Kita prihatin dan sedih, pertama, dampak dari demonstrasi dan kerusuhan mengakibatkan 8 orang meninggal dunia dan ratusan orang cedera yang harus dirawat dirumah sakit.
Kedua, hampir 700 orang petugas Pemilu meninggal dunia dan sampai saat ini tidak diketahui secara pasti penyebab mereka meninggal, karena tidak diotopsi.
Meninggalnya para petugas Pemilu dapat dikatakan sudah dilupakan karena ditutup oleh kasus kerusuhan 22 Mei 2019, yang mengakibatkan 8 orang meninggal dunia, ratusan orang cedera dan lebih memprihatinkan lagi terjadi penyiksaan yang dilakukan pihak yang tidak bertanggung jawab sebagaimana diberitakan melalui tayangan video.
Kita patut kecam mobil dompet dhuafa dirusak. Mobil tsb milik umat karena dibeli dari zakat, infak dan sadaqah. Apalagi Tim medisnya disiksa.
— Musni Umar (@musniumar) May 24, 2019
sampai pagi ini (23/5) pukul 05 masih terdengar tembakan disekitar jalan Wahid Hasyim, dan di sekitar Bawaslu Thamrin Jakarta. Saya dengar hari ini masih demo didepan Bawaslu. Lindungi rakyat kami ya Allah.
— Musni Umar (@musniumar) May 22, 2019
انا لله و انا الیه راجعون
Saya ucapkan prihatin dan duka yang dalam atas wafatnya beberapa orang pendemo disekitar Bawaslu Jakarta dan mereka yg terluka. Semoga husnul khatimah. Mohon tetap sabar dan menahan diri.— Musni Umar (@musniumar) May 22, 2019
Demo Merupakan Reaksi
Sejatinya tidak perlu terjadi demonstrasi dan kerusuhan, yang menyebabkan 8 orang meninggal dunia dan menciderai ratusan orang.
Akan tetapi, demo itu merupakan reaksi yang diwujudkan dengan protes sosial. Protes sosial telah menjalar di seluruh kota besar di Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa mereka melakukan demo? Jawabannya, karena mereka menduga Pemilu yang dilaksanakan 17 April 2019 sarat dengan kecurangan.
Sejak awal, dugaan kecurangan Pemilu sudah di setting dengan membolehkan orang gila memilih, daftar pemilih ganda (pemilih siluman) yang sudah diprotes, pengucuran dana APBN Program Keluarga Harapan (PKH) jelang Pemilu yang diduga sebagai sarana politik uang, pejabat Negara merangkap juru kampanye, ASN dikerahkan untuk mendukung pasangan calon tertentu, aparat yang seharusnya netral diduga tidak netral, politik uang masif dilakukan, kartu suara sudah dicoblos, penghitungan suara dan upload hasil Pemilu di Situng KPU dicurangi secara masif, ditambah ke paslon tertentu dan sebaliknya dikurangi paslon tertentu.
Saya apresiasi Mas Bambang Widjayanto, ketua Tim Prabowo-Sandi ke MK. Mas BW pejuang dan punya pengalaman mengungkap korupsi politik yg diduga dilakukan Pemilu 2019. Selamat Mas BW dan insya Allah Yakusa. Aamiin
— Musni Umar (@musniumar) May 25, 2019
PIpres 2019 yg diduga curang merupakan akar mslh dari persoalan yg harus diselesaikan. Jika tdk diselesaikan, maka potensi konflik sangat besar pasca penetapan hasil Pemilu oleh KPU tgl 22/5/2019. https://t.co/IDpJMZMqIS
— Musni Umar (@musniumar) May 16, 2019
Mengakhiri Demo
Gelombang demonstrasi tidak mudah diatasi, karena terkait erat dengan rasa keadilan.
Rasa keadilan terkoyak karena rakyat sebagai pemilik kedaulatan (kekuasaan) menduga suara mereka dicurangi melalui dugaan kecurangan Pemilu yang terstruktur, sistimatis dan masif, sehingga rakyat memprotes dengan melakukan demonstrasi, dan amat disayangkan terjadi kerusuhan yang merenggut nyawa dan terjadi cedera ratusan orang.
Pertanyaannya, bagaimana mengakhiri demonstrasi itu? Menurut saya, harus dilakukan setidaknya 3 hal.
Pertama, harus ada yang bertanggungjawab terjadinya dugaan kecurangan Pemilu. Kalau tidak ada yang bertanggung jawab, saya duga rakyat akan terus demo. Menurut saya KPU dan Bawaslu harus bertanggungjawab. Wujud mereka bertanggungjawab harus mengundurkan diri.
Kerusuhan pasca pengumuman pemenang Pilpres telah terjadi. . Rakyat sdh jatuh korban. Malam ini amat parah. Saya amat prihatin. KPU dan Bawaslu hrs bertanggungjawab. Sebaiknya mundur semuanya sebagai wujud tanggungjawab. https://t.co/gq6K1KplKl
— Musni Umar (@musniumar) May 22, 2019
Kedua, MK harus menjadi penyelamat bangsa dan negara. kalau memutus hasil Pemilu tidak memenuhi rasa keadilan rakyat, maka demo dugaan saya akan terus bergelora dan mungkin semakin meluas dan membesar, karena akar masalah yaitu dugaan kecurangan Pemilu tidak diputus dengan adil.
Ketiga, Presiden Jokowi sebaiknya mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Kalau lebih mengutamakan kepentingan kekuasaan, maka dugaan saya, rakyat Indonesia tidak akan berhenti berjuang untuk mengembalikan kedaulatannya walaupun diancam, ditekan dan dipenjarakan.
Menurut saya, apa yang kita alami sekarang ini tak obahnya bunyi pepatah “siapa menabur angin akan menuai badai.”
Dugaan pemilu dilakukan curang, telah membawa Indonesia kepada situasi dan kondisi bagaikan dilanda badai.
Semoga badai segera berlalu dengan memecahkan akar masalah yang menjadi penyebab protes sosial masyarakat.
Ini bln Ramadhan. Kita bisa beda dlm bnyk hal termsk pilihan Pilpres. Tapi kita sebangsa, setanah air, satu bahasa. Perekat kita Pancasila. Mari kt plhr kebersamaan, persaudaraan, persatuan n kesatuan. Kita bd pendpt tdk hrs bermusuhan n saling menghabisi. Tks kritik pr netizen
— Musni Umar (@musniumar) May 11, 2019
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Kita menghadapi mslh besar pasca penetapan pemenang Pilpres. Demo dan rusuh sdh terjadi. Korban sdh berjatuhan. Kita hrs temukan solusi utk keselamatan dan kebaikan bgs dn negara kita https://t.co/0qYu3THthk
— Musni Umar (@musniumar) May 26, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
