Pemerintah baru saja mengumumkan bahwa Ujian Nasional (UN) ditiadakan. Pada hal sebelum ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nadiem Makarim telah menegaskan bahwa Ujian Nasional tahun 2020 masih akan dilaksanakan. Bahkan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah melaksanakan Ujian Nasional.
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI telah meminta maaf ke publik ditiadakannya Ujian Nasional (UN).
Satu-satunya alasan pembatalan UN adalah Covid-19 alias Virus Corona yang mewabah di seluruh Indonesia.
Menteri Nadiem mengemukakan bahwa dana yang semula dialokasikan untuk membiayai UN akan dialihkan untuk biaya melawan Covid-19.
Ujian Nasional (UN) tahun ini resmi dibatalkan. Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan alasan nomor satu pembatalan UN "adalah keamanan dan kesehatan siswa-siswa kita, keamanan keluarga mereka, dan kakek-nenek siswa-siswa tersebut". https://t.co/PH3GgGycsy pic.twitter.com/KuSrxoL073
— BBC News Indonesia (@BBCIndonesia) March 24, 2020
Nadiem Geser Anggaran UN untuk Corona, Bisa Capai Rp400 M https://t.co/acTYsYQ0iG
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) March 24, 2020
Komisi X DPR menyarankan pemerintah meniadakan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tingkat SMA dan SMP tahun ini. Langkah ini mencegah penyebaran virus Corona. https://t.co/7aOczVvIa8
— detikcom (@detikcom) March 23, 2020
Korban Covid-19
Korban akibat wabah covid-19, tidak hanya pendidikan di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Stanawiyah, dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, tetapi juga perguruan tinggi.
Seluruh jenjang pendidikan dari sekolah dasar/ibtidaiyah sampai perguruan tinggi (universitas) baik yang berada dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI maupun yang berada dibawah Kementerian Agama RI semuanya memperoleh dampak negatif karena pelajar, siswa dan mahasiswa “dipaksa” belajar dari rumah karena pembelajaran tatap muka ditiadakan untuk mencegah penularan covid-19.
Padahal tidak semua pelajar, siswa dan mahasiswa terbiasa belajar melalui Online. Apalagi guru dan dosen masih banyak belum mahir mengajar dengan menggunakan teknologi internet atau media sosial terutama di berbagai daerah.
https://www.instagram.com/p/B-MjNlzDzog/
Kualitas Pendidikan
Dampak negatif yang diakibatkan oleh Covid-19, dunia pendidikan akan mengalami penurunan kualitas.
Pertama, pelajar, siswa dan mahasiswa di “paksa” belajar jarak jauh tanpa sarana dan prasarana terutama di berbagai daerah.
Kedua, pelajar, siswa dan mahasiswa belum ada budaya belajar jarak jauh karena selama ini sistem belajar dilaksanakan adalah melalui tatap muka.
Ketiga, guru dan dosen tidak semua mahir menggunakan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran.
Keempat, belum ada sistem baku yang menjadi pegangan dalam pembelajaran jarak jauh.
Kelima, belum ada sistem yang baku dalam mengawasi pelajar, siswa dan mahasiswa dalam menjalankan proses belajar melalui jarak jauh.
Ketika Pendidikan Terpaksa Online https://t.co/CzxBCL7GDm
— Kompasiana (@kompasiana) March 26, 2020
Pemerintah Kota Depok memperpanjang masa belajar di rumah bagi peserta didik mulai dari tingkat TK hingga sekolah menengah atas. https://t.co/GRdbbECx2F
— TEMPO.CO (@tempodotco) March 26, 2020
Virus corona ikut berimbas pada sektor pendidikan di Indonesia dan juga negara lain, mulai dari penutupan sekolah hingga ujian yang ditiadakan. #kumparanSAINS https://t.co/OnvTIGm3jg
— kumparan (@kumparan) March 25, 2020
Cari Hikmahnya
Dampak Covid-19 tidak semua negatif bagi dunia pendidikan.
Tugas dunia pendidikan yang harus dilakukan saat ini, mencari hikmah dan mengambil pelajaran dari wabah covid-19.
Pertama, para ilmuan melalui penelitian harus berusaha keras mencari penyebab utama wabah covid-19 dan obat untuk menyembuhkannya.
Kedua, pelajar, siswa dan mahasiswa dipaksa untuk hidup bersih dan sehat serta disiplin dalam menjaga ketahanan badan.
Ketiga, guru, dosen, peneliti dan ilmuan menyadari kelemahannya karena sehebat dan setinggi apapun ilmu yang dimiliki, ternyata ilmu yang dimiliki hanya sedikit.
Keempat, adanya wabah Covid-19 memaksa para guru dan dosen harus “melek” teknologi, sehingga suka tidak suka dan mau tidak mau harus belajar dan siap mengajar melalui jarak jauh dengan menggunakan teknologi.
Kelima, setiap sekolah dan perguruan tinggi dipaksa menyiapkan alat dan sistem pembelajaran jarak jauh dan melakukan bimbingan teknis kepada para guru dan dosen agar bisa menggunakan teknologi moderen dalam pembelajaran untuk meningkatkan kualitas anak didik di semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah sampai perguruan tinggi (universitas).
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Saat ini semua bcr dampak negatif Covid 19. Hampir tdk ada yg bicara dampak positif Covid 19. Tulisan ini coba ungkap dampak positif Covid 19 bagi dunia pendidikan. Misalnya para ilmuan tdk boleh sombong dan mrs hebat krn virus ini belum ditemukan obatnya.https://t.co/zckaY0Ig6D
— Musni Umar (@musniumar) March 26, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
