Sosiolog senior Musni Umar mengatakan bahwa resesi ekonomi telah menimbulkan efek domino yang mengerikan terhadap masyakat karena terjadi efek berantai.
Efek berantai yang diakibatkan oleh resesi ekonomi.
1. Pertumbuhan ekonomi minus. Dampak negatifnya menimpa masyarakat luas, sebab tidak terbuka lapangan pekerjaan.
2. Daya beli masyarakat turun drastis, sehingga permintaan terhadap barang turun. Dampak negatifnya dunia usaha mengalami kesulitan.
3. Perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), karena produksi turun drastis akibat merosotnya daya beli masyarakat.
4. Pengangguran terjadi di mana-mana.
5. Kemiskinan meningkat secara signifikan sebagai efek banyaknya pengangguran.
6. Meningkat perceraian akibat menganggur-tidak ada penghasilan, sehingga terjadi keruntuhan keluarga.
Hal tersebut dikemukakan Musni Umar pada webinar seminar nasional dalam rangka memperingati Milad ke-54 KAHMI yang bertema “Resesi Ekonomi Dampak dan Solusinya” yang dilaksanakan Forum Diskusi Insan Cita Sejahtera (Fordis ICS), Majelis Nasional Kahmi dan Universitas Ibnu Chaldun (11/9/2020).
Ini pernyataan ekonom Atifah, Ph.D dalam webinar seminar nasional memperingati 54 Tahun KAHMI yang populer. Saya share kembali. Tks https://t.co/f831I9qlXE
— Musni Umar (@musniumar) September 13, 2020
Indonesia di Ambang Resesi, Bagaimana Kita Menyikapinya? https://t.co/hb1R3hNnNr
— MSNIndonesia (@MSNindonesia) September 9, 2020
6 Dampak Resesi Ekonomi
Musni Umar menjelaskan setidaknya ada 6 M yang dialami sebagai dampak dari resesi ekonomi.
Pertama, utang pemerintah meningkat secara signifikan. Hal itu dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sekitar 2500 triliun rupiah, setengahnya saja tidak bisa ditutupi dengan penerimaan dari sektor pajak karena banyak perusahaan yang mengalami masalah akibat resesi, sehingga tidak bisa bayar pajak. Solusinya pemerintah harus mencari utang dengan berbagai cara untuk menutupi defisit anggaran.
Kedua, meningkat jumlah perusahaan yang mengalami masalah, sehingga pemerintah terpaksa memberi stimulus untuk menyelamatkan dunia usaha yang banyak mendapat masalah.
Ketiga, meningkat jumlah tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Tidak ada data yang valid tentang jumlah tenaga kerja yang sudah di PHK. Akan tetapi, saya pastikan sangat banyak yang sudah di PHK.
Keempat, meningkat drastis jumlah pengangguran di Indonesia. Setiap tahun jumlah pencari kerja baru sekitar 2,5 juta orang. Tahun 2020 pasti para pencari kerja baru tidak bisa mendapat pekerjaan karena tidak ada pertumbuhan ekonomi. Ditambah mereka yang di PHK, mereka yang selama ini mencari pekerjaan dan belum mendapat pekerjaan, jumlah pengangguran pasti berakumulasi sehingga jumlahnya sangat besar.
Kelima, meningkat jumlah orang miskin. Jumlah orang miskin di Indonesia tergantung garis kemiskinan (poverty line) yang ditetapkan. Kalau menurut BPS jumlah orang miskin di Indonesia sekitar 26 juta jiwa karena garis kemiskinan hanya sekitar 1 dolar Amerika Serikat perhari. Sedang menurut Prof. Effendi Muhajir, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI jumlah keluarga miskin di Indonesia mencapai 76 juta.
Keenam, meningkat jumlah anak tidak sekolah. Ini terjadi akibat meningkat pengangguran dan kemiskinan, sehingga semakin banyak anak-anak tidak bisa melanjutkan pendidikan. Walaupun pemerintah menyediakan beasiswa tetap saja banyak yang tidak bisa melanjutkan pendidikan karena orang tua tidak mampu memberi biaya hidup kepada anak-anak mereka.
[#IPEDia]
Salah satu dampak dari pandemi COVID-19 adalah resesi ekonomi. Resesi ini dialami oleh berbagai negara dengan ekonomi yang kuat, seperti Singapura & Korea Selatan.
Apa yang dimaksud dengan resesi & bagaimana dampaknya bagi Indonesia? Simak selengkapnya dalam #IPEDia! pic.twitter.com/PjDYAfFU8L
— Institute of International Studies (@IIS_UGM) September 7, 2020
Isu buzzer dan influencer mengemuka. Para politikus saling beradu argumen soal peran mereka di era kini. Apa sih beda buzzer dan influencer? #Buzzer #Influencer https://t.co/Z84sBL3qBx
— detikcom (@detikcom) September 2, 2020
Tertibkan Buzzer, Pemerintah Dinilai Bisa Lebih Berperan https://t.co/0qlOD4OGTB
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) September 4, 2020
Akhiri Pemborosan Biayai Influencer dan Buzzer
Dalam mengakhiri paparannya, Musni Umar memberi solusi untuk mengakhiri resesi ekonomi dan mengurangi dampak negatifnya.
1. Mengatasi penyebab terjadinya resesi ekonomi, yaitu wabah corona. PSBB merupakan langkah yang harus dilakukan. Selagi wabah corona belum bisa diatasi, resesi ekonomi akan terus berlanjut dan Indonesia bisa mengalami depresi.
2. Lakukan penghematan total, seperti berhenti membiayai para influencer dan buzzer dan segala macam pemborosan karena hanya membuang-buang uang. Apa lagi uang yang dibelanjakan banyak bersumber dari utang.
3. Saling tolong-menolong diantara sesama anak bangsa wajib dilakukan untuk mencegah semakin banyak bunuh diri akibat miskin.
4. Mesti bersatu untuk mengatasi corona dan segala dampaknya.
Saran dan komentar? silahkan reply di twitter status dibawah ini (click logo biru dan reply).
Corona telah timbulkan krisis dan resesi ekonomi. Resesi ini beri efek domino. Rakyat jelata paling menderita akibat resesi ekonomi.https://t.co/QiEcvPBlHX
— Musni Umar (@musniumar) September 13, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
