Warga Jakarta yang selama satu bulan penuh menjalankan puasa Ramadan, pada hari ke-2 pasca lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1442 H tanggal 13 Mei 2021 yaitu pada tgl 14 dan 15 Mei 2021, sangat ramai yang membanjiri Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Taman Margasatwa (TM) Ragunan untuk berlibur.
Mereka yang selama ini sangat benci Anies, langsung menggonggong dengan sekeras-kerasnya dan langsung menuding Anies dengan segala macam tudingan yang negatif.
Untuk diketahui, menjelang Lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1442 H, saya sempat menulis artikel di arahjaya-com dengan judul “Tidak Mudik: Lebaran Idul Fitri Keliling Jakarta Bersama Transjakarta.”
Setidaknya 10 obyek wisata favorit yang saya rekomendasikan untuk dikunjungi pada saat libur panjang Idul Fitri diantaranya Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Margasatwa Ragunan. Ternyata ketiga obyek wisata tersebut sangat banyak yang mengunjunginya, sehingga menjadi viral di media sosial, dan para pembenci Anies menjadikan sebagai obyek untuk mem-bully. Pada hal baru selesai puasa Ramadan dan masih suasana lebaran Idul Fitri, sejatinya dijadikan sebagai momentum untuk saling bermaaf-maafan. Akan tetapi, justeru ramainya warga Jakarta yang berwisata di ketiga obyek wisata tersebut, dijadikan bahan untuk mengobarkan kebencian dan permusuhan.
Mereka yg tidak mudik lebaran Idul Fitri tahun ini, sebaiknya keliling Jakarta bersama Transjakarta menikmati keindahan Jakarta dan obyek wisatanya. https://t.co/k6QkY93s5A
— Musni Umar (@musniumar) May 9, 2021
Tempat wisata di DKI Jakarta diperbolehkan buka kembali pada 18 Mei 2021. https://t.co/9tv9l4hZjZ
— Republika.co.id (@republikaonline) May 16, 2021
Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi DKI Jakarta menutup sementara tiga kawasan usaha pariwisata, meliputi Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), dan Taman Margasatwa Ragunan.#JagaJakarta #hadapibersama #pandemibelumusai pic.twitter.com/vgbWBu6lG4
— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) May 15, 2021
Pengekangan Tidak Konsisten
Sudah dua lebaran Idul Fitri, umat Islam dan bangsa Indonesia mengalami pengekangan. Kita bersyukur Ramadan tahun ini tidak dilarang salat rawatib (salat lima waktu) dan salat Taraweh di Masjid.
Walaupun begitu, kita prihatin karena tidak ada konsistensi dalam menerapkan larangan. Misalnya larangan salat Idul Fitri di Masjid Istiqlal dan mudik.
Faktanya, hampir semua Masjid di Jakarta tetap menyelenggarakan salat Idul Fitri. Begitu juga mudik, sudah dilarang, tetapi masyarakat tetap banyak yang mudik.
Disamping itu, tidak ada larangan TKA China membanjiri Indonesia. Pada hal China khususnya Wuhan merupakan sumber Covid-19 dan sumber penyebaran ke Indonesia dan seluruh dunia.
Kalau kita larang rakyat Indonesia mudik untuk mencegah penyebaran Covid-19, mengapa TKA China tidak dilarang masuk ke Indonesia? Pada hal China (Wuhan) merupakan sumber Covid-19 seperti dikemukakan diatas. Sangat adil, kita larang rakyat Indonesia, TKA China dan WNA yang negaranya mengalami pandemi Covid-19 dan variannya dilarang masuk ke Indonesia untuk melindungi rakyat Indonesia dari Covid-19.
Menurut saya berbagai larangan yang mengekang masyarakat, sebaiknya ditinjau kembali. Apalagi yang berkaitan dengan keyakinan agama seperti salat di Masjid, mudik lebaran, ziarah ke kubur, pengajian dan sebagainya.
Selain itu, sudah tepat akan dibukanya Mal, pasar rakyat, sejenisnya dan juga sudah saatnya sekolah dan perguruan tinggi dibolehkan untuk melaksanakan proses pembelajaran tatap muka (offline). Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan yang baik dan benar.
Rakyat terusik rasa keadilannya atas pelarangan mudik. Sementara
TKA China Bebas Masuk ke Indonesia Dimasa Covid-19. Sila baca tulisan saya berikut ini. https://t.co/pjQUiAEnro— Musni Umar (@musniumar) May 10, 2021
Pemeriksaan Dua Lapis bagi Pemudik yang Pulang ke Jakarta https://t.co/zrCdTVjoS7 #TempoFoto
— TEMPO.CO (@tempodotco) May 16, 2021
Disiplin Protokol Kesehatan
Menurut saya, yang sangat penting dilakukan bukan membuat berbagai larangan yang mengekang rakyat untuk bergerak, tetapi memastikan rakyat Indonesia mengamalkan protokol kesehatan.
Sebagai contoh, tidak masalah rakyat beribadah di Masjid, di Gereja, di Pura dan sebagainya. Yang dipermasalahkan kalau rakyat tidak memakai masker, tidak menjaga jarak dan tidak mencuci tangan.
Selama rakyat menggunakan 3M dengan penuh disiplin, tidak usah terlalu khawatir rakyat akan terserang Covid-19.
Selain itu, rakyat harus dipastikan tidak kelaparan, bisa makan, yang diharapkan makanan 4 sehat lima sempurna.
Disamping itu, rakyat harus didorong untuk berolah raga. Olah raga yang paling murah dan menyenangkan ialah jalan kaki.
Saya bergembira menyaksikan begitu banyak warga Jakarta yang naik sepeda dan jalan kaki terutama pada saat libur nasional, libur Sabtu dan Ahad.
Kita dan kota yang sudah berusia lebih dari 4 abad. Kita dan seluruh isi kota yang saling bertaut.
Lihat berbagai cerita kolaborasi di @plusjakarta
Mau berbagi ide dan cerita? kunjungi website https://t.co/6xWSf8qICQ
Yuk, berkolaborasi bangun Jakarta! pic.twitter.com/M0HaQXw9L2
— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) May 15, 2021
Covid-19 terus menjangkiti warga DKI dan bangsa Indonesia. Namun kita patut bersyukur kpd Allah terjadi penurunan warga DKI yg terinfeksi Covid. Ayo kita gelorakan kolaborasi dan partisipasi mlwn Covid dgn amalkan 3T dan 3M. Baca tulisan saya berikut inihttps://t.co/i3Tcz5djnS
— Musni Umar (@musniumar) February 24, 2021
Kolaborasi lawan Covid
Menurut saya, yang mendesak dilakukan oleh pemerintah khususnya Satgas Covid.
Pertama, mempartisipasikan seluruh rakyat Indonesia untuk ikut serta secara aktif mencegah dan lawan Covid-19.
Kedua, kolaborasi dengan berbagai kekuatan sosial termasuk perguruan tinggi untuk terus-menerus menyadarkan rakyat pentingnya mencegah dan melawan Covid-19.
Ketiga, mengajak ulama, pendeta, tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk menjadi contoh teladan dalam mengamalkan protokol kesehatan.
Keempat, berkolaborasi dengan public figure seperti ulama, tokoh bangsa, artis, Youtuber, dan sebagainya untuk menyadarkan bangsa Indonesia pentingnya mencegah dan melawan Covid-19.
Kelima, menggunakan media sosial sperti facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain serta media elektronic seperti TV, radio dan media massa seperti koran untuk terus menyuarakan kebersamaan dan persatuan dalam melawan Covid-19.
Keenam, menggerakkan ekonomi dengan membuka pasar rakyat, mal, tempat berwisata, dan segala macam kegiatan bisnis, tetapi dengan disiplin yang amat ketat dalam mengamalkan 3M yaitu Memakai Masker, Menjaga Jarak dan Mencuci Tangan.
Kita harapkan penutupan sementara obyak wisata seperti Taman Impian Jaya Ancol, Taman Mini Indonesia Indah dan Taman Margasatwa Ragunan, pada tanggal 18 Mei sudah bisa dibuka kembali dan yang amat penting, mereka yang berwisata sehat dengan tes ukuran panas badan normal serta selalu mengamalkan 3M.
Inilah syarat-syarat wajib ketika hendak balik ke Jakarta.
Selengkapnya: https://t.co/ABo7z5SMng #ArusBalikLebaran
— BeritaSatu (@Beritasatu) May 15, 2021
Halo warga Jakarta! Ada pengumuman dari @dukcapiljakarta.
Buatmu kembali dari kampung halaman, Yuk, laporkan kedatanganmu kepada pengurus RT/RW agar bisa didata melalui aplikasi "Data Warga" selama 2 minggu ke depan.#JagaJakarta #DataWarga #DukcapilInfo#DukcapilJakarta pic.twitter.com/XrynqSy7GV
— Pemprov DKI Jakarta (@DKIJakarta) May 16, 2021

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
