Sebanyak 500 TKA China yang sudah mendapat izin dari Kementerian Tenaga Kerja RI untuk masuk ke Indonesia guna bekerja di PT Virtue Dragon Nickel Industry di kecamatan Morosi Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, telah menjadi polemik nasional.
Pasalnya rakyat Indonesia diberbagai daerah diminta WFH (Work From Home), tinggal di rumah (StayAtHome), jaga jarak (Distancing people), pakai masker jika keluar rumah dan berbagai protokol kesehatan yang harus diikuti rakyat dalam rangka pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Akan tetapi, Tenaga Kerja Asing (TKA) dari China bebas masuk ke Indonesia. Pada hal China merupakan sumber Covid-19.
Faktor tersebut merupakan pemicu timbulnya kemarahan rakyat Indonesia khusus rakyat Sulawesi Tenggara.
Seorang pasien asal Konawe Utara, kabur dari Rumah Sakit Bahteramas Kendari. Berdasarkan rapid test terkait virus Corona, pasien tersebut dinyatakan positif. https://t.co/QQT8sUvxd8
— detikcom (@detikcom) April 27, 2020
TKA asal China dikabarkan akan datang ke Indonesia untuk bekerja di perusahaan nikel, Kabupaten Konawe. Kebijakan itu ditolak oleh pemerintah daerah setempat. https://t.co/FCFqg9vy0i
— detikcom (@detikcom) April 30, 2020
Ribut Tolak 500 TKA China Saat Pandemi Corona di Sultra https://t.co/9EqMU0Q4c5
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) April 30, 2020
Semua Untuk China
TKA China masuk ke Indonesia dalam rangka investasi sangat marak dalam beberapa tahun terakhir ini.
Di Sulawesi Tenggara, mereka berinvestasi di Kecamatan Morosi Kabupaten Konawe. Tenaga Kerja Asing (TKA) dari China masuk ke daerah itu melalui dua jalur yaitu udara dan laut.
TKA China yang sedang diributkan adalah yang datang melalui udara. Sedang melalui laut tidak bisa diketahui jumlahnya karena menurut informasi dari masyarakat, kapal China yang datang di Morosi Kabupaten Konawe, jumlahnya puluhan tiap hari.
Saya menduga kapal-kapal China tersebut tidak dikawal oleh aparat dan bea cukai. Mereka bebas masuk dengan alasan dalam rangka investasi.
Investasi dari China sangat merugikan Indonesia. Pertama, mereka bawa modal dan teknologi. Ini banyak dipuji, tetapi teknologi yang dibawa sampai kapanpun tidak bisa alih teknologi ke bangsa Indonesia karena tidak disiapkan dan saya menduga mereka tidak mau ada alih teknologi, supaya ada ketergantungan terus-menerus kepada China.
Kedua, mesin dan peralatan sermuanya di bawa dari China, sehingga industri dalam negeri tidak mendapat manfaat dari kehadiran investasi China di daerah dan Indonesia.
Ketiga, kebutuhan pangan (makanan) semua dibawa dari China. Dampaknya kehadiran ribuan TKA China tidak memberi mamfaat bagi kemajuan pertanian di daerah tempat mereka berinvestasi.
Keempat, mayoritas buruh dibawa dari China. Pada hal yang diharapkan dari investasi ialah terbukanya lapangan pekerjaan yang luas bagi bangsa Indonesia.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir menegaskan akan menutup akses masuk ke wilayahnya bagi para tenaga kerja asing (TKA) asal China selama masa pandemi https://t.co/uYfDj5l7fW
— Kompas.com (@kompascom) May 2, 2020
Kontroversi Izin Masuk 500 TKA China, Pemerintah Dinilai Inferior Jika Berhadapan Investor China https://t.co/eGlIDBmlj8 via @tribunnewswiki
— Tribunnews (@tribunnews) April 30, 2020
Waduh, Bupati Konawe Sebut Luhut Dukung Upaya Datangkan 500 TKA China https://t.co/wlKq9c8rPT
— VIVAcoid (@VIVAcoid) May 3, 2020
Tidak Beri Manfaat
Model investasi China di Morosi Kabupaten Konawe dan berbagai daerah di Indonesia dapat dikatakan tidak memberi manfaat bagi daerah.
Pada akhir Maret 2020 dalam rangka menghadiri perkawinan keponakan saya dan ziarah ke kubur kedua orang tua, saya bertanya kepada beberapa orang.
Apa manfaat yang diperoleh dari investasi China di Morosi? Mereka menjawab tidak ada. Hal tersebut dibenarkan Kerry Konggoasa, Bupati Konawe bahwa sampai saat ini tidak ada kontribusi perusahaan tersebut bagi pembangunan.
Oleh karena itu, sangat wajar jika rakyat Sulawesi Tenggara dan bangsa Indonesia marah karena model investasi semacam itu tidak ada gunanya bagi rakyat dan pemerintah daerah tempat investasi itu dilakukan.
Saya berharap pemerintah pusat meninjau kembali model investasi China di Konawe Sulawesi Tenggara dan berbagai daerah di Indonesia.
Demi masa depan seluruh bangsa Indonesia, saya serukan supaya stop sementara kehadiran TKA China di Morosi dan berbagai daerah di Indonesia.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Polemik TKA China yg akan masuk Sultra tidak hanya di stop tapi diambil hikmahnya. Investasi China hrs direvisi agar beri manfaat bagi daerah dan indonesia. Investasi ok tapi hrs beri manfaat yg besar pd daerah dan Indonesia. https://t.co/XzTX1n1D5H
— Musni Umar (@musniumar) May 4, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
