Salah satu fenomena sosial yang amat menarik ditulis dan diketahui publik secara luas ialah hubungan rakyat dengan aparat TNI yang sangat baik. Hal itu bisa disaksikan di lapangan dalam tiga momentum.
Pertama, saat saya dan isteri menginap di hotel Ibis Arcadia Wahid Hasyim Jakarta. Malam tanggal 22-23 Mei 2019 di jalan Wahid Hasyim Jakarta, suasana mencekam – banyak mobil ambulans lalu lalang membawa warga yang terkena gas air mata dan terluka karena aparat menyemprotkan gas air mata untuk menghalau para pendemo yang sudah waktu bubar tidak mau bubar.
Para tamu hotel hanya menonton dan anak-anak muda yang bersemangat lalu menerobos masuk lobby hotel. Mereka meminta supaya semua tamu hotel turun ke jalan untuk demo bersama dengan mereka.
Insiden itu bisa diatasi dan suasana menjadi damai. Akan tetapi sampai Sahur dan subuh, suasana masih tegang. Petasan dan tembakan terus kedengaran. Informasi yang disampaikan kepada saya saat sahur bahwa pos polisi tidak jauh dari hotel telah dirusak begitu pula restoran Abuba di dekatnya.
Pada saat sahur, nampak banyak aparat TNI yang sahur bersama dengan tamu hotel. Saya diberitahu, hotel ini aman banyak aparat TNI. Saya dan para tamu merasa nyaman dan hilang rasa khawatir.
Kedua, saat demo tanggal 22 Mei 2019 saya menyaksikan para pendemo bersama aparat TNI melaksanakan shalat Magrib bersama di depan Bawaslu RI. Selain itu, banyak rakyat yang foto bersama dengan aparat TNI yang sedang bertugas. Saya ikut nimbrung foto bersama dengan aparat TNI.
Hal tersebut menurut saya merupakan fenomena yang menarik karena nampak ada kedekatan hati dan perasaan yang menyatu antara rakyat dengan aparat TNI.
Ketiga, shalat Isya dan traweh di Masjid Sunda Kelapa, Menteng Jakarta Pusat bersama banyak aparat TNI yang masih berpakaian militer (23/5/2019). Rakyat yang menjadi jamaah Masjid Sunda Kelapa yang sedang shalat Isya dan Traweh termasuk saya merasa nyaman dan khusu’ melaksanakan shalat, tanpa ada kekhawatiran keamanan.
suasana di depan Bawaslu RI pukul 17.30 wib. alhamdulillah sangat tertib dan aman pic.twitter.com/FdvFl7tykm
— Musni Umar (@musniumar) May 21, 2019
Aparat TNI Manunggal Rakyat
Saya teringat pernyataan Letjen TNI Purn. Syafrie Syamsuddin dalam diskusi terbatas yang dilaksanakan Fordis ICS Kahmi beberapa waktu lalu, dia mengatakan bahwa setiap negara di dunia selalu mengalami krisis yang berulang (the recycling crisis).
Krisis sll berulang kt Letjen TNI Purn Syafrie Syamsuddin dlm diskusi terbts Fordis ICS Kahmi yg sy pimpin. Indo. bisa alami krisis dahsyat kalau KPU umumkan hasil Pilpres tdk sesuai harapan Publik. Apa solusinya? https://t.co/00QRM18K5c
— Musni Umar (@musniumar) May 12, 2019
Kalau terjadi krisis, menurut mantan Wakil Menteri Pertahanan RI yang bisa mengamankan keselamatan dan kedaulatan bangsa dan negara adalah TNI. Akan tetapi menurut dia, dalam negara demokrasi, tentara bukan faktor penentu karena harus tunduk pada supremasi sipil.
Indonesia moga-moga tidak terjadi krisis seperti 1966 dan 1998. Kalau akhirnya terjadi krisis seperti dikemukakan Pak Syafrie, tidak perlu ada kekhawatiran karena nampak dalam realita sosial, sudah ada kemanunggalan aparat TNI dengan rakyat.
Kemanggulan semacam itu, sangat penting dirawat, dipelihara, dijaga dan dipertahankan. Karena jika terjadi krisis seperti dikemukakan, bangsa dan negara bisa diselamatkan karena ada kemanunggal rakyat dan anggota TNI.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Hati rakyat dan aparat TNI telah menyatu. Rakyat merasa nyaman bersama aparat TNI. Kita doakan juga dgn Polisi. Tulisan ini beberkan fenomena sosial hub. rakyat dan aparat TNI dilapangan yang pernah retak di masa lalu. https://t.co/fdDrFlgAij
— Musni Umar (@musniumar) May 24, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
