Saya pernah lama bermukim di Malaysia. Saya menyaksikan Perdana Menteri (PM), Timbalan Pendana Menteri (Wakil PM), para Menteri, dan pejabat negara, semuanya menggunakan mobil nasional (mobnas) Malaysia yang disebut Proton.
Berdasarkan pengalaman tersebut saya merindukan hadirnya mobil Nasional Indonesia yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa Indonesia sebagai bangsa yang besar, telah merdeka 74 tahun belum mampu membuat mobil nasional Indonesia?
Semula saya pikir, mobil Esemka yang dipopulerkan Jokowi sewaktu menjadi Walikota Surakarta, yang sekarang sedang ramai diperbincangkan publik setelah diresmikan penggunaannya oleh Presiden Jokowi merupakan mobil nasional Indonesia, ternyata bukan.
Presiden Jokowi mengakui bahwa sebagian spare part mobil Esemka berasal dari luar negeri, namun ia menilai upaya PT Solo Manufaktur Kreatif layak diapresiasi. Download tvOne connect untuk update berita. android https://t.co/sGTo9lOlYx & ios https://t.co/AGi6kDO9qK. #tvOneNews pic.twitter.com/dIHlLsMJea
— tvOneNews (@tvOneNews) September 7, 2019
Esemka akhirnya muncul resmi diperkenalkan, namun mobil ini dinilai banyak kesamaan dengan mobil di China. https://t.co/IoKTzH3jpt
— detikcom (@detikcom) September 7, 2019
Dirut: Esemka Bukan Mobil Nasional https://t.co/3wmzxSH5QP
— MSNIndonesia (@MSNindonesia) September 6, 2019
Mobil Esemka bukan Mobnas
Saya apresiasi Presiden Direktur PT SMK Eddy Wirajaya yang berterus terang dan berkata jujur kepada Presiden Jokowi dan ke publik Indonesia bahwa mobil Esemka bukan mobil nasional (mobnas) Indonesia.
Sangat wajar kalau mobil Esemka tidak disebut sebagai mobil nasional sebab yang memiliki mobil Esemka bukan negara atau BUMN tapi pribadi atau swasta.
Sejatinya mobil nasional dibangun oleh BUMN atau pemerintah. Dengan demikian, BUMN atau pemerintah yang memiliki saham mobil nasional. Kepemilikannya bisa seluruhnya atau mayoritas sahamnya dimiliki oleh negara.
Dengan begitu, tidak akan terpengaruh adanya pergantian kekuasaan. Mobil nasional bisa terus dilanjutkan pembangunannya jika mobnas milik negara.
Kalau yang membangun dan pemiliknya adalah swasta murni, agak berat bersaing dipasaran dengan mobil produk Jepang yang sudah lama menguasai pasar mobil di Indonesia.
Mobil Esemka diresmikan produksinya oleh @jokowi pada Jumat (6/9) di Desa Demangan, Boyolali, Jawa Tengah. Peresmian ini sekaligus menandai peluncuran produk PT Solo Manufaktur Kreasi tersebut. #TopNews https://t.co/orLZrsTXv3 pic.twitter.com/v68hd9x6nH
— kumparan (@kumparan) September 8, 2019
Kemenperin menilai bahwa Mobil Esemka mampu bersaing di tengah dominasi mobil merek Jepang di Indonesia. Yuk kita bandingkan! https://t.co/1Vt1PktsLg#MobilEsemka
via @detikfinance pic.twitter.com/ixWChM3PD8
— detikcom (@detikcom) September 10, 2019
Nauzubillah. Vietnam punya mobil nasional hebat sekali. Indonesia yang demikian besar ini hanya bangga pakai mobil produk asing. Apa sudah terkubur nasioalisme kita? Mobil Nasional Vietnam akan Dikirim ke Konsumen Pekan Depan https://t.co/VD0a2UYiqC
— Musni Umar (@musniumar) June 16, 2019
Tuan di Negara Sendiri
Sudah lama saya merindukan hadirnya mobil nasional milik bangsa Indonesia sebagai bukti kita menjadi tuan di negara sendiri.
Setidaknya ada enam alasan, saya merindukan hadirnya mobil nasional Indonesia.
Pertama, untuk menunjukkan kepada seluruh bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia bahwa bangsa Indonesia bisa membuat mobil nasional Indonesia seperti bangsa-bangsa lain di dunia.
Kedua, untuk mewujudkan kerinduan bangsa Indonesia yang sudah lama bermimpi dan ingin memiliki mobil nasional Indonesia.
Ketiga, untuk menghadirkan kebanggaan seluruh bangsa Indonesia bahwa Indonesia bisa membuat mobil nasional sendiri.
Keempat, untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Jangan seperti selama ini, mobil buatan Jepang mengaku buatan bangsa Indonesia.
Kelima, untuk mewujudkan harapan dan mimpi seluruh bangsa Indonesia untuk menjadi tuan di negara sendiri dengan mampu membuat mobil nasional Indonesia.
Keenam, untuk memperkuat kecintaan dan nasionalisme bangsa Indonesia seperti bangsa-bangsa lain di dunia. Memiliki mobil nasional Indonesia merupakan salah satu cara menanamkan kecintaan, kebanggaan dan nasionalisme bangsa Indonesia.
Tidak hanya produk internasional, mobil sport bertenaga listrik ciptaan anak bangsa juga dipamerkan dalam Indonesia Electric Motor Show 2019 di Balai Kartini, Jakarta pada Rabu (4/9). Simak selengkapnya di https://t.co/vFl763LRG3 #CNNIndonesia pic.twitter.com/nRXNnPf6d0
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) September 5, 2019
Transjakarta dan Pengangkut Penumpang Djakarta telah memesan bus listrik buatan Mobil Anak Bangsa. Transjakarta memesan 30 unit bus listrik sedangkan PPD memesan 130 unit bus listrik.https://t.co/rgWuAdn5NJ
— Katadata.co.id (@KATADATAcoid) September 4, 2019
Kendaraan listrik yang dibuat sendiri oleh peneliti asli Indonesia, siap dikomersialisasi. https://t.co/ofHrz6Ljtb
— kumparan (@kumparan) September 3, 2019
Oleh karena itu, suka tidak suka dan mau tidak mau, bangsa Indonesia harus mempunyai mobil nasional Indonesia, yang dirancang, dibiayai, mesinnya dan segala komponen mobil nasional dibuat oleh bangsa Indonesia, bukan assembling yang dipasarkan di dalam negeri dan di ekspor di manca negara kemudian mengaku sebagai produk bangsa Indonesia.
Saya bermimpi dan berharap Indonesia menjadi negara yang hebat dan orang Indonesia menjadi bangga menjadi orang Indonesia karena mampu memproduksi mobil nasional Indonesia seperti Malaysia, Korea Selatan, Jepang, China dan lain-lain.
Semoga tulisan ini memotivasi para pemimpin Indonesia dan seluruh bangsa Indonesia untuk memiliki mobil nasional Indonesia karena mobil Esemka yang sedang menjadi trending topic bukan mobil nasional Indonesia.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Mobil Esemka ternyata bukan Mobnas. Kerinduan kita terhdp Mobil Nasional Indonesia blm terobati. Kita bermimpi dan berhrp pada suatu saat kita seperti Malaysia, PM Mahathir, Wkl PM Wan Azizah, pr Menteri, pej. Negara gunakan Mobnas Malaysia. Kapan kita? https://t.co/hmzLAi0wQU
— Musni Umar (@musniumar) September 11, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
