Tahun 2019 akan segera kita tinggalkan. Sebagai sosiolog, yang banyak mengamati dan menulis nasalah sosial, saya ingin mengemukakan refleksi sosial yang paling menonjol dalam mengakhiri tahun 2019.
Tahun 2019, Indonesia melaksanakan hajatan besar yaitu pemilu seretak 17 April 2019. Pemilu ini dilaksanakan untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden serta memilih anggota DPR RI, anggota DPD RI dan memilih anggota DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten dan DPRD Kota.
Pemilu yang banyak menyita perhatian publik ialah pemilu Presiden (Pilpres). Pasalnya yang bertarung dalam pemilihan umum Presiden hanya dua pasang calon yaitu pasangan Ir. H. Joko Widodo – Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin melawan pasangan H. Prabowo Subianto – H. Sandiaga Salahuddin Uno.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) memutuskan pemenang Pemilu Presiden ialah pasangan Ir. H. Joko Widodo – Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin.
Sbgi sarjana hkm sy hormati dan terima putusan MK tp sbgi sosiolog sy sedih putusan MK tdk hadirkan rasa keadilan rakyat. Dampaknya sy duga rakyat tolak ptsn MK, tetap demo, lebih sedih lagi kasus ini mau dibawa ke Mahkamah Internasional cari keadilan https://t.co/F7ZbI9qjCF
— Musni Umar (@musniumar) June 27, 2019
Menko Polhukham Wiranto, PB NU dan pr pendukung Jokowi-Ma´ruf minta Prabowo-Sandi sgr rekonsiliasi. Pdkg Prabowo-Sandi mnlk keras. Prabowo-Sandi hrs dengar prsn pdkgnya. Rekons didkng tp tdk usah dipaksakan. Megawati dan SBY 10 thn tdk rekons normal sj https://t.co/pmn6XJmx0q
— Musni Umar (@musniumar) July 1, 2019
Tragedi Sosial
Pemilu serentak 17 April 2019 telah menghadirkan setidaknya tiga tragedi sosial.
Pertama, perpecahan sosial yang sangat tajam antara pendukung Prabowo-Sandi dengan pendukung Jokowi-Ma’ruf dalam pemilu yang sampai saat ini masih belum pulih.
Kedua, petugas pemilu yang sangat yang meninggal. Ada media yang memberitakan, jumlah semuanya yang meninggal mencapai sekitar 700 orang. Mereka tidak di visum sehingga tidak diketahui secara pasti pentebab mereka meninggal.
Ketiga, mereka yang meninggal dan cedera karena melakukan protes sosial terhadap dugaan pemilu yang sarat dengan kecurangan.
Kerusuhan pasca pengumuman pemenang Pilpres telah terjadi. . Rakyat sdh jatuh korban. Malam ini amat parah. Saya amat prihatin. KPU dan Bawaslu hrs bertanggungjawab. Sebaiknya mundur semuanya sebagai wujud tanggungjawab. https://t.co/gq6K1KplKl
— Musni Umar (@musniumar) May 22, 2019
Kita menghadapi mslh besar pasca penetapan pemenang Pilpres. Demo dan rusuh sdh terjadi. Korban sdh berjatuhan. Kita hrs temukan solusi utk keselamatan dan kebaikan bgs dn negara kita https://t.co/0qYu3THthk
— Musni Umar (@musniumar) May 26, 2019
Selain tragedi sosial akibat pemilu, terjadi pula tragedi sosial yang mengerikan dalam kerusuhan di Papua. Banyak sekali pendatang di Manokwari, dan Wamena mengalami pembantaian akibat kerusuhan massal. Banyak warga pendatang yang terbunuh dan terpaksa mengungsi.
Sebagai contoh, delapan perantau asal Sumatera Barat meninggal dunia saat terjadi kerusuhan massal di Wamena. Mereka dibantai oleh warga Papua. Jenazah mereka dipulangkan ke Sumatera Barat dan dikebumikan di Kabupaten Pesisir Selatan (BBC News Indonesia,26/9/2019).
Belum pulih trauma dan dendam setelah "Wamena Berdarah" pada 2000, kerusuhan beberapa hari lalu membuat ketakutan muncul lagi. "Antara masyarakat Papua takut aparat. Juga masyarakat pendatang ketakutan terhadap masyarakat Papua," kata pegiat HAM di sana. https://t.co/I3I0Oct6Ak pic.twitter.com/CmZ4n4x9jN
— BBC News Indonesia (@BBCIndonesia) September 27, 2019
Berbagai masalah Hadapi dgn dialog, kolaborasi dan pendktn kesejahteraan. Kalau mslh yg dihadapi diatasi dgn represif, perlawanan smesta akan terjadi. Atasi karhutla lebih cepat dgn kolaborasi. Papua hadapi dgn kasih dan beri kehidupan kpd mereka. https://t.co/HpYpKHwZkE
— Musni Umar (@musniumar) September 25, 2019
Tragedi sosial yang paling menonjol di tahun 2019 merupakan kejahatan kemanusian yang tidak boleh ditolerir.
Semoga tahun 2020 tidak terjadi tragedi sosial. Oleh karena itu, kita harus berjuang bersama mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab yang merupakan sila kedua dari Pancasila, sehingga tragedi sosial tidak terulang di Indonesia pada masa mendatang.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Kita segera meninggalkan thn 2019 yg mewariskan sejarah kelam bagi Indonesia krn terjadi tragedi sosial dlm pemilu serentak dan kerusuhan massal di Papua. Mari kita bertobat dan istigfar sambil berdoa semoga tdk terulang di 2020 https://t.co/K2JWTaIBBA
— Musni Umar (@musniumar) December 27, 2019

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
