Dunia menghadapi situasi yang cepat berubah. Ada kalanya dunia memberi kegirangan (votatility), tetapi cepat berubah ke arah yang memberi pesimistik.
Dunia juga menghadapi ketidak-pastian dalam bidang ekonomi sehingga memberi pengaruh negatif kepada kehidupan sosial, pendidikan dan sebagainya.
Satu hal yang amat menyedihkan ialah terjadinya kompleksitas kehidupan semua bangsa dan negara di dunia. Perusahaan-perusahaan besar, menengah dan kecil mengalami kesulitan, sehingga memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya. Dampak selanjutnya meningkat pengangguran dan kemiskinan
Semua itu terjadi akibat adanya wabah covid-19 yang belum diketahui secara pasti kapan akan berakhir.
UPDATE 4 Desember: Bertambah 5.803, Kasus Covid-19 Kini Ada 563.680 Orang https://t.co/dS5TqabULE pic.twitter.com/O6sOAXpnYC
— MSNIndonesia (@MSNindonesia) December 4, 2020
Jokowi Sebut Ancaman Pengangguran Massal, Ngeri Banget? https://t.co/iez7GQrkqQ
— CNBC Indonesia (@cnbcindonesia) December 4, 2020
Pengangguran Dunia
World Population Review menyebut 10 negara yang memiliki banyak pengangguran.
1. India
India memiliki jumlah pengangguran sebesar 120 juta jiwa atau sekitar 8,8 persen dari populasi negaranya yang berjumlah 1,3 miliar jiwa. Dengan angka tersebut, India menyumbang jumlah pengangguran terbesar di dunia dengan 1,63 persen.
2. China
Tempat kedua adalah China yang memiliki jumlah pengangguran sebesar 54,4 juta jiwa atau sekitar 3,8 persen dari 1,4 miliar populasi negaranya. Sebesar 0,74 persen pengangguran di seluruh dunia disumbang oleh China.
3. Nigeria
Jumlah pengangguran terbesar ketiga adalah Nigeria yang mencapai 26,9 juta jiwa atau sekitar 13,4 persen dari populasi negara yang mencapai 200,9 juta jiwa.
4. Brasil
Brasil memiliki jumlah pengangguran sekitar 24,9 juta jiwa atau sekitar 11,8 persen dari populasi negaranya, yaitu sekitar 211 juta jiwa.
5. Kenya
Kenya menempati posisi kelima jumlah pengangguran terbesar di dunia yaitu sebesar 21 juta jiwa dari Jumlah populasi negara itu sebanyak 52,5 juta jiwa atau sekitar 40 persen dari total populasinya.
6. Ethiopia
Ethiopia memiliki jumlah pengangguran sebanyak 19,6 juta jiwa dari populasi negara itu yang berjumlah 112 juta jiwa atau setara dengan 0,27 persen dari jumlah pengangguran di seluruh dunia.
7. Afrika Selatan
Pengangguran di Afrika Selatan hingga tahun 2019 berjumlah 16,1 juta jiwa atau sekitar 27,6 persen dari 58,5 juta jiwa populasi negaranya. Jumlah tersebut setara dengan 0,22 persen dari jumlah pengangguran di seluruh dunia.
8. Burkina Faso
Burkina Faso memiliki tingkat pengangguran paling tinggi di dunia dengan 77 persen atau sekitar 15,6 juta jiwa dari populasinya yang mencapai 20,3 juta jiwa. Jumlah tersebut setara dengan 0,21 persen dari jumlah pengangguran di seluruh dunia.
9. Indonesia
Indonesia jumlah pengangguran sekitar 15,2 juta jiwa dari 270,6 juta jiwa populasi Indonesia. Menyumbang sekitar 0,21 persen dari jumlah pengangguran di seluruh dunia.
10. Amerika Serikat
Di posisi terakhir adalah Amerika Serikat yang menyumbang sebesar 0,2 persen dari jumlah pengangguran di seluruh dunia. Jumlah pengangguran setara dengan 14,4 juta jiwa atau sekitar 4,4 persen dari 329 juta jiwa populasi Amerika Serikat.
Pengangguran Naik, 778 Ribu Warga AS Ajukan Klaim Tunjangan https://t.co/4B4vCLDR5J
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) November 26, 2020
Masuknya Indonesia ke zona resesi menyebabkan pukulan bagi berbagai sektor. https://t.co/wU1sazG1m5
— Kompas.com (@kompascom) December 2, 2020
Kemiskinan Meningkat
Menurut Bank Dunia, PDB global akan mengalami -5,2% tahun ini. Ekonomi di negara maju diperkirakan menjadi -7% di tahun ini. Hal ini karena supply dan demand yang terganggu, karena adanya lockdown atau karantina wilayah yang diterapkan oleh negara-negara tersebut untuk mengurangi penyebaran virus corona.
Kontraksi terdalam terjadi di Jepang yang mencapai -9,1%. Sementara di Amerika Serikat, ekonominya diramal -7% dan Uni Eropa -6.1%. Namun pada 2021, ekonomi negara maju diperkirakan bisa tumbuh 3,9%. Perekonomian Jepang diperkirakan pulih dan tumbuh 2,5%, AS tumbuh 4%, dan Uni Eropa tumbuh 4,5 persen.
Sementara di negara berkembang, perekonomian diprediksi akan mengalami -2,5%. Hal ini karena negara berkembang tidak melakukan pembatasan ketat dalam mengatasi penyebaran virus dan jaring pengaman pemerintah yang terbilang tidak meluas. Pada 2021, pertumbuhan ekonomi di negara berkembang akan menjadi 4,6%.
“Penghasilan per kepala diperkirakan menurun 3,6% diseluruh dunia. Hal ini membuat angka kemiskinan meningkat di tahun ini.”
Bank Dunia mengatakan pandemi akan membuat 60 juta orang masuk ke jurang kemiskinan di tahun ini. Bank Dunia juga memperingatkan risiko dari pandemi yang lebih berkepanjangan, pergolakan pasar keuangan dan perusahaan-perusahaan yang bangkrut.
“Ini dapat memicu kehancuran yang lebih besar dalam PDB dunia tahun ini, bisa menyentuh -8% karena pemulihan ekonomi di 2021 yang cenderung lamban.”
Pembengkakan Utang akibat Covid-19 Bisa Lebih Buruk dari Masa Resesi Hebat https://t.co/Ib1jv6CNJp
— Bisnis.com (@Bisniscom) December 2, 2020
Libur Akhir Tahun Dipangkas, Ekonomi Diramal Minus 1,5 Persen https://t.co/uVDzeCWOKo
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) December 3, 2020
Peranan Universitas
Saat ini mayoritas masyarakat dunia dari kelas atas, kelas menengah, apalagi kelas bawah merasakan kesulitan akibat pandemik covid-19.
Tidak hanya masyarakat yang mengalami kesulitan, tetapi juga pemerintah dari hampir semua negara di dunia mengalami kesulitan. Salah satu kesulitan nyata yang dialami pemerintah, tidak bisa mendapatkan pajak yang cukup untuk membayar gaji pegawai, membiayai pembangunan dan berbagai aktivitas pemerintahan.
Pertanyaannya, peran apa yang bisa dilakukan pemimpin universitas? Menurut saya, harus dilakukan 5 hal.
Pertama, pemimpin universitas harus melakukan aliansi strategis dengan lembaga penelitian untuk segera menemukan vaksin covid-19.
Kedua, pemimpin universitas harus melakukan kolaborasi antar sesama universitas untuk bersama-sama mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi untuk disumbangkan kepada pemerintah dan masyarakat.
Ketiga, pemimpin universitas harus terus menyuarakan optimisme di masyarakat karena di dalam kesulitan pasti ada kemudahan.
Keempat, pemimpin universitas sebaiknya sering menyelenggarakan seminar, simposium, diskusi dan kegiatan ilmiah lainnya dengan menggunakan teknologi seperti yang diselenggarakan Asia e University saat ini.
Kelima, pemimpin universitas harus menjadi agen pencerahan dan penyadaran kepada masyarakat dan pemerintah bahwa dalam keadaan sulit seperti sekarang harus tetap memberi prioritas kepada pendidikan.
Keenam, pemimpin universitas sebaiknya menyarankan kepada pemerintah supaya hidup hemat, tidak boros dan tidak korupsi. Begitu pula kepada masyarakat disarankan supaya sabar, hemat dan banyak berdoa kepada Allah untuk diberi kekuatan lahir batin dan jalan keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Mendikbud menyatakan kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 tidak berubah. Kesehatan & keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, & masyarakat tetap merupakan prioritas utama. Silakan cek panduannya di sini: https://t.co/62zyG71dFR
#detikads pic.twitter.com/1U5xvmBSdA— detikcom (@detikcom) December 2, 2020
Saya amat berbahagia bisa membuka seminar penelitian yg pendanaannya hibah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Penelitian amat diperlukan Universitas Ibnu Chaldun dalam upaya memajukan ilmu pengetahuan, para peneliti, UIC dan masyarakathttps://t.co/ZRYbTOpqCR
— Musni Umar (@musniumar) November 30, 2020
Kesimpulan Akhir
Kesulitan yang dihadapi banyak negara di dunia termasuk Indonesia, Malaysia dan Thailand akibat covid-19, saya usulkan untuk dilakukan 5 hal.
Pertama, setiap negara
harus fokus mengatasi covid-19 sebagai penyebab utama terjadinya berbagai masalah.
Kedua, unuversitas harus mendorong pemerintah memperbanyak dan memperluas pelaksanaan testing, tracing dan treatment dalam rangka melawan dan mencegah cov ohid-19.
Ketiga, universitas harus memandu dan memberi contoh kepada masyarakat dalam mengamalkan memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Keempat, universitas, masyarakat dan pemerintah harus berkolaborasi dalam melawan dan mencegah covid-19.
Kelima, universitas harus menjadi pencerah, penyadar dan pemersatu bangsa ditengah perpecahan akibat kepentingan yang berbeda.
Keenam, harus ada kerjasama antar universitas dan antar negara untuk mengatasi covid-19 dan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
