Media memberitakan bahwa Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin bakal hadir dalam KTT ASEAN yang digelar di Jakarta pada Sabtu ini, 24 April 2021.
Kehadiran PM Muhyiddin Yassin di Jakarta pada bulan ramadan, pasti disambut dengan baik. Walaupun ada sebagian rakyat Indonesia yang menyayangkan pemerintah Malaysia karena meminta titah raja Malaysia untuk memberlakukan darurat di Malaysia akibat Covid-19 dan melarang parlemen Malaysia bersidang.
Akan tetapi, itu urusan politik dalam negeri Malaysia yang harus dihormati oleh rakyat Indonesia. Sekedar tahu dan prihatin apa yang terjadi di Malaysia boleh, tetapi tidak perlu unjuk rasa (demonstrasi) karena pemerintah Malaysia, sejauh yang saya ketahui tidak jahat. Tidak seperti pemerintah junta militer di Myanmar yang banyak membunuh rakyatnya karena memprotes kudeta militer di Myanmar.
Pemerintah Malaysia memastikan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin bakal hadir dalam KTT ASEAN yang digelar di Jakarta pada Sabtu ini, 24 April 2021. #TempoDuniahttps://t.co/tWl4cPxSXL
— TEMPO.CO (@tempodotco) April 21, 2021
KTT ASEAN 2021, Ratusan Personel Gabungan Kawal Para Kepala Negara https://t.co/Md8y99nrMc
— VIVAcoid (@VIVAcoid) April 22, 2021
Studi di Malaysia
Sejak awal 2020 sampai saat ini, sangat terbatas jumlah pelancong (wisatawan) Malaysia melancong ke Indonesia. Begitu pula, rakyat Indonesia sangat sedikit yang melancong (berwisata) ke Malaysia.
Dampak Covid-19 sangat besar pengaruhnya dalam segala bidang termasuk di bidang pelancongan (tourism).
Walaupun sangat terbatas pergerakan rakyat kedua negara untuk saling berkunjung, tetapi mereka yang sedang belajar di Malaysia tidak ada masalah yang luar biasa karena dapat dilakukan proses belajar melalui Online (daring).
Sebagaimana diketahui, jumlah pelajar dan mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia sebelum Indonesia dan Malaysia dilanda Covid-19, diperkirakan puluhan ribu orang. Akan tetapi, dalam satu tahun ini dipastikan mengalami penurunan karena pelajar dan mahasiswa tidak mudah keluar dari Indonesia ke negara lain termasuk ke Malaysia.
Namun, mereka yang telah diterima belajar di berbagai universitas di Malaysia, dapat belajar melalui Online (daring). Sebagai contoh, Habib Rieziq Syihab (HRS), seorang ulama besar yang sedang dalam tahanan (penjara) karena dituduh melanggar larangan berkumpul di masa Covid-19, boleh ujian (viva) Doktor dari dalam tahanan melalui online di Univ. Islam Sains Malaysia, alhamdulillah dinyatakan lulus dan berhak menyandang gelar Ph.D.
Begitu pula banyak mahasiswa master dan doktoral yang sedang belajar di berbagai Universitas di Malaysia, proses belajar dan bimbingan menulis tesis (disertasi) dapat dilakukan melalui Online.
Alhamdulillah&tahniah unt Habib Rizieq Syihab, yg sekalipun dalam tahanan,telah sukses pertahankan Disertasi S3nya di Universiti Sains Islam Malaysia. Kini HRS Bergelar PhD juga. Semoga menambah ilmu yg bermanfaat,amal yg sholih, dan dakwah yg berkah. https://t.co/rYzeOa68he
— Hidayat Nur Wahid (@hnurwahid) April 15, 2021
Rizieq Shihab Raih Gelar Doktor dari Universitas Sains Islam Malaysia https://t.co/exCE1xwgHA
— Liputan6.com (@liputan6dotcom) April 16, 2021
Hubungan People-to-People
Di Indonesia dan Malaysia, pemerintah (kerajaan) boleh berganti setiap 4 tahun atau lima tahun sekali atau lebih cepat dari itu, karena demokrasi memungkinkan berlaku seperti itu.
Akan tetapi, hubungan people- to-people antara rakyat Indonesia dan rakyat Malaysia akan berlangsung selamanya selagi hayat dikandung badan.
Setidaknya ada enam alasan yang mendasari hubungan people-to-people antara Indonesia-Malaysia sangat kuat dan wajib dipelihara sepanjang masa.
Pertama, banyak sekali rakyat Malaysia yang memiliki keturunan dari Indonesia. Sebagai contoh, Datuk Seri Najib Razak, mantan Perdana Menteri Malaysia berasal dari keturunan raja Goa di Sulawesi Selatan. Keluarganya. Merantau di negeri Jiran, kemudian menjadi warga Malaysia dan sukses menjadi pemimpin.
Kedua, Indonesia dan Malaysia tak obahnya saudara kandung. Ada yang gambarkan sebagai kakak – adik. Dalam perjalanan tidak jarang ada perbedaan, tetapi perbedaan tidak menghapus persaudaraan sejati yang harus dijaga, dipelihara dan dirawat sepanjang masa.
Ketiga, kesamaan agama dari sebagian besar rakyat Indonesia dan rakyat Malaysia. Allah mengajarkan bahwa sesama orang yang beriman (mukmin) adalah bersaudara. Ajaran agama yang telah menjadi budaya, dihayati dan diamalkan oleh rakyat Indonesia dan rakyat Malaysia, sehingga hubungan people-to-peole kedua negara sebagai saudara sangat kuat dan erat.
Keempat, kesamaan bahasa. Bahasa Indonesia diadopsi dari bahasa Melayu yang merupakan bahasa resmi Malaysia.
Kelima, bertetangga, terutama bangsa Indonesia yang tinggal di Sumatera dan Kalimantan Utara, benar-benar bertetangga dekat dengan Malaysia.
Keenam, banyaknya pelajar dan mahasiswa yang belajar di Malaysia. Begitu pula sebaliknya, cukup banyak mahasiswa dari Malaysia yang belajar ilmu kedokteran di berbagai universitas di Indonesia.
Oleh karena itu, hubungan antara Indonesia-Malaysia dalam wujud G-to-G harus terus dipelihara, dijaga, dirawat, dan dikembangkan untuk kemajuan kedua negara sebagai manifestasi dari hubungan people-to-people Indonesia- Malaysia yang sangat erat dan kuat karena sudah berlangsung sangat lama sebelum Indonesia dan Malaysia lahir sebagai sebuah bangsa dan negara.
Pemerintah Malaysia melalui Tentara Laut Diraja Malaysia (TLDM) telah mengirim kapal penyelamat kapal selam TLDM yaitu MV Mega Bakti pada Kamis 22 April 2021 jam 07.00 untuk ikut dalam operasi pencarian dan penyalamatan KRI Nanggala. #TempoNasionalhttps://t.co/XbrsNWf4FA
— TEMPO.CO (@tempodotco) April 22, 2021
Turki tawarkan bantuan cari KRI Nanggala-402 yang hilang kontak. https://t.co/VsqjRwnrzR
— Republika.co.id (@republikaonline) April 22, 2021

Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
