Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dikritik habis-habisan gegara proyek Tugu Sepeda. Keberadaan tugu sepeda itu dianggap tak penting.
Tugu Sepeda tengah dibangun di jalan Jenderal Sudirman. Tugu sepeda tersebut akan berbentuk satu buah ban sepeda berukuran raksasa. https://t.co/q2khSywXjy
— detikcom (@detikcom) April 7, 2021
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyatakan tugu sepeda akan menjadi ikon di Ibu Kota yang menarik perhatian kaum milenial. Menurut dia, anak muda bisa menjadikan lokasi itu sebagai tempat selfie. #TempoMetro https://t.co/kDijKrYoxg
— TEMPO.CO (@tempodotco) April 10, 2021
Indahnya Demokrasi
Gubernur Anies dan Wagub Ahmad Riza Patria sudah mendengar kritikan dari sebagian warga. Bahkan Wagub Ariza sudah merespon kritik pembangunan Tugu Sepeda.
Menurut Saya sebagai sosiolog, dalam alam demokrasi, kritik itu wajar. Kritikan itu diperlukan untuk menyempurnakan pembangunan “Tugu Sepeda” supaya lebih efisien dan lebih efektif.
Dalam demokrasi, sejatinya rakyatlah yang berdaulat. Mereka yang setuju pembangunan “Tugu Sepeda” menyuarakan aspirasi mereka. Sebaliknya, rakyat yang tidak setuju pembangunan “Tugu Sepeda,” juga menyuarakan ketidak-setujuan mereka.
Anies akan memastikan agar kondisi ini terus berjalan. https://t.co/U40837Bw12
— Republika.co.id (@republikaonline) April 10, 2021
Pembangunan yang menghadirkan keterbukaan untuk dikritik dan didukung, menurut saya sangat baik, dan inilah ciri demokrasi yang baik kita harus lakukan di masa depan.
Setiap proyek pembangunan yang berskala besar ataupun kecil, sebaiknya dikritik dan tidak masalah jika ada yang mendukung. Jangan sampai seperti proyek pembangunan Kereta Api Jakarta-Bandung. Proyek ini merupakan mega proyek kerjasama Indonesia-China tanpa penelitian yang dalam dan sepi dari kritik, akhirnya membengkak anggarannya.
Anggaran proyek kereta cepat Jakarta-Bandung membengkak jadi Rp 68 Triliun. #Business pic.twitter.com/uO135Qc5om
— CNN Indonesia Daily (@CNNIDdaily) July 1, 2016
Pentingnya Tugu Sepeda
Setidaknya ada lima alasan Tugu Sepeda itu, perlu dibangun di DKI Jakarta.
Pertama, untuk menyukseskan Indonesia emas 2045 dibutuhkan SDM mumpuni yang mampu bersaing dipentas nasional dan internasional. SDM mumpuni adalah SDM yang berpendidikan dan berkualitas serta sehat. Untuk mewujudkan SDM yang sehat, maka rakyat Indonesia harus rajin berolah raga.
Melihat dari dekat fasilitas olahraga di Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) Ragunan yang telah rampung direvitalisasi Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta.https://t.co/dTfCP4uDbZ#jagajakarta #ppopragunan #disporadkijakarta #kotakolaborasi #sehatbarengjakarta pic.twitter.com/YXYvQ58UcJ
— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) March 24, 2021
Kedua, warga DKI Jakarta lagi Gandrung bersepeda saat ini. Gandrung bersepeda ini sangat penting disemangati dan diapresiasi. Salah satu bentuk menyemangati dan memberi apresiasi kepada pesepeda dengan membuat Tugu Sepeda.
Ketiga, pandemi Covid-19 telah menyadarkan warga DKI pada khususnya, betapa pentingnya berolah raga. Salah satu bentuk olah raga yang masif dilakukan ialah gowes sepeda. Pemerintah DKI Jakarta merespon tingginya animo warga DKI dengan menyediakan jalur khusus bagi pesepeda, dan membuat tugu sepeda sebagai pengingat masifnya penggunaan sepeda gara-gara pandemi Corona atau COVID-19.
LRT Jakarta hadirkan layanan ramah bersepeda, baik untuk jenis sepeda lipat maupun sepeda non-lipat.
Layanan ini dapat diakses melalui Stasiun Pegangsaan Dua dan Stasiun Velodrome, mengikuti jam operasional LRTJ. https://t.co/hOZuLpKPJy#LRTJakarta #CintaLRTJ #EcoSportLRTJ pic.twitter.com/zXN5wX0uBJ
— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) March 27, 2021
Keempat, walaupun DKI dan hampir seluruh Indonesia sedang dilanda wabah Covid-19, tetapi warga DKI pada khususnya nampak amat bahagia. Sangat tepat jargon kampanye Anies-Sandi dalam kampanye pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 1997 “Maju Kotanya Bahagia Warganya.” Untuk memberi semangat dan apresiasi terhadap kebahagiaan yang dialami warga DKI pada khususnya adalah sangat wajar, jika dibuatkan tugu sepeda untuk mengenang semangat berolah raga gowes sepeda warga DKI Jakarta yang hampir setiap hari dilakukan. Puncak keramaian bersepeda pada hari libur nasional, sabtu dan ahad.
Kelima, pembuatan Tugu Sepeda di Jakarta, walaupun ada yang mengeritik sebagai tidak perlu karena masih banyak yang harus menjadi skala prioritas, tetapi sama sekali program utama Anies-Ariza dibidang pendidikan dan kesehatan serta bidang-bidang lainnya yang menjadi skala prioritas, terus digenjot sesuai janji politik Anies-Sandi dalam kampanye pemilihan Gubernur 2017. Apalagi biaya pembuatan tugu sepeda bukan dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), tetapi dari pihak ketiga.
Keenam, pembuatan Tugu Sepeda, juga merupakan upaya Pemprov DKI memberi ruang bagi para pelaku seni untuk berkreasi demi memperindah Ibu Kota. Keindahan ibukota merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kampanye Anies-Sandi dalam pemilihan Gubernur DKI untuk menata kota Jakarta yang indah dan asri.
Kita berharap bersepeda di masa depan tidak hanya sebagai sarana olahraga dan sarana rekreasi, tetapi juga sebagai sarana transportasi untuk melengkapi sarana transportasi massal yang terintegrasi dengan layanan transportasi publik Transjakarta dengan branding “JakLingko.”
MRT Jakarta menyediakan rak sepeda di stasiun @mrtjkt sebagai upaya mendukung Jakarta kota ramah pesepeda.
Menurut teman-teman, kawasan atau tempat mana lagi yang harus ada #parkirsepeda?#DKIJakarta #Jakarta #AniesBaswedan #JakLingko #MRTJakarta #BinaMargaDKI#Jaki #PerluTahu pic.twitter.com/YIMvx8yefD
— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) November 19, 2019
Berikut foto-foto kegiatan

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
