Sejak Malaysia merdeka 31 Agustus 1957, sepanjang yang saya ketahui baru kali ini Malaysia mengalami turbulensi politik yang mengharu biru.
Pemilu (PRU 14) partai-partai politik yang tergabung dalam Pakatan Harapan (PH) memenangi Pemilu (PRU 14) 2018.
Atas kemenangan itu, Pakatan Harapan membentuk pemerintahan dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad untuk menggantikan Barisan Nasional (BN) yang dimotori UMNO yang telah memerintah Malaysia sejak merdeka tahun 1957.
Akan tetapi, pemerintahan Pakatan Harapan tidak bisa bertahan lama karena ada pengkhianatan di kalangan partai bersatu dan 10 orang dari Partai Keadilan Rakyat (PKR).
Mereka berkomplot dengan UMNO dan PAS untuk membentuk pemerintahan baru yang berbasis Melayu-Islam yang disebut Perikatan Nasional (PN).
Oleh karena Mahathir Muhamad kehilangan dukungan dari anggota parlemen, maka akhirnya Mahathir Mohamad mengundurkan sebagai Perdana Menteri Malaysia.
MACC seizes RM600k from Bersatu Youth duo, allegedly stolen party fundshttps://t.co/TbeikKPaDu https://t.co/TbeikKPaDu
— The Star (@staronline) June 7, 2020
#KualaLumpur Majlis Pimpinan Tertinggi Bersatu mengesahkan bahawa keahlian Tun Dr Mahathir Mohamad bersama 4 ahli parlimen terhenti secara serta-merta menurut perlembagaan Bersatu dan tafsiran berhubung perkara itu adalah muktamadhttps://t.co/tRqqQ8zjpq
— Harian Metro (@hmetromy) June 5, 2020
Muhyiddin Dilantik PM
Setelah Yang di-Pertuan Agong Al-Sultan Abdullah bertemu dengan para anggota Parlemen Malaysia, raja Malaysia kemudian melantik Muhyiddin Yassin sebagai Perdana Malaysia ke-8.
Akan tetapi dalam sidang Dewan Rakyat 18 Mei 2020 dengan agenda tunggal mendengarkan pidato raja Malaysia, para anggota (ahli) parlemen yang dipisah tempat duduknya antara pembangkang (oposisi) dengan penyokong pemerintah.
Dari 222 anggota parlemen, ternyata anggota parlemen yang meyokong pemerintah (kerajaan) hanya 113 orang. Artinya penyokong pemerintah hanya simple majority-selisih 2 orang.
Dengan mayoritas simpel selisih 2 orang, maka sangat mudah dijatuhkan pemerintahan Perikatan Nasional (PN) oleh oposisi.
100 days: Muhyiddin's well-timed decision puts Malaysia on strong footing for recovery #AWANInews #EnglishNEWS https://t.co/392Qi8Mpuz pic.twitter.com/8oTTPpVleA
— ??Astro AWANI?? (@501Awani) June 7, 2020
#putrajaya Bekas Perdana Menteri Tun Dr Mahathir Mohamad berkata sekarang bukanlah masanya untuk mengadakan Pilihan Raya Umum (PRU) susulan keadaan politik semasa negara.https://t.co/bV7paOu2bF
— Harian Metro (@hmetromy) June 5, 2020
Muhyiddin Versus Mahathir
Perseteruan antara Muhyiddin dengan Mahathir berlanjut dan semakin memanas.
Muhyiddin Yassin, selaku Presiden Parti Bersatu, telah memecat Mahathir Mohamad dan para loyalisnya dari partai Pribumi Bersatu Malaysia, yang sering disebut “Bersatu.”
Kondisi politik Malaysia semakin mendidih karena Mahathir Mohamad selaku anggota parlemen telah mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintahan Perikatan Nasional (PN) yang dipimpin Muhyiddin Yassin.
Dengan mayoritas sederhana (simple majority) di Dewan Rakyat, maka ditengah deraan covid-19 dan kemerosotan ekonomi, sangat sulit mempertahankan pemerintahan Perikatan Nasional (PN).
#KualaLumpur Sekurang-kurangnya dua menteri kabinet daripada Parti Pribumi Bersatu Malaysia (Bersatu) dijangka meletakkan jawatan dalam masa terdekat dan menyatakan sokongan kepada Tun Dr Mahathir Mohamad.https://t.co/X4x4Bu8xb3
— Harian Metro (@hmetromy) June 5, 2020
Untuk menyelamatkan PN dan Partai Bersatu, penting ada kompromi politik antara Muhyiddin Yassin dan Mahathir Mohamad.
Akan tetapi, sangat sulit diharapkan adanya kompromi politik kedua tokoh tersebut karena adanya pengkhianatan yang sulit dimaafkan.
Dampak dari perseteruan Muhyiddin dan Mahathir, maka Malaysia berada dipersimpangan jalan. Kalau tidak segera di atasi, maka korban yang sudah didepan mata adalah Parti Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM), yang akan terkubur dalam Pemilu (PRU-15).
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Tulisan saya ini jadi trending topic di google. Sila baca. Thanks https://t.co/xzSPi1R8NR
— Musni Umar (@musniumar) June 8, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
