purn Darmansyah, Taufik Bahaudin, Haryono Kartohadiprodjo, Hasbi Asmiya, Ahmad Marzuki, dan Musni Umar selaku koordinator Fordis ICS Kahmi dan moderator.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Krisis sll berulang kt Letjen TNI Purn Syafrie Syamsuddin dlm diskusi terbts Fordis ICS Kahmi yg sy pimpin. Indo. bisa alami krisis dahsyat kalau KPU umumkan hasil Pilpres tdk sesuai harapan Publik. Apa solusinya? https://t.co/00QRM18K5c
— Musni Umar (@musniumar) May 12, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
