Tadi pagi, adik saya Nahwa Umar memberi tahu saya bahwa Ustaz Nawir, salah satu pendiri Pondok Pesantren Hubbul Wathan telah meninggal dunia di Rumah Sakit Abunawas Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
Saya mengucapkan “Inna lillahi wa inna ilaihi Raji’un”
(Sesungguhnya kita milik Allah dan kita akan kembali kepadaNya).
Sebelum saya olah raga jalan kaki di GBK, saya menulis di Twitter ucapan duka cita dan Facebook untuk menyampaikan doa kepada Allah semoga ustaz Nawir diterima amal ibadahnya oleh Allah.
Ustaz Nawir, ustaz Abdul Salam dan ustaz Muhiddin adalah alumni Pondok Pesantren Al Khairat, Palu, Sulawesi Tengah.
Ketiganya setelah menamatkan pendidikan di Al Khairat, kembali ke Desa Toli-Toli, Kabupaten Kendari (sekarang Kabupaten Konawe). Ustaz Abdul Salam bergerak di bidang bisnis sambil berdakwah, sementara ustaz Muhiddin menjadi guru agama dan sempat menjadi PNS/ASN, sedang ustaz Nawir hanya guru agama (non PNS/ASN).
Ustaz Nawir adalah yang paling akhir meninggal dunia (15/3). Ustaz Abdul Salam yang sangat berjasa dalam membangun Pondok Pesantren karena menghibahkan tanahnya tempat membangun Pondok Pesantren telah berpulang ke Rahmatullah lebih dahulu. Kemudian ustaz Muhiddin menyusul. Kedua ustaz itu menikah di Palu, Sulawesi Tengah, dan tidak mempunyai turunan dan masing-masing hanya satu isteri.
Inna lillahi wa Inna ilaihi Raji'un.
Saya sekeluarga dan Pimpinan Pesantren Hubbul Wathan Desa Toli2 Kab. Konawe Sulawesi Tenggara menyampaikan duka cita yg dalam atas wafatnya Ustaz Nawir, pendiri Pesantren Hubbul Wathan bersama saya. Semoga almarhum Husnul khatimah. Aamiin pic.twitter.com/MPgqqhX0ut— Musni Umar (@musniumar) March 14, 2021
Membangun Pesantren
Ketika saya menjadi Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Sulawesi Tenggara pada awal reformasi, saya mengajak ketiga ustaz tersebut bersama tokoh masyarakat seperti Suddin Laronga untuk membangun Pondok Pesantren Hubbul Wathan.
Alhamdulillah berkat kolaborasi dengan para ustaz, tokoh masyarakat dan masyarakat luas, kita bisa membangun Pondok Pesantren, yang dana awalnya dari bantuan Menteri Agama RI Malik Fadjar sebesar Rp75 juta.
Pesantren tersebut kemudian di bina oleh Kementerian Agama Kabupaten Konawe, para pengajar dari Kementerian Agama RI.
Dirikan Rumah Al-Qur’an
Kita prihatin banyak sekali ulama, ustaz dan kiai yang meninggal dunia.
Ulama, ustaz, dan kiai merupakan hasil pendidikan pesantren dan madrasah di masa dahulu. Jika kita tidak peduli pada pembinaan anak-anak sekarang, maka Alqur’an bisa tinggal pajangan, tidak ada yang bisa membaca secara fasih, apalagi mengamalkan, menghayati dan mengkaji secara mendalam.
Alhamdulillah Nahwa Umar yang menjabat Sekda Kota Kendari telah mendirikan Rumah Al-Qur’an di kota Kendari. Santrinya yang terdiri dari anak-anak sudah 40 orang, dan kita bersama mendirikan pula Rumah Al-Qur’an di Desa Toli-Toli, Konawe, Sulawesi Tenggara. Guru ngajinya tiap bulan kita berikan honor serta kita sediakan rumah tempat mengaji anak-anak. Selain anak-anak belajar mengaji, insya Allah juga menghafal Al-Qur’an.
Wafatnya ulama, ustaz, kiai, guru ngaji, seperti ustaz Nawir, ustaz Muhiddin dan ustaz Abdul Salam, haruslah mendorong setiap umat Islam dimanapun dan apapun posisi yang diemban untuk memberi perhatian pada pembinaan anak-anak untuk belajar mengaji Al-Qur’ab, belajar Islam dan berbagai ilmu pengetahuan untuk bekal menghadapi persaingan bebas yang sangat ketat di masa depan.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
