China dan Iran telah membuat kesepakatan kerjasama jangka panjang selama 25 tahun, yang ditandai dengan lawatan resmi Presiden China Xi Jinping ke Iran.
Kesepakatan itu akan memberi pengaruh dalam geopolitik di Timur Tengah dan dunia.
Sebagaimana diketahui, China merupakan negara dengan penduduk terbesar di dunia dengan sistem monopartai yaitu satu partai politik komunis dengan sistem ekonomi liberal.
Saat ini China sedang bangkit dan diperkirakan bakal menjadi adidaya di abad 21.
Sementara sistem politik Iran berbentuk demoktasi, tetapi memiliki sistem yang khas karena terdapat wilayatul faqih yang berkuasa mengawal Republik Islam Iran, dipimpin ulama kharismatik. Semula dipimpin Ayatullah Khomaeni, setelah beliau wafat, pemimpin spiriual Iran dijabat Ayatullah Ali Khamanei.
Pemerintah Iran tengah merundingkan sebuah perjanjian strategis untuk 25 tahun dengan China. Isi dan ketentuan soal perjanjian ini akan diumumkan begitu kesepakatan dicapai oleh kedua negara nantinya. #Iran #China https://t.co/p4b5ZsHAo9
— detikcom (@detikcom) July 6, 2020
Rudal-rudal Pembunuh China Sudah Siap Hadapi Taktik Perang Amerika https://t.co/l2Ga08nnPD
— VIVAcoid (@VIVAcoid) August 10, 2020
China Versus AS
Di masa pemerintahan Donald Trump, hubungan China dengan Amerika Serikat sangat buruk. Demikian pula hubungan Iran dengan Amerika Serikat.
Menurut saya, memburuknya hubungan Amerika Serikat dengan China sangat terkait dengan persaingan.
Sebagaimana diketahui, China semakin lama semakin kuat secara ekonomi dan militer. Amerika Serikat sebagai negara adidaya (super power) satu-satunya di dunia tidak mau kalau ada negara lain yang menandingi kehebatannya.
Oleh karena itu, satu persatu hubungan dengan China dievaluasi. Mulai dari hubungan dagang kedua negara, dimana Amerika Serikat selalu mengalami defisit perdagangan dinaikkan pajak masuk yang tinggi, yang kemudian China membalasnya.
Demikian pula masalah China Selatan, yang diklaim secara sepihak oleh China dengan membuat pulau buatan. Amerika Serikat menolak klaim sepihak dengan mengerahkan kapal induk dan kapal perangnya untuk melakukan patroli disekitar pulau buatan yang disebut Amerika Serikat sebagai perairan internasional.
Begitu pula pandemik covid-19, Amerika Serikat menuduh China membuat covid-19 dan China menolak keras sehingga hubungan kedua negara semakin memanas.
Usai COVID-19, virus flu babi G4, hingga bubonic (pes), kini China melaporkan adanya kasus infeksi virus yang disebabkan oleh gigitan kutu atau yang dikenal dengan tick-borne. Berikut fakta-faktanya! #TickBorne #China
via @20detik pic.twitter.com/7WaXcbhtIl
— detikcom (@detikcom) August 10, 2020
Menurut Presiden Trump, #TikTok berpotensi jadi alat intelijen China memata-matai AS. Namun, #TikTok menekankan jika data tidak disimpan di China dan mengatakan bahwa otoritas China tak memiliki akses ke informasi pribadi pengguna. https://t.co/8fSBjh0zoC #CNNIndonesia pic.twitter.com/IbQSZFKKy2
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) August 8, 2020
Iran Versus AS
Sejak revolusi Islam Iran tahun 1979 yang menggulingkan Shah Iran Reza Pahlevi yang didukung oleh Amerika Serikat, hubungan kedua negara tidak pernah membaik.
Selama 41 tahun umur Republik Islam Iran, tidak pernah kedua negara itu berbaikan.
Saat Jenderal Qassem Soleimani, komandan pasukan elit Republik Islam Iran dibunuh di Irak pada 03 Januari 2020 dalam serangan udara yang dilakukan atas “perintah Presiden Trump, pemimpin spiritual Iran Ayatullah Ali Khamanei sangat marah.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamanei mengatakan “akan ada serangan balasan terhadap penjahat” yang melakukan serangan (BBC News Indonesia, 3 Januari 2020).
Garda revolusi Iran ketika melakukan pembalasan dengan membom pangkalan militer Amerika Serikat di Irak, nyaris terjadi perang terbuka kedua negara, tetapi perang terbuka tidak terjadi karena Amerika Serikat tidak menyerang balik Iran.
Sejumlah jet tempur China dikerahkan saat Menteri Kesehatan AS Alex Azar datang berkunjung ke Taiwan dan bertemu Presiden Tsai Ing-wen. Seperti apa? #AS #Taiwan https://t.co/vq9nTEQqDv
— detikcom (@detikcom) August 10, 2020
China Akan Bangun Pangkalan Militer di Iran, AS Kebakaran Jenggot https://t.co/GZGhrIG6AA
— VIVAcoid (@VIVAcoid) August 10, 2020
Iran Bersekutu China
Persekutuan Iran dengan China pasti negara-negara sekutu Amerika Serikat di Timur Tengah seperti Israel, Arab Saudi dan lain-lain semakin khawatir dan merasa tidak nyaman.
Tanpa bersekutu dengan China, Iran merupakan satu-satunya negara di dunia yang berani secara terbuka melawan Amerika Serikat.
Walaupun Iran diembargo dan dijatuhi sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat, tetapi negara itu mampu bertahan dan bangkit.
Dengan adanya persekutuan Iran dan China, maka geopolitik di Timur Tengah akan berubah karena Iran tidak lagi sendirian menghadapi Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya di Timur Tengah, tetapi Iran sudah mendapat sekutu yang kuat yaitu China.
Semoga persekutuan Iran dan China menghadirkan perdamaian di Timur Tengah dan di dunia.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
China dan Iran bersekutu untuk melawan Amerika Serikat. Dampaknya menakutkan. Iran sendirian sudah mengguncang Timur Tengah apalagi jika China dan Iran bersekutuhttps://t.co/BhRYipXrHv
— Musni Umar (@musniumar) August 10, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
