Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) belum selesai. Akan tetapi, seolah sudah selesai.
Banyak kebijakan pemerintah yang menafikan PSBB. Pertama, izin operasi moda transportasi darat, laut dan udara telah mendorong masyarakat untuk mudik. Pada hal mudik telah dilarang.
Mudik dilarang, tetapi moda transportasi disediakan. Akhirnya rakyat memilih mudik walaupun dilarang.
Logika berpikir harus diluruskan. Moda transportasi tidak diberi izin beroperasi, otomatis orang tidak mudik. Mau mudik naik apa jika tidak ada moda transportasi beroperasi.
Kedua, kebijakan para menteri banyak tidak mendukung PSBB. Sebagai contoh, Menteri Perindustrian RI memberi izin operasi ribuan perusahaan yang bertentangan dengan PSBB.
Ketiga, pembagian sembako banyak dikerumuni warga sehingga tidak ada jarak pisik.
Keempat, pasar moderen dan tradisional yang banyak dikunjungi konsumen tanpa physical distancing (jarak pisik) dan ada yang tidak pakai masker.
Kelima, para pemimpin ada yang tidak memberi teladan seperti saat konser Amal Melawan Corona yang dilaksanakan BPIP bekerjasama MPR, para tamu tidak melakukan physical distancing dan menggunakan masker.
Keenam, mulai memudarnya semangat menerapkan PSBB dari semua kalangan seolah PSBB sudah berakhir karena kurangnya keteladanan dari para pemimpin.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyatakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akan dilanjutkan. Ini disebutnya akan jadi PSBB terakhir. https://t.co/fZsI3lpbVh
— detikcom (@detikcom) May 19, 2020
Anies: Insya Allah Ini PSBB Terakhir https://t.co/RBpfOAnfW5
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) May 19, 2020
Indef Sebut Pelonggaran PSBB Karena Desakan Pengusaha https://t.co/IqlyPpMhW9
— MSNIndonesia (@MSNindonesia) May 18, 2020
Sukseskan PSBB
Berbagai faktor yang dikemukakan, bisa membuat PSBB gagal. Kalau gagal dan corona semakin merajalela, maka kerugiannya sangat besar.
Pertama, rakyat jelata akan semakin lama menderita.
Kedua, ekonomi akan semakin dalam terpuruknya.
Ketiga, pengangguran dan kemiskinan akan semakin merajalela.
Keempat, keresahan sosial, ketidak-pastian dan gejolak sosial bisa terjadi.
Kelima, Indonesia akan menghadapi instabilitas sosial dan tidak mustahil gejolak politik.
Oleh karena itu, saya kembali mengingatkan pentingnya kita menyukseskan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). agar kita segera keluar sebagai pemenang dalam melawan wabah Covid-19.
Pemprov DKI Catat 40.660 Pelanggaran Transportasi Selama PSBB https://t.co/3LzNZsxhuL
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) May 19, 2020
Viral Video Pasar Anyar Bogor Jadi Lautan Manusia, PSBB Kini Tak Lagi Dipedulikan https://t.co/W5BjSVzEU4
— Tribunnews (@tribunnews) May 19, 2020
No caption needed. Just #TerserahIndonesia
PSBB? #TerserahIndonesia
Social Distancing? #TerserahIndonesiahttps://t.co/wkJCYxe4Qy— Urbanasia (@urbanasiacom) May 18, 2020
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Gubernur Anies Baswedan telah perpanjang PSBB di DKI hingga 4 Juni 2020. Artinya PSBB belum selesai. Supaya sukses maka sangat diperlukan contoh dan keteladanan para pemimpin. Jgn seperti kata pepatah "Guru kencing berdiri murid kencing berlari."https://t.co/ugFNSR8HJD
— Musni Umar (@musniumar) May 19, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
