Ide untuk mengembangkan sistem transportasi yang maju dan modern di DKI Jakarta muncul saat Gubernur Sutiyoso yang populer dengan sapaan Bang Yos memimpin DKI Jakarta.
Gubernur Sutiyoso mempunyai cita-cita membangun sistem transportasi massal di DKI yang maju untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Sutiyoso, Gubernur DKI Jakarta kedelapan. Di masa kepemimpinannya ini Transjakarta mulai beroperasi. pic.twitter.com/4dfVovDJ59
— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) February 24, 2017
Setidaknya ada dua konsep pengembangan moda transportasi di DKI Jakarta yang dia usulkan. Pertama, membangun sistem transportasi berbasis rel Monorel. Kedua, sistem transportasi bus cepat atau bus rapid transit (BRT).
Akhirnya sistem yang dipilih ialah transportasi bus cepat atau bus rapid transit (BRT).
Sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) yang dipilih merupakan pertama di Asia Tenggara dan Selatan. Sistem ini didesain berdasarkan sistem Trans Milenio yang sukses di Bogota, Kolombia.
Sistem tersebut kemudian diikuti Jepang dan Australia. Di dua negara tersebut angkutan massal cukup sukses. DKI Jakarta mencoba meniru Transportasi di Bogota Kolombia, ternyata jalur busway di DKI Jakarta jauh lebih panjang dibanding di Bogota dan negara-negara lain. Jalur busway di Jakarta merupakan yang terbanyak dan terpanjang di dunia.
#ArtikelPilihan kali ini: Transjakarta.
Transjakarta adalah sistem "Bus Rapid Transit" (BRT) yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta. Transjakarta memiliki jalur lintasan BRT terpanjang di dunia, dengan 241 halte yang tersebar di 13 koridor.https://t.co/rSqerfzLEP pic.twitter.com/o4b96cHz8K
— Wikipedia bahasa Indonesia (@idwiki) January 15, 2018
Mulai Operasi
Tahun 2004 saat mulai beroperasi Trans Jakarta, hanya Koridor I (BlokM – Kota). Jalur di koridor ini cukup padat karena berhimpitan dengan ruas jalan protokol Jakarta seperti Hayam Wuruk, Gajah Mada, Monas, MH Thamrin, Sudirman, dan Senayan.
Setahun berjalan, ternyata kehadiran Trans Jakarta mendapat sambutan yang positif dari warga ibu kota. Gubernur Sutiyoso semakin percaya diri untuk mengembangkan sistem ini dengan membangun koridor-koridor baru di jalur utama di Jakarta.
Pada awal 2006, dua koridor Trans Jakarta yaitu Koridor II (Pulo Gadung – Harmoni) dan Koridor III (Harmoni – Kalideres) kembali diresmikan. Bermodal keyakinan bahwa sistem transportasi ini bakal banyak peminat, di tahun itu kembali dibangun empat koridor.
Pada Januari 2007, empat koridor yaitu Koridor IV (Pulo Gadung – Dukuh Atas), Koridor V (Kampung Melayu – Ancol), Koridor VI (Ragunan – Dukuh Atas) dan Koridor VII (Kampung Rambutan – Kampung Melayu) kembali diresmikan.
Menjelang masa jabatan Gubernur Sutiyoso berakhir pada Agustus 2007, dia kembali membangun satu koridor yaitu Koridor VIII (Lebak Bulus – Harmoni). Koridor itu belum selesai, Gubernur Sutiyoso sudah lengser yang digantikan Wakil Gubernur Fauzi Bowo.
Diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu Bapak Fauzi Bowo di Halte Busway Terminal Lebak Bulus pic.twitter.com/romeuP6Dn8
— Busway Fans Club (@BuswayFansC) February 21, 2020
Tahun 2009, Trans Jakarta Koridor 9 dan 10 mulai beroperasi | #SunsetDrive | http://t.co/1YOdJLI2hH pic.twitter.com/XNaAXXOtL2
— SWARAGAMA 101.7 FM (@swaragamafm) December 30, 2014
Era Foke dan Jokowi
Fauzi Bowo yang terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Sutiyoso, melanjutkan pengembangan moda transportasi di DKI Jakarta.
Gubernur Fauzi Bowo yang populer dengan panggilan Foke meneruskan pembangunan koridor busway yang sudah dimulai oleh Gubernur Sutiyoso. Akan tetapi, pembangunan koridor baru tidak seagresif Gubernur Sutiyoso.
Joko Widodo dengan panggilan populer Jokowi terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Foke.
Gubernur Jokowi menggebrak dengan melakukan pembelian 656 bus dari China melalui lelang pengadaan bus Trans Jakarta.
Akan tetapi, bus-bus yang dibeli dari China, ternyata bus-bus bekas. Pada awal Februari 2014, Kejaksaan Agung mengusut dugaan kasus korupsi pengadaan bus Trans Jakarta. Kejaksaan turun tangan setelah ketahuan bus-bus dari China rusak dan berkarat.
Hasil penyidikan yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung RI menetapkan Udar Pristono, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, dan dua anak buahnya, yaitu Setiyo Tuhu dan Drajad Adhyaksa menjadi tersangka korupsi proyek pengadaan bus Tans Jakarta.
Kejagung Masih Akan Sita Aset Udar Pristono http://t.co/WVHlnl89PN pic.twitter.com/p4nwvt0boD
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) January 15, 2015
Profesor BPPT Dibui 8 Tahun, Bagaimana Terdakwa Lain di Korupsi Bus TransJ? https://t.co/WFTwbo52rS pic.twitter.com/NdUQuJO3MZ
— detikcom (@detikcom) April 15, 2016
Era Ahok
Setelah Gubernur Jokowi terpilih menjadi Presiden RI, Basuki.T.P yang populer dengan sapaan Ahok dilantik menjadi Gubernur DKI.
Bus merek Zhong Tong buatan China, pernah bermasalah era Gubernur DKI Basuki.T.P (Ahok) kemudian digantikan dengan merk Yutong.
Bus-bus itu terpaksa ditarik paksa setelah terbakarnya bus tersebut pada 28 Agustus 2014.
Gebrakan Ahok, dia minta seluruh jenis bus yang digunakan Trans Jakarta adalah bus-bus kelas dunia yang diproduksi Merzedes Benz, Scania, Volvo.
Terima kasih kepada seluruh masyarakat Jakarta.
Menurut Tom Tom Traffic Index terbaru, Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet di dunia. Kini, kemacetan Jakarta jauh berkurang, berada di posisi ke-31 dari total 416 kota lain.
#DKIJakarta#Jaklingko#DishubDKIJakarta pic.twitter.com/3GuV3txJOD— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) January 17, 2021

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
