Sebagai rektor Universitas Ibnu Chaldun, saya sering berkomunikasi dengan ketua, wakil ketua dan anggota DPRD Kabupaten, Kota dan Provinsi seluruh Indonesia dari partai Golkar menjelang dan pasca pembukaan Bimtek yang banyak diselenggarakan LPPM Univ. Ibnu Chaldun, yang pada umumnya saya hadiri untuk memberi kata sambutan.
Tdk ada mantan caleg yg tdk berkeluh kesah ttg politik uang. Rakyat tdk mau pilih klu tdk diberi uang jlng hr pencoblsn. Pilpres, pileg, pilkada dan pilkades sdh jadi arena dagang. Rakyat mau pilih kalau diberi uang. Yg beri uang lebih bsr itu dipilih. https://t.co/V1ZnMNG2HV
— Musni Umar (@musniumar) June 30, 2019
Mereka segera akrab dengan saya karena selain saya memperkenalkan diri sebagai rektor, juga mantan anggota DPR RI dari partai Golkar diawal reformasi dan juga seorang sosiolog yang mereka sering lihat di TV.
Atas hal tersebut mereka selalu curhat kepada saya tentang Golkar di daerah menjelang pemilu dan pasca pemilu. Curahan hati mereka antara lain:
Pertama, ketua umum partai Golkar hanya bolak-balik ke istana tidak urus daerah, pada hal letak kekuatan partai Golkar adalah di daerah bukan di istana.
Kedua, ketua umum partai Golkar tidak pernah ke daerah dan membantu daerah. Mereka banyak mengenang Akbar Tandjung yang setiap Jum’at sudah meninggalkan Jakarta dan keliling daerah pada saat menjadi ketua umum Golkar.
Sy pernah beri saran ke MS Kaban dan Sahar spy Yusril ikut cara Akbar Tandjung ketika pimpin Golkar. Tiap akhir pekan ke daerah.
— Musni Umar (@musniumar) September 23, 2017
Bersama Akbar Tandjung dan Abua Tuasikal, Bupati Maluku Tengah saat hadiri pernikahan M Iqbal dan Siti Aminah di desa Sepa Kec Amahai Maluku Tengah pic.twitter.com/c1WJf3y9bC
— Musni Umar (@musniumar) June 13, 2019
Hasil pemilu di masa Akbar Tandjung menjadi ketua umum, partai Golkar menjadi pemenang pemilu, pada hal saat itu banyak kader Golkar yang tiarap dan sembunyi, dan partai Golkar saat itu sedang dihujat mau dibubarkan.
Sejatinya pemilu 2019, partai Golkar menjadi salah satu partai dengan pendukung terbanyak. Faktanya partai Golkar mengalami penurunan perolehan suara dan kursi di DPR RI. Itupun banyak ditolong kampanye Aburizal Bakrie di TV ONE dan Akbar Tandjung yang turun kampanye di berbagai daerah, menggantikan posisi ketua umum yang tidak pergi ke daerah untuk kampanye.
"Golkar pernah menang pemilu 2004. Ada tren penurunan perolehan kursi legislatif sejak 2009 dan 2014. Karena itu, saya berinisiatif turun lapangan mengajak kader menggenjot perolehan suara,” Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar, Akbar Tandjung#Golk4rMenang #golkarpedia pic.twitter.com/kaa5DcvayJ
— BERINGIN Muda (@AchmadAnnama) April 4, 2019
Ketiga, ketua umum partai Golkar hanya jadi follower (pengikut). Di masa depan, ketua umum partai Golkar harus menjadi leader dan apabila memungkinkan, dipersiapkan untuk menjadi calon Presiden RI.
https://twitter.com/SuaraGolkar/status/1151016322437771265
https://twitter.com/SuaraGolkar/status/1150664722405965824
Harapan kader Golkar
Para kader partai Golkar dari berbagai daerah berharap antara lain:
Pertama, agar partai Golkar lebih mempersiapkan diri menghadapi pemilu 2024 supaya menjadi pemenang pemilu Presiden dan pemilu legislatif.
Kedua, partai Golkar sebaiknya segera Munaslub untuk memilih ketua umum baru partai Golkar baru yang dapat menarik simpati publik, sehingga kedepannya dapat menjadi calon Presiden RI tahun 2024.
Ketiga, ketua umum baru partai Golkar tidak boleh merangkap menjadi menteri. Harus memilih salah satu, menjadi ketua umum baru partai Golkar atau menjadi menteri agar bisa fokus dalam melaksanakan tugas.
Keempat, ketua umum baru partai Golkar harus memperhatikan daerah dan mengunjungi seluruh daerah di Indonesia.
Setelah Soeharto lengser pada 1998, Golkar dituntut bubar. Tetapi, kompromi politik membawa Golkar hidup hingga sekarang. Pada akhirnya, kompromi, usia tua, dan pengalaman panjang itu pula yang membuat Golkar tetap diperhitungkan.https://t.co/5riYHZlcD7 pic.twitter.com/Fjw2q3GLuR
— tirtoid (@TirtoID) April 24, 2019
Kelima, ketua umum dan kader partai Golkar harus memihak dan membela rakyat jelata karena letak kekuatan partai Golkar pada rakyat. Kalau ketua umum dan kader partai Golkar membela rakyat jelata yang jumlahnya sangat besar, maka mereka akan memberi dukungan dan memilih calon anggota legislatif partai Golkar dan calon Presidennya pada pemilu 2024.
Saya sarankan supaya partai Golkar dalam melaksanakan program mewujjdkan prinsip “membesarkan yang kecil dan tidak mengecilkan yang besar” demi mewujudkan sila kelima dari Pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Semoga tulisan ini mendorong partai Golkar segera melaksanakan Munaslub supaya memiliki waktu yang agak panjang untuk melaksanakan konsolidasi organisasi dan konsolidasi program guna menjadi calon Presiden RI.
Nama Bamsoet masuk ke dalam bursa Ketum Golkar. Simak infografis kami lainnya di https://t.co/xcS6dRiOpe pic.twitter.com/s7Q0Gvkyko
— Pinterpolitik.com (@pinterpolitik) June 19, 2019
https://twitter.com/BamsoetQuotes/status/1151308592030441472
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Golkar partai besar tp lebih menunjukkan sbg follower. Sejatinya sbg leader utk bawa Indo bangkit dan maju. Utk konsolidasi sebaiknya partai Golkar sgr Munaslub utk pilih ketum baru. Jargon Golkar sebaiknya Membesarkan yg kecil tdk mengecilkan yg besar https://t.co/Q3kEvi3gKc
— Musni Umar (@musniumar) July 17, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
