Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sudah dilantik dan para ketuanya sudah ditunjuk atau dipilih.
Pertanyaannya, bisakah mereka mengemban tugas dengan baik? Pernyataan ini dikemukakan karena saat ini mahasiswa, pelajar dan rakyat di seluruh Indonesia sedang bergejolak, seperti demo generasi millenial belakangan ini.
Sebagian besar masyarakat meragukan kemauan, keberanian dan kemampuan mereka mengemban amanah.
Sebagian lagi yakin para anggota dewan mampu dan sanggup mengemban amanah dengan baik.
DPR kompak hadir saat pelantikan, tapi ramai-ramai bolos di akhir periode. https://t.co/TVKaPSQ9wN
— kumparan (@kumparan) October 2, 2019
Sebanyak 575 anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dilantik. Wakil rakyat ini nantinya akan mendapat gaji dan tunjangan yang cukup besar. Nih, rinciannya: https://t.co/QwxWYPyemN#GajiDPR
via @detikfinance pic.twitter.com/qwx3CDPmOD
— detikcom (@detikcom) October 3, 2019
DPR 2019-2024 yang berjumlah 575 anggota telah dilantik. Mereka datang dari beragam latar belakang pendidikan, lulusan SMA hingga S3. Begini data selengkapnya: #DPR #AnggotaDPR https://t.co/lJitajFoci
— detikcom (@detikcom) October 2, 2019
Mengapa Rakyat Ragu?
Setidaknya ada tiga alasan, sebagian besar rakyat tidak yakin anggota dewan bisa mengemban amanah dengan baik.
Pertama, perfarmance dewan yang lalu dapat dikatakan buruk. Semakin dinilai buruk karena menjelang akhir masa jabatan 30 September 2019, mereka kebut membuat undang-undang termasuk melakukan revisi undang-undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang menyebabkan terjadi gelombang demonstrasi di seluruh Indonesia.
Kedua, penampilan perdana anggota DPR pascal dilantik, pada sidang paripurna perdana, yang bolos lebih dari 50%. Keadaan ini semakin mengundang ketidak-percayaan publik kepada para anggota dewan.
Ketiga, publik sudah menganggap bahwa pimpinan DPR yang sebagian besar dari partai pendukung pemerintah, sulit diharapkan membela kepentingan rakyat.
Tragedi Maulana, Pendemo DPR yang Meninggal, Kenapa Tak Diusut https://t.co/5npDUXC5l0
— TEMPO.CO (@tempodotco) October 3, 2019
Kini kursi DPR didominasi koalisi pendukung Presiden Jokowi. Lantas, seperti apa relasi DPR dan Pemerintah selama lima tahun ke depan? #DPR #Jokowi https://t.co/ljj8fbgO9u
— detikcom (@detikcom) October 2, 2019
Berikut Lini masa perang tagar di Twitter selama beberapa pekan terakhir.
baca disini https://t.co/jBatawcZl2 #1newstainment #Vivacoid #HidupMahasiswa #KekuasaanDitanganRakyat #DPR #GejayanMemanggil #TolakRUUKUHP #TolakRevisiUUKPK #MahasiswaBergerak #ReformasiDikorupsi pic.twitter.com/GuVPuTS7aI
— VIVAcoid (@VIVAcoid) October 1, 2019
Demo Millenial
Demo yang dilakukan mahasiswa dan pelajar STM menyisakan cerita yang membuat tertawa terbahak-bahak karena spanduk dan poster yang dirampilkan penuh jenaka dan lucu.
Sebagai contoh kelucuannya:
Tuhan tidak tidur, pemerintah yang ketiduran, Reformasi digigit tikus, Undang-undangmu lebih kejam daripada undangan mantan, Jangan matikan keadilan! Matikan saja mantanku.
Poster lain yang penuh jenaka seperti:
Cukup cintaku yang kandas. KPK jangan!.
Pak Jokowi padamkan hutan, jangan KPK.
Gedung ini (maksudnya gedung DPR/MPR/DPD) jadi warung pecel.
Itu DPR apa lagunya afgan? Kok sadis.
Negara sudah darurat, sampai introvert ikut demo.
Entah apa yang merasukimu DPR, kau mengkhianatiku. #mositidakpercaya.
Jika bukan untuk kalian, lebih baik aku rebahan #GejayanMemanggil.
Waktu kecil pulang malem diculik kalongwewe. Udah gede pulang malem diculik aparat.
Hatiku kosong kaya otak DPR #mositidakpercaya.
Maaf perjalanan Anda terganggu, sedang ada perbaikan reformasi.
Asap ini menghalangi ketampananku.
Greenpeace: Pak Jokowi, Padamkan Kebakaran Hutan Jangan KPK
#SaatnyaPeoplePower https://t.co/0F5Q3deRQI— GELORA NEWS (@geloraco) September 23, 2019
Demonstran 1998: Isi spanduk kami sangat serius dan berwibawa. Spanduk nyeleneh berarti mengkhianati perjuangan.
Demonstran 2019: “Cukup cintaku yang kandas, KPK jangan!”https://t.co/aGDy8Nzj3u
— The Conversation Indonesia (@ConversationIDN) September 30, 2019
Sejumlah atribut demo digunakan para mahasiswa saat berunjuk rasa di depan Gedung DPR. Salah satunya spanduk dari Aliansi Masyarakat Sipil Untuk Keadilan dan Demokrasi ini: #DemoMahasiswa #AksiMahasiswa https://t.co/F3lwnZ3RUi
— detikcom (@detikcom) September 24, 2019
https://twitter.com/tunggalp/status/1176167069894598657
Itu DPR apa lagunya Afgan? Kok "SADIS" #GejayanMemanggil pic.twitter.com/mGOteld3A6
— Buku Mojok (@BukuMojok) September 23, 2019
Poster Demo Generasi Z : Dunia tak sesempit selangkangan anggota DPR. Ayo, selfie!
Kami turun ke bumi : Gunadarma strikes from galaxy far far away
Negara sudah darurat. Sampai introvert rela ikut demo
Negara tidak memfasilitasi rindu, tapi mencampuri urusan saat kita bertemu. pic.twitter.com/Q7rbz0Z80N
— Borjuis Zuhud (@anditoaja) September 24, 2019
Banyak lagi poster, spanduk dan tayangan di facebook dan twitter yang mewarnai demo mahasiswa dan pelajar yang dilaksanakan di depan gedung DPR/MPR/DPD RI yang saya sebut demo millenial.
Amat disayangkan demo millenial diwarnai tindakan represif.
Semoga tulisan ini memberi manfaat bagi para anggota DPR, mahasiswa, pelajar teristimewa STM, aparat dan masyarakat luas.
Gejayan 30 September 2019 #GejayanMemanggil #GejayanBergerak #gejayanmemanggiljilid2 pic.twitter.com/buvAzjbqjp
— Find me (@molanayudi) September 30, 2019
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
DPR dan DPD dilantik ditengah gelombang demo yg masif. Harapan dipundak mrk spy memihak, memperjuangkan dan bela rakyat. Demonstrasi mhs dan pelajar penuh jenaka, lucu dan bnyk undang tawa. Ada bbrp org yg meninggal dan bnyk yg cedera. smg jd pelajaran https://t.co/HLJr8Ohm3c
— Musni Umar (@musniumar) October 5, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
