Trump adalah contoh buruk dalam demokrasi. Dia kalah dalam pemilu 3 November 2020, tetapi menuduh pemilu curang tanpa bukti.
Pertama, Trump meminta pendukungnya berpawai di Gedung Kongres untuk menuntut pembatalan hasil pemilu Presiden yang dianggapnya curang.
Kedua, Trump tidak menghayati demokrasi, hanya mau menang tidak mau kalah.
Ketiga, Trump tidak beri pelajaran pada rakyat Amerika Serikat dan masyarakat dunia tentang berdemokrasi yang baik.
Keempat, Trump menciptakan kekacauan di negaranya karena memprovokasi rakyat Amerika Serikat untuk berdemonstrasi memprotes hasil pemilu Amerika Serikat yang dianggapnya curang tanpa memberi bukti.
Kelima, Trump tidak menghargai institusi penyelenggara pemilu dan pengadilan serta para hakim yang sangat independen karena tetap menuduh pemilu curang tanpa bukti.
Ini Alasan Twitter Tutup Akun Trump, Ada Makar 17 Januari? https://t.co/pGgoRRil2Y
— CNBC Indonesia (@cnbcindonesia) January 10, 2021
Jejak Cuitan Kontroversial Donald Trump di Twitter https://t.co/ABuz6e67wl
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) January 9, 2021
Akhir Yang Buruk
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat bakal mengakhiri masa jabatan dengan akhir yang buruk (Suul Khotimah).
Hal tersebut diramalkan setelah para pendukung Donald Trump menyerbu Gedung US Capitol dan menciptakan anarkisme.
Hasil jajak pendapat yang dirilis oleh Reuters/Ipsos menyebutkan bahwa sebanyak 57% rakyat Amerika Serikat (AS) ingin Presiden Donald Trump segera dipecat dari jabatannya setelah dia mendorong protes berdarah di US Capitol.
Survei yang dilakukan Kamis dan Jumat itu juga menunjukkan tujuh dari 10 orang yang memilih Trump pada November 2020 menentang tindakan para pendukung garis keras yang masuk US Capitol.
Penyerbuan itu terjadi saat para anggota parlemen bertemu untuk mengesahkan kemenangan pemilu presiden oleh Joe Biden.
Hampir 70% orang Amerika yang disurvei juga mengatakan mereka tidak menyetujui tindakan Trump menjelang serangan Rabu. Pada rapat umum sebelumnya pada hari itu, Trump mendesak ribuan pengikutnya untuk berbaris ke US Capitol.
Kekacauan di Capitol Hill menewaskan seorang perwira polisi dan empat orang lainnya. Serbuan itu dikecam secara luas oleh Demokrat dan Republik.
“Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) berencana memberlakukan tuduhan pelanggaran pada Senin, yang dapat menyebabkan pemakzulan kedua terhadap Trump,” ungkap dua sumber yang mengetahui masalah tersebut.
“Jika Presiden tidak meninggalkan jabatan dalam waktu dekat dan dengan sukarela, Kongres akan melanjutkan tindakan kami,” tegas Ketua DPR Nancy Pelosi.
Reaksi publik terpecah berdasarkan afiliasi terhadap partai politik, seperti yang terjadi pada hampir setiap isu besar di era Trump.
Sementara hampir semua orang mengutuk kekerasan tersebut, seruan untuk penggulingan Trump sebagian besar datang dari Demokrat.
Secara keseluruhan, mayoritas rakyat Amerika yang mengatakan mereka ingin Trump meninggalkan jabatannya sebelum masa jabatannya berakhir mencakup sekitar sembilan dari setiap sepuluh Demokrat yang disurvei, tetapi hanya dua orang dari sepuluh pendukung Partai Republik.
Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat bersiap untuk kembali mencoba memakzulkan Presiden Donald Trump jika dia tidak segera mundur. #Terpopuler https://t.co/d27KssiAnK
— detikcom (@detikcom) January 9, 2021
Trump Sedang Labil, Ketua DPR AS Antisipasi Peluncuran Nuklir. Seorang juru bicara Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley mengkonfirmasi percakapan antara Pelosi dan Jenderal Milley. https://t.co/Rt9OWwaruP
— Media Indonesia (@mediaindonesia) January 9, 2021
Akhir Yang Buruk
Berbagai tindakan yang dilakukan Trump terkait kekalahannya dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat tanggal 3 November 2020, sangat disesalkan.
Pertama, menuduh pemilu Presiden Amerika Serikat curang, pada hal tidak punya bukti.
Kedua, tidak mengakui hasil pemilu Presien Amerika Serikat yang dimenangi Joe Biden.
Ketiga, memprovokasi para pendukungnya untuk berdemonstrasi di US Capitol guna menggagalkan penetapan Joe Biden oleh kongres sebagai pemenang pemilu Presiden Amerika Serikat.
Keempat, Trump tidak mengecam pendukungnya yang melakukan anarkisme di Gedung US Capitol.
Oleh karena, banyak masyarakat Amerika Serikat yang menghendaki Trump diberhentikan dengan menggunakan ketentuan dalam Amandemen ke-25 Konstitusi AS, yang memungkinkan wakil presiden dan Kabinet mencopot presiden jika dia tidak dapat menjalankan tugas resminya.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos dilakukan secara online, dalam bahasa Inggris, di Amerika Serikat. Survei mengumpulkan tanggapan dari 1.005 orang dewasa Amerika, termasuk 339 yang mengatakan mereka memilih Trump.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
