Belajar dari Megawati dan PDIP: beroposisi menghadirkan kemenangan dalam pemilu. Megawati Soekarnoputeri adalah Presiden RI ke-5 yang juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Di masa pemerintahan Presiden Soeharto, dia menjadi simbol perlawanan terhadap rezim Orde Baru. Sudah terpilih menjadi ketua umum PDI dalam kongres di Medan, tidak diakui oleh pemerintah. Walaupun begitu tidak pernah menyerah. Dia terus melawan dan beroposisi, sampai akhirnya rezim Orde Baru tumbang.
Pemilu pertama di era Orde Reformasi tahun 1999, PDI yang diubah menjadi PDIP berhasil memenangkan Pemilu. Hasil Pemilu di awal Orde Reformasi menghantarkannya menjadi Wakil Presiden RI dan kemudian menjadi Presiden RI menggantikan KH Abdurrahman Wahid yang dilengserkan.
Gerindra, PD, PKS dan PAN sebaiknya belajar dari Megawati Soekarnoputri dan PDIP. Pegang prinsip kalau kalah dalam Pemilu jadi oposisi. Tdk manuver politik mencari simpati dan lobby utk bergabung ke penguasa. Dampaknya PDIP stlh kalah dan beroposisi menang lagi dan jadi penguasa
— Musni Umar (@musniumar) July 15, 2019
Pertemuan Presiden Jokowi-Prabowo, mengingatkan pendkg Prabowo kpd Ibu Megawati yg konsisten, mnlk rekonsiliasi dgn Presiden SBY slm 10 thn. Hslnya manis bg PDIP, pemilu brktnya menang jd penguasa. Prabowo dan Gerindra bagaimana? https://t.co/hvEmkeDupo
— Musni Umar (@musniumar) July 13, 2019
Partai Politik Yang Memegang Prinsip
Megawati Soekarnoputri patut dicontoh dalam perjuangan politik karena memegang prinsip, yang jarang sekali para politisi mau mengamalkannya. Prinsip yang dipegang Megawati ialah sikap konsisten (istiqamah). Dalam berpolitik, menurut pengamatan saya, Megawati hanya mengamalkan dua sikap yaitu menjadi oposisi atau penguasa. Di masa Orde Reformasi, kalau partainya kalah dalam pemilihan umum, maka dia akan menjadi oposisi. Sebaliknya, kalau menang dalam pemilihan umum, menjadi penguasa.
Dalam berpolitik, Megawati sebagai ketua umum PDIP tidak pernah menjadi bagian dari yang berkuasa seperti partai-partai politik sekarang ini. Sebagai contoh, selama 10 tahun Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berkuasa, Megawati dan PDIP berdiri tegak menjadi partai oposisi dan tidak pernah rekonsiliasi dengan penguasa. Kader PDIP di parlemen pada semua tingkatan, melakukan oposisi dengan mendayagunakan parlemen sebagai sarana untuk menyampaikan kritikan terhadap penguasa. Hasil dari sikap oposisi Megawati dan PDIP yang dipublikasikan media secara luas, mengubah persepsi publik pentingnya Megawati dan PDIP diberi kesempatan untuk berkuasa lagi.
Maka setelah PDIP berada di luar kekuasaan selama 10 tahun, maka hasil pemilu Legislatif dan pemilu Presiden tahun 2014, PDIP menang dan Jokowi yang diusung PDIP menjadi Presiden RI. Kemudian pemilu serentak tahun 2019, yaitu pemilihan Presiden dan pemilihan legislatif, PDIP kembali memenangkan pemilu dan Jokowi kembali terpilih menjadi Presiden RI.
Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Beijing, Tiongkok. Dalam rangka apa? https://t.co/8pzq6xFakw
— detikcom (@detikcom) July 6, 2019
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri disambut oleh Wapres Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Wang Qishan.
Di forum ini turut hadir mantan PM Singapura Goh Chok Tong, mantan Presiden Afghanistan Hamid Karzai & mantan PM Belgia Herman Van Rompuy.#PDIPerjuangan#WorldPeaceForum pic.twitter.com/KSEYxOh4Hw
— PDI Perjuangan (@PDI_Perjuangan) July 8, 2019
2.#DubesRI sampaikan re kunjungan Presiden ke-5 RI, Ibu Megawati Soekarnoputri sbg pembicara pd World Peace Forum, kunjungan Menteri ESDM, Bpk Ignasius Jonan, hadiri Indonesia-China Energy Forum ke-6, kunjungan Menko Maritim, Bpk Luhut Pandjaitan utk tindak lanjut kerja sama pic.twitter.com/1rIwp24iSr
— KBRI BEIJING (@KBRI_Beijing) July 15, 2019
Pelajaran bagi Pimpinan Partai Politik
Pimpinan partai politik sejatinya belajar dari Megawati Soekarnoputri dan PDIP. Untuk memenangkan pemilu, bisa dilakukan tidak harus menjadi bagian dari pemerintah. Beroposisi dengan pemerintah, berdasarkan pengalaman Megawati dan PDIP sudah terbukti, beroposisi menghadirkan kemenangan pemilu.
Oleh karena itu, Gerindra, PAN, PKS dan PD sebaiknya tetap dijalur oposisi; memperjuangkan aspirasi rakyat serta mengkritisi pemerintah dalam melaksanakan programnya.
Presiden Jokowi dalam pidato kemenangannya sebagai Capres terpilih (14/7/2019) mengemukakan tidak masalah dengan partai oposisi.
Jokowi menyebut oposisi adalah mulia. Akan tetapi, ia mengingatkan jangan menjadi oposisi yang menimbulkan dendam, kebencian, hingga hinaan. Begini katanya: #Jokowi
via @20detik https://t.co/KAB3KWNx7W
— detikcom (@detikcom) July 15, 2019
https://twitter.com/mas__piyuuu/status/1150689718897479680
Indonesia sebagai negara demokrasi, sebaiknya dibangun kekuatan oposisi diparlemen untuk mewujudkan “check and balance” dengan pemerintah dalam dalam membangun pemerintah yang bersih dan kredibel.
Kalau partai oposisi konsisten memperjuangkan aspirasi rakyat dan terus mengkritisi pemerintah secara sportif dan elegan, maka partai politik yang menjadi oposisi akan mendapatkan dukungan dari rakyat pada pemilu berikutnya.
Semoga tulisan ini memberi manfaat dalam upaya kita membangun demokrasi yang sehat di Indonesia.
Dalam surat yang diterimanya, kata Amien, pertemuan Prabowo-Jokowi itu semata-mata untuk keutuhan NKRI. #Jokowi #Prabowo https://t.co/zSeMELf01V
— detikcom (@detikcom) July 15, 2019
1. Pertemuan kemarin di MRT baik, karena dpt menurunkan tensi politik dan menyatukan kita sebagai bangsa. Tapi akan sangat indah jika saat pertemuan kemarin Pak Prabowo menyatakan #KamiOposisi.
— Mardani Ali Sera (@MardaniAliSera) July 15, 2019
https://twitter.com/swullll/status/1150633666843987969
Kalah itu biasa dalam kompetisi, yang tidak boleh itu takluk.. Semangat petarung harus tetap menggelora dan tidak boleh hilang hanya karena kalah di satu medan pertempuran.. pic.twitter.com/ijsy6TuFhC
— Anis Matta (@anismatta) July 15, 2019
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Ketum partai politik sebaiknya belajar dari Megawati dan PDIP dlm pertarungan politik. Kalah dlm pemilu jadi oposisi. Keddkn di parlemen mrk dayakan utk raih simpati dan dukungan publik. Stlh beroposisi, jadi pemenang Pemilu. Parpol lain bisa contoh https://t.co/kAugw5J49v
— Musni Umar (@musniumar) July 15, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
