Pemerintah Malaysia telah mengeluarkan keputusan yang melarang Warga Negara Indonesia (WNI), Warga Negara Pilipina dan warga negara India, masuk ke Malaysia.
Keputusan tersebut diambil oleh pemerintah Malaysia untuk mencegah penyebaran covid-19 di Malaysia.
Sebagaimana diketahui bahwa India merupakan negara yang sangat besar warganya mengalami positif covid-19. Wikipedia memberitakan positif Covid-19 di India per 1 September 2020 sebanyak 3. 691.166 orang, meninggal dunia 65.288 orang.
Adapun Pilipina, Jumlah positif covid-19 sebanyak 224.264, meninggal dunia 3.597 orang.
Sedangkan Indonesia, Jumlah positif Covid-19 sebanyak 177.571, meninggal dunia 7.505 orang.
WNI Pemegang Izin Masuk Jangka Panjang Dilarang ke Malaysia. Malaysia akan melarang masuknya pemegang izin imigrasi jangka panjang dari Indonesia, Filipina, India mulai 7 September mendatang. https://t.co/nb09OMrZ5O
— Media Indonesia (@mediaindonesia) September 1, 2020
100 Dokter Meninggal dan Salah Jalan Negara Lindungi Nakes https://t.co/GaMd6beraF
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) September 2, 2020
Dampak Ekonomi
Warga Negara Indonesia (WNI) sangat banyak yang bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Indonesia. Begitu juga yang belajar di Malaysia.
Dampak ekonomi bagi Indonesia sangat besar. Bank Indonesia melaporkan bahwa Tenaga Kerja Indonesia (TKI) mengirim uang ke Indonesia sebesar Rp 38 Triliun di Q3-2018. Pengiriman terbanyak berdasarkan negara dari Malaysia mencapai US$ 771 juta (CNBC Indonesia, 19 Januari 2019).
https://www.cnbcindonesia.com/news/20190118190919-4-51408/tki-sang-pahlawan-devisa-kirim-uang-rp-38-t-di-q3-2018
Pengiriman uang dari Malaysia pertahun sebanyak US$ 771 juta, jika dikali dengan kurs rupiah 14 500/1 dolar Amerika Serikat, maka jumlah uang yang masuk ke Indonesia dari Malaysia mencapai 11 triliun lebih.
Sebaliknya, Malaysia menerima pelajar dan mahasiswa dari Indonesia dalam jumlah yang amat besar. Dari sekitar 170 ribu pelajar dan mahasiswa di 152 negara yang belajar di Malaysia, sekitar 20.000 orang berasal dari Indonesia.
Kalau setiap pelajar atau mahasiswa mengeluarkan biaya hidup misalnya Rp 3 juta perbulan dikali 12 bulan dikali 20.000, ditambah uang kuliah, maka uang yang diterima Malaysia, dugaan saya lebih besar dari yang dikirim TKI ke Indonesia.
Hal tersebut belum termasuk pelancong (wisatawan) dari Indonesia yang jutaan orang setiap tahun melancong ke Malaysia.
Negara Abai, Jerih Payah TKI Puluhan Triliun Hilang Sia-sia Tiap Tahun https://t.co/s54WEasyNq #DariSuara
— suaradotcom (@suaradotcom) January 28, 2020
PT Bank Negara Indonesia (BNI) cabang Hong Kong mencatat kiriman uang tenaga kerja Indonesia (TKI) sudah mencapai Rp 1,10 triliun https://t.co/cUyXLBys1d
— DetikFinance (@detikfinance) October 28, 2019
Makin sering TKI kirim uang untuk keluarganya di Tanah Air, makin berimbas bagus bagi perekonomian. Karena kuatnya ekonomi keluarga menjadi basis penurunan tingkat kemiskinan nasional. #LaporanKhas https://t.co/ADQ4mBEf2l
— LokadataID (@LokadataID) July 3, 2019
Peluang di Bidang Pendidikan
Covid-19 telah memberi dampak negatif bagi Malaysia dan Indonesia. Malaysia telah mengalami resesi, juga Indonesia pada Q3 tahun ini akan mengalami resesi.
Walaupun Warga Negara Indonesia dilarang masuk ke Malaysia untuk mencegah penularan covid-19 di Malaysia, tetapi masih ada peluang (opportunity).
Salah satu peluang untuk masa depan ialah di bidang pendidikan, terbuka lebar program doktoral (S3) untuk belajar di Malaysia.
Salah satu universitas bertaraf internasional ialah Asia e University (AeU). Universitas ini digagas 36 negara. Sejak didirikan (ditubuhkan), untuk program doktoral (Ph.D) adalah by Research. Bimbingan penelitian dan penulisan disertasi (thesis) dari Profesor semuanya dilakukan melalui internet (international network).
Selain itu, biaya untuk program doktoral, 50 persen lebih murah dari Indonesia. Masa studi, rata-rata 3 tahun. Tantangan (cabaran) yang harus dilalui belajar kembali bahasa Inggris sebagaimana halnya di Indonesia untuk program doktoral yang bermutu seperti UI, UGM, ITB, IPB.
Univ. Ibnu Chaldun awali thn 2020 dgn mengirim pr dosennya mngkt prgrm doktoral di Asia e University, Malaysia. Utk mwjdkn hal tsb tgl 5-7 Januari 2020 km melawat ke AeU utk merealisasikan hal itu. Insya Allah kami diterim President AeU Prof Ansari Ahmed https://t.co/bK3ZimsrW4
— Musni Umar (@musniumar) January 3, 2020
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Pemerintah Malaysia telah mengeluarkan keputusan yg melarang 3 negara, warga negaranya masuk Malaysia. Apa dampak negatif dan peluang bagi Indonesia dan Malaysia. Simak berikut ini. https://t.co/RMM3wkYtBF
— Musni Umar (@musniumar) September 2, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
