Saya bersyukur kepada Allah, karena sahabat saya Usman Sidik, SH, Bupati Halmahera Selatan terpilih yang akan dilantik Gubernur Maluku Selatan tanggal 24 Mei 2021, mengundang saya sebagai Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta, Edy Haryanto, Ketua Umum Yayasan Pembina Pendidikan Ibnu Chaldun (YPPIC), Hendra, Wakil Rektor lll Universitas Jayabaya Jakarta, serta Hamid Souwakil untuk menghadiri pelantikannya di Sofifi, Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan, ibukota Maluku Utara.
Pada masa kecil, bapak saya H. Umar suka bercerita kepada saya tentang pulau-pulau yang suka didatangi untuk berdagang seperti pulau Tidore, pulau Taliabu, pulau Ternate, dan lain-lain, yang pada 4 Oktober 1999 menjadi provinsi Maluku Utara.
Ketika 23 Mei 2021 pukul 10.30 dengan pesawat Citilink tiba di Airport Babullah, Maluku Utara, saya terkenang kehebatan bapak saya H. Umar yang menggunakan kapal kayu dengan layar kain seperti kapal phinisi bisa berlayar untuk berdagang di pulau-pulau di Maluku Utara di kawasan Timur Indonesia yang sangat jauh dari Kendari, Sulawesi Tenggara.
Bapak saya tidak saja menjelajahi pulau-pulau di Maluku Utara, yang telah 22 tahun menjadi provinsi, tetapi bapak saya pernah berlayar sampai di Tawao, Malaysia.
Alhamdulillah kami baru mendarat di Airport Sultan Babullah Ternate Maluku Utara. Sebelah kiri Hendra Dinatha, Musni Umar (tengah) dan Edy Haryanto (kanan) pic.twitter.com/DiTu7HVaiQ
— Musni Umar (@musniumar) May 23, 2021
Kesultanan Islam Terbesar
Maluku Utara memiliki sejarah kesultanan Islam yang besar yang berkedudukan di Pulau Tidore, Pulau Bacan, Pulau Jailolo, Pulau Ternate. Empat kesultanan Islam tersebut kemudian membentuk persekutuan untuk melawan kolonialisme Portugis yang datang menjajah di kepulauan Maluku pada tahun 1511.
Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang datang ke Kepulauan Maluku yaitu di banda pada tahun 1511, dan sampai di Ternate pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah tahun 1512 dibawah pimpinan Francisco Serrão.
Mereka membangun sebuah benteng di Ternate pada tahun 1522 dan selesai pada tahun 1523. Benteng ini merupakan benteng kolonial pertama di Kepulauan Maluku yang diberi nama São João Batista (Benteng Kastela).
Maluku terkenal di seluruh dunia sebagai tanah surga penghasil pala dan cengkeh. Karena kekayaan rempah ini pula, bangsa-bangsa Eropa datang ke Maluku untuk menguasai, yang dimulai oleh Portugis, kemudian Spanyol, dan terakhir Belanda.
Para kolonialisme datang ke Maluku tidak hanya ingin menguasai perdagangan rempah-rempah, tetapi juga menyebarkan agama Nasrani. Itu sebabnya di Maluku populasi agama Islam 52,85, Protestan 39,39, Katolik6,873. Sedangkan di Maluku Utara populasi agama Islam 74,95, Kristen 25,02, Katolik 0,49
Keindahan Malut
Indonesia tidak hanya luas wilayah dari Sabang sampai Merauke dari puau Rote sampai pulau Miangas, tetapi pulau-pulaunya indah bagaikan sekeping surga yang bertaburan di Indonesia.
Dari hotel Sahid Bela Ternate, tempat saya menginap dapat disaksikan taburan pulau-pulau indah yang amat memikat hati.
Ditempat wisata Batu Hangus, kita menyaksikan lautan dan pulau-pulau yang diseberang pulau Ternate serta gunung merapi Gamalama yang sering memuntahkan lahar dingin.
Dalam perjalanan menuju hotel, sang sopir yang sangat paham 4 kesultanan besar di Maluku Utara, kami mampir disebuah danau yang sangat curam. Jika kita melempar sebuah batu di danau tersebut tidak ada sedikitpun tersibak air seperti layaknya kita lempar baru di laut.
Datanglah ke Maluku Utara untuk keindahannya, provinsi sejuta pulau di kawasan timur Indonesia.
Berikut foto-foto kegiatan

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
