Gubernur Papua Lukas Enembe dalam talk show di Mata Najwa ketika disinggung Trans Papua mengatakan bahwa orang Papua tak pernah lewat jalan yang dibangun, yang dibutuhkan di Papua adalah guru dan kehidupan. Inilah salah satu pelajaran dari Papua.
Pernyataan itu sangat menggugah karena sejatinya tujuan kita merdeka yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 antara lain ´memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.´
Dalam pelaksanaan pembangunan, sejak Orde Baru yang mengamalkan Trilogi Pembangunan yaitu pertumbuhan, stabilitas dan pemerataan, sampai di era Orde Reformasi tetap mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
Mata Najwa – Nyala Papua (Part 5)https://t.co/1AAHlUvBEV
Gubernur Papua, Lukas Enembe menegaskan kalau masyarakat Papua tidak butuh pembangunan, tapi butuh kehidupan yang terwujud dalam penghargaan terhadap hak-hak kemanusiaan dan politiknya. #MataNajwaNyalaPapua
— Mata Najwa (@MataNajwa) August 21, 2019
Menurut Dominggus, Jalan Nasional Trans Papua Barat ini memang sudah masuk dalam penanganan Balai Jalan dan Jembatan Papua Barat. Namun, cuaca yang tak menentu membuat perbaikan ruas jalan ini tak kunjung rampung. #TopNews https://t.co/HCAdisIo4n pic.twitter.com/LoUztQvtNi
— kumparan (@kumparan) June 21, 2019
Setelah mati-matian merebut Irian Barat dari Belanda, Sukarno segera merancang program pembangunan untuk Papua. Tak jelas apakah program itu berjalan, Sukarno keburu dilengserkan Soeharto yang kemudian menggelar karpet merah bagi Freeport.https://t.co/BSyXTeH9P0
— tirtoid (@TirtoID) August 19, 2019
Pertumbuhan Dinikmati Elit
Pembangunan ekonomi diperlukan. Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi, yang digenjot adalah pembangunan infrastruktur berupa jalan, jembatan dan sebagainya.
Hasil pembangunan semacam itu, sudah terbukti bahwa yang paling banyak menikmati hasil pertumbuhan adalah para elit. Rakyat jelata seperti yang dikemukakan Gubernur Papua Lukas Enembe tidak menikmatinya.
Inilah ironi pembangunan, penguasa mengatakan, Jalan Trans Papua dibangun untuk memperlancar hubungan antara satu daerah dengan daerah lain, antara kota dan desa, antara pusat produksi dan konsumen, memperlancar arus perdagangan.
Sasaran dari pembangunan infrastruktur adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan tumbuhnya ekonomi diharapkan terjadi pemerataan.
Dalam realita, terjadi pertumbuhan ekonomi, tetapi yang menikmati pertumbuhan ekonomi hanya kelompok kecil yaitu pengusaha dan penguasa. Rakyat jelata tidak memperoleh manfaat nyata dari pembangunan dan bahkan tidak pernah melewati jalan yang dibangun. Inilah salah satu pelajaran dari Papua.
Sandiaga Uno menyoroti persoalan yang terjadi di Papua. Menurutnya, Papua dibanjiri proyek infrastruktur namun tidak menyelesaikan permasalahan ekonomi. #SandiagaUno #Papua https://t.co/TuDQVXp9LD
— detikcom (@detikcom) August 22, 2019
"Indonesia mengontrol kami pakai dua senjata, birokrasi dan tentara, serta pengusaha ekonomi yang menyingkirkan kampung kami. Orang Papua tinggal mati. Alam sudah habis. Ini adalah perjuangan membela hak hidup. Bangsa ini sedang dihabisi." #Wawancarahttps://t.co/oxwBIT5OlZ
— tirtoid (@TirtoID) August 22, 2019
Internet Papua dimatiin oleh Kominfo untuk cegah provokasi dan berita hoaks. Emang solusinya cuma dengan matiin internet? Hal ini termasuk dalam pelanggaran terhadap UUD loh. Gak sekalian matiin listriknya aja nih?#papua #opinistories
Mampir yuk ke https://t.co/7E1OV4rDut pic.twitter.com/vH1MJhVnSl
— OPINI.ID (@OPINI_id) August 23, 2019
Pelajaran Dari Papua Untuk Mengubah Arah
Para bapak bangsa yang mendirikan negara ini (founding fathers) telah memberi panduan kepada yang memimpin negara ini supaya melaksanakan tujuan Indonesia merdeka diantaranya memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan banga.
Dua hal tersebut, masih jauh perwujudannya di Papua dan Indonesia. Mengapa ini terjadi? Bukan karena tidak dilakukan pembangunan kesejahteraan dan pembangunan pencerdasan bangsa, tetapi kedua hal tersebut tidak menjadi agenda utama dalam pembangunan.
Kasus di Papua yang dikemukakan Gubernur Lukas Enembe babwa masyarakat membutuhkan guru dan kehidupan, hendaknya menyadarkan Presiden Jokowi dan para menteri, sejatinya rakyat Papua dan rakyat Indonesia tidak terlalu membutuhkan Trans Papua, Trans Sumatera, Trans Sulawesi, Trans Jawa dan lain-lain, yang amat di perlukan adalah guru dan kehidupan. Mulailah dengan membangun sumber daya manusianya, dari para perempuan dan wanita di Papua.
Guru dan pengajar sangat di perlukan untuk mencerdaskan rakyat Papua dan rakyat Indonesia supaya pintar dan mampu bersaing di dalam dan luar negeri.
Sedang kehidupan, rakyat Papua dan rakyat Indonesia membutuhkan kesejahteraan. Untuk itu, pemerintah harus mewujudkan kesejahteraan umum dengan membangun sektor produksi di dalam negeri, sehingga tidak lagi mengimpor segala macam kebutuhan dalam negeri, tetapi mengekspor.
Pembangunan ekonomi semacam itu, akan menghadirkan lapangan kerja, ekonomi sektor riil bergerak, dan devisa tidak lari keluar negeri.
Kasus di Papua dan di berbagai daerah di Indonesia moga-moga menjadi pelajaran dan dapat ditemukan jalan keluarnya secara baik dan damai.
Semoga tulisan ini menjadi sumbangsih yang positif dalam upaya kita memecahkan masalah Papua dan Indonesia pada umumnya.
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di RI perlu ditingkatkan guna mengoptimalisasi capaian target pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. #EkonomiRI
via @detikfinance https://t.co/3sq3w7abZi
— detikcom (@detikcom) July 22, 2019
Duo Pilot Perempuan asal Papua menjadi pilot perempuan pertama di maskapai BUMN Indonesia, Garuda Indonesia per Juni 2019. Mereka berdua lulusan sekolah penerbangan di Selandia Baru. Gimana? Masih ngeraguin prestasi orang Papua?#papua #opinivideo
cek https://t.co/7E1OV4rDut pic.twitter.com/mQYXlTLCIZ
— OPINI.ID (@OPINI_id) August 22, 2019
Daya saing SDM Indonesia masih tergolong rendah dan menurut peringkat GTCI 2019, masih kalah jauh dibanding Singapura.
Lalu, bagaimana cara meningkatkan daya saing SDM tersebut? Salah satunya dengan meningkatkan kualitas pendidikan. #PeriksaDatahttps://t.co/tyvay8zsl8
— tirtoid (@TirtoID) May 2, 2019
https://twitter.com/PASTINDO_ORG/status/1161841439505969152
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Pernyataan Gub. Papua sangat menggugah. Yg diperlukan masy. Papua guru dan kehidupan. Itu tujuan kt merdeka yaitu mmjukan kesejahteraan dan mencerdaskan bgs (pendidikan). Trans Papua tdk diperlkn masy. Smg kss Papua jd pelajaran utk ubah prioritas pemb. https://t.co/WuR6Lag8aX
— Musni Umar (@musniumar) August 24, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
