Para calon legislatif (caleg) di semua tingkatan, yang gagal meraih kursi di parlemen banyak yang frustrasi dan stres.
Saya pernah didamprat oleh caleg gagal, yang melampiaskan frustasi dan stresnya kepada saya. Hal itu terjadi ketika saya membuka bimbingan teknis DPRD dari suatu daerah di Jakarta pasca Pemilu 2019.
Pada saat saya memulai memberi sambutan dalam rangka pembukaan Bimtek, saya mohon izin untuk menyampaikan hal-hal krusial pasca Pemilu.
Ditengah saya memberi sambutan, salah seorang anggota DPRD yang gagal dalam Pemilu 2019, berdiri dan intrupsi sambil memukul meja supaya saya stop bicara. Dia anggap saya tidak netral karena mengemukakan masalah-masalah aktual pasca Pemilu.
Setelah selesai pembukaan, pada saat saya mau pulang, dia menghampiri saya lalu minta maaf karena bertindak kasar. Dia mengaku sedang stres berat. Sudah habis-habisan, tidak terpilih dalam Pemilu gara-gara isu partainya pendukung penista Agama.
Save yourself the regret. Practice patience when you're angry! #Islam #Quotes #patience #Wisdom pic.twitter.com/QPeJl6FXPu
— About Islam (@AbtIslamNet) September 4, 2018
Dunia Tidak Seluas Daun Kelor
Sangat manusiawi, seseorang frustrasi karena gagal meraih yang diimpikan. Frustrasi ialah perasaan kecewa akibat terhalang dalam pencapaian tujuan. Semakin penting tujuan yang ingin dicapai, semakin besar tingkat frustrasi yang dirasakan. Frustrasi bisa menjurus ke stres.
Stres menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah gangguan mental yang dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan muncul dari kegagalan individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya.
Mereka yang sedang mengalami frustrasi, ciri-cirinya antara lain:
Pertama, mudah emosi dan tersinggung.
Kedua, kurang motivasi dalam bekerja.
Ketiga, melampiaskan kegagalannya kepada orang lain.
Keempat, nampak kelelahan dan hilang optimisme dalam hidup.
Kelima, susah makan dan tidur.
Keenam, tidak merawat diri
Ketujuh, gangguan kesehatan
[Video terpopuler] Bagaimana menghadapi kekalahan saat gagal terpilih dalam pemilu? Caleg-caleg yang tersingkir sebagian mengalami stres. Mereka malu bertemu keluarga, ada juga yang mengamuk karena kecewa.
Simak kisah selengkapnya di sini: https://t.co/NINid2nqdZ pic.twitter.com/Urhq4lXs5n
— BBC News Indonesia (@BBCIndonesia) May 31, 2019
Tips dan Saran
Untuk mengembalikan perasaan frustrasi dan stres kepada kehidupan normal, ada lima tips yang menurut saya harus dilakukan:
Pertama, positive thinking terhadap kegagalan yang dialami. Pasti ada hikmah dibalik itu. Jangan anggap kegagalan sebagai kiamat dalam hidup.
Kedua, minta tolong kepada Allah, supaya memberi kesabaran. Wujudnya kita membangun hubungan yang intensif kepada Allah dengan shalat bagi orang Islam, dan beribadah bagi agama lain.
Ketiga, lakukan olah raga agar kebugaran jasmani terbangun.
Keempat, bangun optimisme kembali dengan memegang pepatah: banyak jalan ke Roma, dunia tidak seluas daun kelor.
Kelima, tidak melampiaskan frustrasi dan stres ke publik melalui media sosial dengan pernyataan yang menyerang dan menyalahkan siapapun atau mencari perhatian kepada lawan politik karena akan merusak reputasi sendiri dan akan mengubur masa depan. Anggap saja kegagalan dalam Pemilu 2019 adalah keberhasilan yang tertunda.
#Video: Kesal baca komentar netizen? Bos tukang marah-marah? Uang selalu kurang di akhir bulan? Motor di depan kasih lampu sein kanan tapi belok ke kiri?
Coba tarik nafas dan simak tips mengelola stres dari pakar berikut ini. Semoga membantu! ? pic.twitter.com/3FQPAkrEJi
— BBC News Indonesia (@BBCIndonesia) November 12, 2018
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Pasca Pemilu 17 April 2019, banyak caleg yg fustrasi dan stres gara2 gagal ddk di parlemen. Mrk buat ulah, hantam kelomp. sendiri dan cari simpati kelawan politik. Politisi gagal buat kisruh krn medsos dijadikan srn lampiaskan frustasi dan stress. Ini Tips https://t.co/hvaEQq0EcK
— Musni Umar (@musniumar) June 19, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
