Pada 10 November 2020 pukul 08.35 wib dengan pesawat Saudia Airlines, Imam Besar Habib Muhammad Rizieq Syihab dan keluarganya tiba di tanah air setelah hampir 4 tahun hidup di pengasingan Arab Saudi.
Di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cingkareng, Banten, di jemput jutaan pendukungnya, sehingga macet total menuju Airport.
Dalam berbagai acara yang dihadiri, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Tebet Jakarta Selatan, lautan manusia yang hadiri. Begitu pula, peletakan batu pertama di Pesantren Kultural di Megamendung Puncak, lautan manusia dipersimpangan Gadog mengalu-alukan kedatangan HRS sehingga terjadi macet total.
Begitu pula peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Markaz FPI Petamburan Jakarta, sangat ramai yang hadiri sehingga Satpol PP mengenakan denda sebesar Rp 50 juta.
Satgas COVID-19 memuji langkah Gubernur DKI Anies Baswedan menjatuhkan denda Rp 50 juta kepada Habib Rizieq. Denda itu disebut denda tertinggi. https://t.co/8jdKgcdKpk
— detikcom (@detikcom) November 15, 2020
Kena Denda Rp 50 Juta, Menantu Habib Rizieq: Ada Antusiasme Terlalu Besar, Jadi Kami Memaklumihttps://t.co/58VTavJ1gh
— GELORA NEWS (@geloraco) November 15, 2020
Diserang Dari Segala Penjuru
Serangan kepada HRS setidaknya dapat dikategorikan kepada tiga kelompok.
Pertama, politisi PDIP di DPR RI seperti Henry Yosodiningrat dan Arteria Dahlan yang meminta kepada polisi supaya mengusut kembali kasus yang pernah dilakukan HRS.
Kedua, politisi PDIP Suhairi Misrawi menyindir HRS dengan mengatakan “Sungguh ini ajaran Abu Jahal” karena HRS berkata: “Ada lonte hina habib? Pusing pusing! Ampe lonte ikut-ikutan ngomong iyee.” Kata Habib Rizieq dilansir dari tayangan YouTube Front TV (15/11/2020).
Pernyataan itu langsung membuat jemaah riuh. Habib Rizieq pun melanjutkan ceramahnya. “Saya enggak marah, cuma ada umat yang marah. Ngancam mengepung lonte. Eh polisi kalang kabut jagain lonte,” ujar Rizieq yang kembali membuat jemaah heboh. “Kacau kacau!” imbuh Rizieq.
Ketiga, Teddy Gusnaidi, Ketua Dewan Pakar Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), berkata Habib Rizieq suarakan Revolusi Akhlak, Teddy Gusnaidi: bacot kayak toa rusak.
“Gak perlu mensyaratkan pemerintah, anda mau patuh ya kewajiban sebagai WNI kalau gak mau patuh juga gak masalah, melanggar hukum, ciduk, masukin penjara, selesai,” cuit Teddy Gusnaidi dikutip dari akun twitternya, Sabtu November 2020 (Jurnal Presisi, 15 November 2020).
Juga serangan dari Nikita Mirzani yang membuat pendukung Habib naik pitam sampai mereka mengancam mau kepung rumah Nikita Mirzani, polisi turun tangan jaga rumah Nikita. Selain itu, serangan Dewi Tanjung yang menyindir Habib kayak penjual obat.
Di hari-hari mendatang, serangan terhadap HRS dari berbagai pihak akan semakin gencar karena mereka tidak khawatir kalau hina HRS akan diproses secara hukum. Sebaliknya, kalau mereka yang dihina, jika melaporkan penghinaan yang dialami, bisa berujung ke pengadilan.
Habib Rizieq berencana silaturahmi dengan tokoh umat Islam dan menggelar tablig akbar untuk mensosialisasikan revolusi akhlak. https://t.co/mbXxUkHPq0
— detikcom (@detikcom) November 15, 2020
"Mari kita dukung seruan Habib Rizieq Syihab terkait revolusi akhlak. Nah revolusi akhlak ini Rasulullah sudah memberi contoh," kata Ariza. https://t.co/eQ3cvAsyYR
— detikcom (@detikcom) November 15, 2020
Situasi Sosial & Politik Kisruh
Penggunaan buzzeRp dan Influencer yang setiap hari menghantam mereka yang bersuara kritis, membuat polarisasi semakin tajam dan memecah belah rakyat.
Politik pecah belah mungkin menguntungkan yang berkuasa karena rakyat diadu domba, sehingga lemah dan mereka yang berkuasa bisa melakukan apapun karena tidak ada kontrol sosial yang efektif, tetapi sejatinya Indonesia tengah dibawa menuju kehancuran.
Dalam keadaan krisis dan resesi seperti sekarang ini, sejatinya kebijakan dan politik merangkul dan politik yang mempersatukan harus di kedepankan karena potensi kekacauan sangat besar.
Menurut saya, menggunakan BuzzeRp dan Influencer untuk menyerang ulama, cendekiawan dan pemimpin yang tidak satu kubu, lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.
Justeru yang kita perlukan saat ini dan di masa depan adalah mewujudkan sila ketiga dari Pancasila yaitu Persatuan Indonesia, karena Indonesia tengah menghadapi persoalan besar yang telah meruntuhkan ekonomi Indonesia, yang dampak sosialnya luar biasa seperti meningkatnya pengangguran, kemiskinan, kekurangan gizi, utang dan lain sebagainya.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
