Wabah corona yang menghantam bangsa Indonesia dan berbagai bangsa di negara lain, telah menimbulkan krisis multi dimensi terhadap bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia.
Salah satu krisis yang dialami ialah krisis sosial. Wabah corona yang menyerang bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain telah memberi dampak hancurnya ekonomi.
Akibat kehancuran ekonomi, maka berbagai perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja.
Dampak lanjutan dari pemutusan hubungan kerja, terjadi pengangguran massal. Kalau terjadi pengangguran, maka dampaknya kepada yang bersangkutan tidak hanya kehilangan pendapatan, tetapi juga jatuh miskin.
Antrean Orang Mau Cerai di Bandung, Sehari Capai 150 Gugatan https://t.co/aMp3sIrTDZ
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) August 24, 2020
https://twitter.com/tribunjabar/status/1298460431275630592
Keluarga Pecah
Sejatinya tidak ada orang yang sudah berkeluarga, keluarganya yang sudah dibangun dan dibina apalagi sudah mempunyai anak menjadi pecah dan runtuh.
Akan tetapi, keinginan kuat untuk mempertahankan keluarga, pasti akan gagal jika untuk makan saja tidak bisa dipenuhi.
Fenomena perceraian di Pengadilan Agama di Soreang, Bandung dan di berbagai tempat yang terjadi dimasyarakat belakangan ini seperti diberitakan media sosial dan menjadi viral, sungguh menyedihkan dan memprihatinkan.
Perceraian dalam keluarga, setidaknya disebabkan lima faktor.
Pertama, suami isteri kehilangan pekerjaan, sehingga tidak ada pemasukan dana untuk membiayai hidup bersama dalam keluarga.
Pandemi corona, memberi kontribusi yang terbesar runtuhnya rumah tangga yang diakhiri dengan perceraian.
Kedua, suami sebagai satu-satunya pemberi pendapatan bagi keluarga, mengalami pemutusan hubungan kerja, menyebabkan keluarga kehilangan penerimaan uang. Jika tidak kuat, tidak sabar dan tidak segera mencari jalan keluar untuk mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan minimal, maka keluarga pecah dan berantakan.
Ketiga, suami dan isteri tidak saling memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak mencari persamaan, hanya perbedaan, maka rumah tangga bisa pecah bersamaan dengan perjalanan waktu.
Keempat, suami atau isteri egois, tidak saling mau mengalah untuk kebaikan besama dan keutuhan rumah tangga, keluarga bisa bercerai.
Kelima, adanya pihak ketiga, terutama suami melirik yang lebih muda dan lebih cantik. Bisa juga isteri yang cantik, ada laki-laki yang menggoda, rumah tangga bisa berantakan.
Puluhan Ibu Muda Antre Ajukan Cerai, Sosiolog Bilang Dampak PHKhttps://t.co/ms885ooZgv
— GELORA NEWS (@geloraco) August 25, 2020
Jumlah PHK Meningkat Saat Corona – BERKAS KOMPAS (Bag1) https://t.co/GXvO763WGu pic.twitter.com/0Why8juVv3
— KOMPAS TV (@KompasTV) July 11, 2020
Kiat Keluarga Utuh dan Bahagia
Keluarga yang utuh dan bahagia merupakan dambaan bagi manusia.
Berikut ini saya sampaikan kiat keluarga tetap utuh dan bahagia.
Pertama, bangun keluarga di atas landasan cinta kasih, iman dan takwa kepada Allah. Jangan atas landasan cinta dan harta semata.
Kedua, atasi masalah dengan mencari solusi secara bersama-sama. Kalau masalah ekonomi yang dihadapi, solusinya dengan ekonomi.
Ketiga, suami isteri harus saling membantu. Walaupun dirumah tangga yang tanggung jawab isteri, suami tidak ada salahnya kalau membantu, misalnya mencuci piring, menyapu, menyiram taman dan sebagainya.
Keempat, tumbuhkan rasa saling menyintai, rasa kasih sayang dan rasa empati suami isteri dan anak.
Kelima, kalau dapat masalah seperti terkena pemutusan hubungan kerja (PHK), harus banyak berdoa, biasakan shalat wajib (shalat Magrib, Isya, Subuh, Zuhur dan Ashar) tepat waktu, shalat tajahud (shalat malam) dan shalat sunat rawatib. Minta tolong kepada Allah dengan sabar dan tabah semoga mendapatkan jalan keluar. Yakin dan percaya, di dalam kesulitan, ada kemudahan dan jalan keluar.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat Corona telah hancurkan ekonomi. Dampaknya timbulkan krisis sosial. Salah satunya marak perceraian. Sila baca Kiat Cegah dan atasi hancurnya keluarga.https://t.co/uAEp1P38CN
— Musni Umar (@musniumar) August 26, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
