Pemilihan Presiden Amerika Serikat tanggal 03 November 2020, menjadi perhatian penduduk Amerika Serikat dan seluruh negara di dunia terutama yang menjadi sekutu Amerika Serikat seperti Israel, negara-negara Arab, Muhammad Bin Salman (MBS), putera Mahkota Kerajaan Arab Saudi, serta negara-negara yang selama ini berlawanan dengan Amerika Serikat seperti Iran, China dan lain-lain.
Mengapa seluruh negara di dunia memberi perhatian terhadap pemilihan Presiden Amerika Serikat? Setidaknya ada tiga alasan, dunia memberi perhatian pemilihan Presiden Amerika Serikat.
Pertama, Amerika Serikat masih merupakan negara super power di dunia, walaupun Rusia dan China berusaha tampil mengimbangi kedigdayaan Amerika Serikat.
Kedua, Amerika Serikat memiliki orientasi yang berbeda jika Partai Republik yang memimpin Amerika Serikat, dan sebaliknya kalau Partai Demokrat yang memegang pemerintahan di Amerika Serikat.
Ketiga, negara-negara Arab yang berbentuk kerajaan, tidak begitu nyaman kalau Joe Biden dari Partai Demokrat yang menang dalam pemilihan Presiden di Amerika Serikat. Mereka merasa terancam dengan isu demokratisasi dan HAM yang biasa digulirkan Partai Demokrat.
Pengalaman mereka menghadapi Arab Spring dengan isu demokratisasi, mereka lebih nyaman jika Donald Trump dari Partai Republik yang menang dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat karena dia tidak peduli demokrasi dan HAM.
Lagi-Lagi Donald Trump Sebar Hoaks di Twitter, Sampai Kena Sanksi! https://t.co/yxiY1Jtxbz
— Warta Ekonomi (@WartaEkonomi) October 12, 2020
Taliban Dukung Trump, Aktivis Iklim Greta Thunberg Jagokan Biden https://t.co/UUK8wEEwFx
— SINDOnews (@SINDOnews) October 11, 2020
Partai Republik Vs Partai Demokrat
Kalau Partai Republik di Amerika Serikat berkuasa, maka orientasi pemerintahan Amerika Serikat melindungi pengusaha besar, negara-negara yang menjadi sekutunya, tidak peduli negara itu mengamalkan hukum dan demokrasi, melakukan pelanggaran HAM dan sebagainya, yang penting Amerika Serikat mendapat manfaat ekonomi yang besar saat menjadi sekutu dan pelindung negara-negara sekutunya.
Sebaliknya, kalau Partai Demokrat yang berkuasa, orientasi pemerintahan condong kepada supremasi hukum, demokrasi dan penegakan hak asasi manusia. Melalui instrumen demokrasi dan hak asasi manusia, Amerika Serikat Serikat masuk mempengaruhi negara lain.
Bank-bank yang berperan sebagai eksekutif jasa keuangan di AS itu mendukung Joe Biden, meski rencana pajaknya bisa memberikan sedikit dampak negatif pada sektor industri. #JoeBiden
https://t.co/jXAmT5PbTp— DetikFinance (@detikfinance) October 12, 2020
Debat calon presiden AS putaran kedua antara Donald Trump dan Joe Biden dibatalkan, Rencananya, debat kedua itu akan berlangsung pada 15 Oktober mendatang.
via @20detik https://t.co/88cJLn2l7L
— detikcom (@detikcom) October 10, 2020
Israel, Negara2 Arab dan MBS
Israel merupakan negara yang paling mendapat keuntungan pada masa pemerintahan Donald Trump.
Pertama, Donald Trump tampil pasang badan membela dan melindungi Israel seperti pemindahan Ibukota Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang dimulai dengan memindahkan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem, yang mendapat reaksi keras dari dunia Arab dan dunia Islam karena Yerusalem Timur merupakan ibukota Palestina yang dicanangkan jika sudah merdeka.
Kedua, Donald Trump sukses memaksa Uni Emirat Arab dan Bahrain untuk berdamai dengan Israel yang langsung diprakarsai oleh Donald Trump, Presiden Amerika Serikat.
Ketiga, Donald Trump sukses menakut-nakuti negara-negara Arab bahwa Iran merupakan ancaman terhadap mereka. Karena itu, negara-negara Arab mencari perlindungan kepada Amerika Serikat dan Israel.
Keempat, Donald Trump melindungi MBS (Muhammad Bin Salman), putera mahkota Kerajaan Arab Saudi yang di duga keras terlibat dalam pembunuhan Jamal Kashogi, wartawan Saudi, Kolumnis Washington Post Amerika Serikat.
Bgs Palestina dijajah https://t.co/ixaJPbHgEC ada gunanya berharap pd dunia Arab. Palestina hrs berjuang mlwn Israil. Perjuangan bs ratusan thn lamanya. Banyak bgs yg terjajah akhirnya merdeka stlh berjuang.
Indonesia berjuang utk merdeka 3,5 abad lamanyahttps://t.co/gBxw28MDjD— Musni Umar (@musniumar) September 19, 2020
Iran sebut Trump pengecut setelah negaranya diancam keras dengan kata-kata, "If you f*ck around with us" melalui wawancara radio pada Jumat lalu. https://t.co/0jwOUaKOF1
— Kompas.com (@kompascom) October 11, 2020
Donald Trump Diujung Tanduk
Harapan Israel, Dunia Arab dan MBS supaya Donald Trump terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat semakin kecil peluangnya.
Semua jajak pendapat di Amerika Serikat menunjukkan bahwa Trump bakal kalah dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat tgl 3 November 2020.
Penanganan wabah Corona yang menimbulkan kematian warga negara Amerika yang sangat besar, menurunkan dukungan pemilih untuk memilih Trump.
Selain itu, tingginya angka pengangguran di Amerika Serikat yang hampir mencapai 50 juta orang, menjadi faktor yang sangat mempengaruhi pemilih tidak memilih Trump dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 3 November 2020.
Situasi memanas jelang pemilu Amerika Serikat 3 November 2020 dan mungkin setelahnya. Ini terkait pertanyaan apakah Presiden AS Donald Trump bersedia menyerah jika kalah.#Tajukrencana #adadikompas https://t.co/blpWmCJxHt
— Harian Kompas (@hariankompas) October 12, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
