Bos Maspion Alim Markus curhat dengan berkata: RI dihujani barang impor China.
(CNBC Indonesia, 05 June 2020).
Curahan hati (curhat) itu memilukan hati karena Indonesia yang diproklamirkan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945 seharusnya mengamalkan Tri Sakti Bung Karno yaitu “berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, berkepribadian dalam kebudayaan.”
Salah satu bagian dari Tri Sakti ialah berdikari dalam bidang ekonomi. Trisakti Bung Karno telah menjadi visi misi Presiden Jokowi dalam menjalankan pemerintahan.
Akan tetapi, dalam realita jauh panggang dari api. Membanjirnya produk China di Indonesia membahayakan ekonomi Indonesia dan merupakan bukti bahwa Tri Sakti Bung Karno tidak diamalkan Indonesia.
Amerika Serikat, negara yg menganut paham liberalisme, tapi sangat melindungi industri dlm negeri. Dia kenakan bea masuk produk China sampai 60%. Mengapa Indo. tdk lindungi produsen dlm ngr? Kpn kita jadi tuan di negara sendiri? Kalo semua imporhttps://t.co/vhB5UeX0p3
— Musni Umar (@musniumar) June 7, 2020
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan kementeriannya tengah menyiapkan aturan soal ekspor APD buatan dalam negeri. https://t.co/j1U0DdTUr4
— TEMPO.CO (@tempodotco) June 9, 2020
Dampak Impor China
Para ekonom sudah banyak membahas bahwa membanjir produk asing ke dalam negeri membahayakan ekonomi.
Pertama, bangsa Indonesia menjadi bangsa konsumen terhadap produk bangsa asing (China). Dampaknya tidak menguntungkan dalam membangun Indonesia.
Kedua, bangsa Indonesia tidak bisa menjadi bangsa mandiri karena bergantung kepada bangsa asing (China). Mati hidupnya bangsa Indonesia ditentukan dari supply barang bangsa lain (China).
Ketiga, industri dalam negeri hancur akibat serbuan barang-barang produk China.
Keempat, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang malas dan tidak produktif karena dinina-bobokan produk China yang terkenal murah.
Kelima, Indonesia menjadi bangsa yang terjajah, tidak merdeka karena mayoritas kebutuhannya di suply China.
Keenam, pengangguran merajalela karena industri dalam negeri bubar – kalah bersaing dengan barang-barang produk China.
Selama pandemi virus Corona (COVID-19), terdapat lonjakan impor yang cukup signifikan atas 7 produk. Ini rinciannya. #China
— DetikFinance (@detikfinance) June 8, 2020
Ugal-ugalan Impor China, Nasib Produk Dalam Negeri di Ujung Tanduk? #NgeblogDiRumah https://t.co/TBoO8Fwm4n
— Kompasiana (@kompasiana) June 8, 2020
Melindungi Produk Dalam Negeri
Pemerintah Indonesia tidak mempunyai pilihan kecuali melindungi produksi dalam negeri.
Setidaknya ada tiga alasan, pemerintah harus melindungi bangsa Indonesia dan produksi dalam negeri.
Pertama, untuk meningkatkan pertahanan dan ketahanan bangsa Indonesia. Oleh karena bangsa yang tergantung kebutuhannya pada asing, bangsa tersebut lemah dan rapuh.
Kedua, untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi bangsa Indonesia melalui pengembangan industri dalam negeri.
Ketiga, untuk membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi bangsa Indonesia.
https://twitter.com/vivanewscom/status/1270324862129758208
Corona, BPK Ingatkan Potensi Kebocoran Dana Pemulihan Ekonomi https://t.co/J6hcLAbjdB
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) June 9, 2020
Cara melindungi
Indonesia sudah sepatutnya belajar dari Amerika Serikat dalam melindungi industri dalam negeri Amerika Serikat.
Pertama, menaikkan pajak bea masuk yang tinggi pada semua barang produk China, sehingga produk industri dalam negeri bisa bersaing (kompetitif).
Kedua, mendorong bangsa Indonesia untuk membeli barang produk dalam negeri.
Ketiga, Presiden, para menteri dan para Gubernur mesti memiliki political will dan political courage untuk mengeluarkan kebijakan yang pro pribumi dan pro perlindungan terhadap industri dalam negeri.
Dengan melakukan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka industri dalam negeri bisa bertahan dan maju sebagai pilar ekonomi Indonesia yang kuat.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Bung Hatta pernah menasehati kita supaya bangsa Indonesia menjadi bangsa produsen. Sekarang kita menjadi bgs konsumen barang produk China. Kita terus seperti skrg atau jadi bgs yg mandiri sesuai Tri Sakti Bung Karno. Ini ulasannyahttps://t.co/0T16HkUM7v
— Musni Umar (@musniumar) June 9, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
