Pada 31 Januari 2021 pagi, saya menelepon sahabat saya Drs. Avid Solihin, M.M, Sekretaris Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dengan sebutan Dewan Dakwah.
Salah satu materi pembicaraan saya dengan Bung Avid adalah pemanfaatan social media dan internet untuk mempromosikan Dewan Dakwah dan ajaran Islam di era digital yang sangat berkembang terutama saat wabah Corona, karena banyak yang pakai internet dan social media.
Saya memberi contoh tentang Universitas Ibnu Chaldun, pada saat saya menjadi rektor akhir tahun 2016, jumlah mahasiswa UIC sangat minim, citranya amat jelek karena konflik internal, semua program studi mati kecuali hukum dengan akreditasi C. Penyebabnya karena Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI serta Kementerian Ristek Dikti RI dua kali menonaktifkan UIC.
Berkat kerja keras yang dilakukan dengan menggunakan social media dan internet untuk mempromosikan Universitas Ibnu Chaldun, maka citra UIC menjadi baik. Dampaknya, jumlah mahasiswa meningkat 400 %. Semua program studi sudah terakreditasi dan mayoritas akreditasi B. Selain itu, kepercayaan publik meningkat luar biasa.
Musni Umar, rektor Universitas Ibnu Chaldun canangkan 65 tahun UIC sebagai tahun kebangkitan dan kemajuan. https://t.co/uheKzzswD8
— Musni Umar (@musniumar) January 6, 2021
Rektor UIC sampaikan rasa syukur, bangga dan terima kasih kpd Prof Dr KH Ma'ruf Amin, Wakil Presiden RI karena sebagai alumnus UIC beliau bersedia menyampaikan sambutan sekaligus membuka seminar internasional dlm rangka 65 Tahun Universitas Ibnu Chaldunhttps://t.co/jOFNcfHQU8
— Musni Umar (@musniumar) January 18, 2021
Promosikan Ajaran Islam
Saat ini, saya mulai promosikan Ajaran Islam yang dimulai dengan ajakan untuk menunaikan shalat lima waktu.
Setiap azan berkumandang, saya share poster ajakan shalat sesuai firman Allah dalam Alqur’an.
Saya pikir kalau Universitas Ibnu Chaldun bisa melakukan promosi melalui social media dan internet untuk membangun citra positif di tengah-tengah masyarakat serta melancarkan dakwah tentang ajaran Islam, maka Dewan Dakwah dan berbagai organisasi Islam, sangat bisa melakukannya.
Bagaimana merealisasikan gagasan yang dikemukakan tersebut?
Pertama, menerima konsep dakwah dan menyiarkan ajaran Islam melalui sosial media dan internet.
Kedua, menyiapkan sejumlah narasumber yang setiap hari menulis artikel untuk di dipublikasikan di media sosial dan internet atau selalu siap diwawancara untuk dimuat hasil wawancaranya di YouTube, Instagram dan di Twitter.
Ketiga, membayar petugas yang mahir IT untuk mempublikasikan semua tulisan, hasil wawancara para tokoh untuk dipublikasikan ke social media (Twitter, Facebook, Instagram, YouTube) dan sebagainya.
Keempat, para penulis, pewawancara dan narasumber harus mengikuti perkembangan sosial, politik, ekonomi, agama, kesehatan, ilmu pengetahuan dan sebagainya agar yang ditulis, hasil wawancara adalah sedang aktual agar ramai yang membacanya.
Kelima, dakwah dan penyiaran ajaran Islam di social media dan internet harus dikelola secara profesional, tekun, sabar, bekerja keras, dan yakin akan sukses.
Wali Songo menyebarkan Islam di nusantara melalui tradisi dan budaya https://t.co/nac7gLtGO0
— Republika.co.id (@republikaonline) January 27, 2021
Nabi Muhammad mengalami empat fase hijrah. https://t.co/VE7Cg2ETSZ
— Republika.co.id (@republikaonline) January 30, 2021
Ormas Islam
Semua organisasi Islam yang sangat banyak jumlahnya harus melek social media dan internet.
Setidaknya ada lima alasan organisasi massa Islam dan lembaga-lembaga dakwah serta takmir Masjid harus melek social media dan internet.
Pertama, Covid-19 telah mengubah budaya dakwah dan penyiaran ajaran Islam dari tatap muka (offline) menjadi online atau virtual, karena protokol kesehatan melarang untuk berkumpul (berkeremun).
Kedua, masa pandemi Covid-19, tidak ada yang tahu kapan akan berakhir. Ada ilmuan yang memprediksi bahwa pandemi Covid-19 bisa berlangsung lama sampai 8 tahun. Maka, dimasa Covid-19 harus mengubah budaya dakwah dari tatap muka (offline) ke digital dengan menggunakan social media dan internet.
Ketiga, pasca Covid-19, hampir dipastikan mengubah budaya tatap muka menjadi budaya online atau daring. Ini akan terjadi di semua sektor kehidupan.
Oleh karena itu, para pemimpin ormas Islam, Dewan Dakwah, aktivis dakwah dan takmir Masjid harus menyadari perubahan yang tengah terjadi dalam di era digital agar kita tidak tergilas dan termarjinalisasi dalam dakwah dan penyiaran Islam.
Semoga tulisan ini menyadarkan organisasi massa Islam, Dewan Dakwah, Aktivis dakwah, Takmir Masjid dan sebagainya untuk segera melek internet dan social media demi dakwah dan syiar Islam.
Baca Juga Artikel Ini
Menurut perspektif Islam, Agama yang diwahyukan Allah kepada para Nabi hanya satu yaitu Islam. Ini penjelasannya. Baca berikut ini.https://t.co/RFG24Aweos
— Musni Umar (@musniumar) January 23, 2021
Program Studi Perbankan Syariah Universitas Ibnu Chaldun dalam Webinar mengharapkan Bank Syariah mampu bertahan bahkan bisa berkembang maju ditengah pandemi Covid-19. Klik arah jaya dan simak.https://t.co/0T0k153u0j
— Musni Umar (@musniumar) December 16, 2020

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
