Amien Rais dalam bukunya berjudul “Risalah Kebangsaan, Pilihan Buat Pak Jokowi: Mundur atau Terus”. Buku setebal 94 halaman diluncurkan secara virtual pada Jumat malam (25/9/2020)
Amien Rais dalam bukunya itu membeberkan jumlah orang yang terbunuh oleh kaum komunis di berbagai negara.
Amien Rais Luncurkan Buku Berjudul 'Pilihan Buat Pak Jokowi: Mundur atau Terus' https://t.co/xwAb2qNkVG
— Tribunnews.com (@tribunnews) September 27, 2020
Di Kamboja, sebanyak 2.035.000 orang pada periode 1975-1979 dibunuh. Kemudian, 77.277.000 orang pada periode 1949-1987 di Republik Rakyat China (RRC).
Lalu, 1.585.000 orang pada periode 1945-1948 di Polandia. Selanjutnya, 1.563.000 orang di Korea Utara pada periode 1948-1987, 1.670.000 orang di Vietnam pada periode 1945-1987, 1.072.000 orang, di Yugoslavia pada periode 1944-1987 dan 61.911.000 orang di Uni Soviet pada periode 1917-1987.
Seorang antropolog Amerika, Robert Jay, yang mulai tahun 1953, turun ke Jawa Tengah menggambarkan kekejaman PKI. “Mereka menggunakan kekuatan mereka untuk melenyapkan bukan saja para pejabat pemerintah pusat, tapi juga penduduk biasa yang merasa dendam. Mereka itu terutama ulama-ulama tradisionalis, santri dan lain-lain yang dikenal karena kesalihan mereka kepada Islam. Mereka ini ditembak, dibakar sampai mati, atau dicincang-cincang, kadang-kadang ketiga-tiganya sekaligus. Masjid dan madrasah dibakar, rumah-rumah pemeluknya dirampok dan dirusak.”
Pembantaian Ulama dan Santri oleh PKI Musso, Yang Memberontak di Madiun September 1948. #JAS MERAH. | Republika Online Mobile https://t.co/AQqLHqABaJ
— Hidayat Nur Wahid (@hnurwahid) September 24, 2020
Komunisme Sudah Mati?
Ilham Aidit, putera ke-4 pentolan PKI menyatakan, zaman sudah berubah. Komunisme sudah tidak lagi punya tempat seperti pada era 1950-1960an, ketika mereka menguasai sepertiga dunia.
Karena itu dia menilai isu PKI yang dijajakan Gatot sudah tidak lagi laku. Masyarakat, dianggap Ilham, sudah mulai pintar.
“Orang sudah melek bahwa kekisruhan yang selama ini muncul juga bukan karena ada neo PKI, tapi lebih ke intoleran, radikalisme, dan sebagainya.”
Senada, Peneliti bidang Sejarah dan Politik LIPI, Asvi Warman Adam mengatakan, kebangkitan PKI tidak mungkin terjadi. Masyarakat di mintanya tak khawatir.
“Itu omong kosong kebangkitan PKI. Karena itu organisasi ini sudah dilarang sejak 1966,” ujar Asvi.
Kata dia, banyak pendukung PKI sudah dibunuh. Kemudian, Orba juga melakukan penelitian khusus (Litsus) dengan mendata setiap orang yang terlibat, atau saudaranya terlibat PKI. Ideologi komunis sendiri sudah tidak relevan dengan kondisi dunia saat ini.
“Jadi sangat mustahil dan tidak masuk akal kalau organisasi ini akan bangkit,” tegasnya.
Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Letjen (Purn) Agus Widjojo juga menyatakan, komunisme di dunia saat ini sudah mati. Meski masih ada partai komunis, tapi sudah gerakan komunisme internasional seperti yang terjadi pada era perang dingin Soviet – AS sudah tidak ada lagi.
KAMI menyampaikan surat terbuka kepada Presiden Jokowi, menuntut agar bertindak serius terhadap gejala kebangkitan neo komunisme & PKI gaya baru. Pro kontra terjadi, ini hanya isu yang sengaja dibangkitkan tiap tahun jelang 30 September. ILC malam ini di tvOne #ILCIdeologiPKI pic.twitter.com/JlNxxcVrWS
— tvOneNews (@tvOneNews) September 29, 2020
Bangkitnya Komunisme
Komunisme adalah sebuah ideologi yang tidak pernah mati. Dia bisa bermemorfosis ke dalam bentuk lain seperti yang disebut PKI gaya baru.
Saya sependapat Asvi Warman Adam dan Agus Widjojo bahwa PKI tidak mungkin bangkit di Indonesia karena partai itu sudah dibubarkan dan telah ada Tap MPR Nomor 25 Tahun 1966. Akan tetapi faham komunisme tidak akan pernah mati.
Faham komunisme, marxisme dan leninisme terus berkembang. Negara yang sukses praktikkan sistem komunisme adalah China. China sedang maju dan berkembang pesat merupakan contoh negara komunis yang beradaptasi. Ekonomi China menganut sistem kapitalis, sedang sistem politik 100 persen ala komunis.
Presiden China Xi Jinping meminta para pelaku dunia usaha di negaranya untuk mendukung Partai Komunis. Mereka pun diminta untuk turut serta dalam dunia politik. #China
via @detikfinance https://t.co/FEaK8Fid4R
— detikcom (@detikcom) September 28, 2020
Bukti secara sosiologis bahwa komunisme di Indonesia tidak mati, dapat dilihat dari fenomena sosial, seperti ramainya yang mendiskreditkan ulama, pemimpin Islam, ormas Islam.
Selain itu, timbul pertentangan sosial, kekerasan sosial, penyerangan ulama dan pengrusakan masjid, dikembangkan permusuhan antar ormas Islam, radikalisme dan ekstrimisme dan lain-lain, kemudian disebut pelakunya radikal Islam.
Kaum komunis yang anti agama sangat lihai, menyusup ke legislatif, eksekutif dan yudikatif dan partai politik.
Baca Juga
Pelajaran dari Azerbaijan: Jangan Sampai Indonesia Jatuh ke Tangan Komunis – https://t.co/Zblh5j8RsO
— Musni Umar (@musniumar) October 3, 2021

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
