Pada 24 Mei 2021 pukul 22.00 malam, kami meninggalkan Kota Ternate menuju Pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. Tiba di pelabuhan Bacan pada pukul 04.00 Subuh.
Perjalanan laut dari Pulau Ternate ke pulau Bacan dengan menggunakan KM UKIRAYA berjalan lancar dalam suasana teduh tanpa gelombang.
Kami tiba di pelabuhan laut Babang, Kab. Halmahera Selatan pada Subuh hari 25 Mei 2021. Dari KM UKIRAYA sudah terdengar pengajian diberbagai Masjid yang disusul tarhim dan azan Subuh.
Sebagai sosiolog, saya memaknai ramainya pengajian di berbagai Masjid, pembacaan tarhim dan azan Subuh sebagai pertanda bahwa Islam sangat berakar kuat di kalangan masyarakat di Kesultanan Islam Bacan yang sebagian wilayah kekuasaan Kesultanan Islam Bacan telah menjadi Kabupaten Halmahera Selatan.
Setelah KM UKIRAYA sandar di pelabuhan laut Babang kami turun dan mobil sudah siap membawa kami di SKYE Hotei kira-kira 16 Kilometer. Kami tiba di hotel kemudian salat Subuh lalu istirahat sejenak. Sekitar pukul 08.00 kami sarapan pagi di dekat pantai dengan nasi kuning serta ikan tongkol yang masih terasa manis.
Pagi ini saya jalan kaki menelusuri pantai ibukota Kab. Halmahera Selatan. Sewaktu puLang ke hotel salah jalan. Krn sdh lelah, sy naik ojek ke SKYE HOTEL dgn ongkos Rp5 ribu, sy tambah Rp5 ribu jadi Rp10 ribu. Pak Darwis, pengojek sangat senang. Membuat org senang berpahala pic.twitter.com/jMiThaocYr
— Musni Umar (@musniumar) May 25, 2021
Air laut utk obati orang yg terkena stroke. Di pelabuhan desa Labuha Kabupaten Halmahera Selatan saya bertemu Muhammad ditemani keponakannya yg masih kecil. Dia ambil air laut di jerigen utk obat org yg sakit terkena stroke utk mandi. pic.twitter.com/RpkV5J8H50
— Musni Umar (@musniumar) May 25, 2021
Silaturrahim Kesultanan Bacan
Pada pukul 11.00 WIT kami mengunjungi Istana Kesultanan Islam Bacan. Kesultanan Islam Bacan didirikan pada 1521 dan dibubarkan setelah Indonesia merdeka 1945.
Kami diterima Muhtar Gani yang dalam struktur kekuasaan Kesultanan Bacan disebut sebagai Perdana Menteri. Sultan Bacan bernama Alhajj. Abdurrahim Muhammad Gary Ridwan Sjah, M.BA.
Menurut Muhdar Gani, Perdana Menteri Kesultanan Islam Bacan, Kesultanan Bacan ikut berjuang mewujudkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Konsekuensinya, setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945, Kesultanan Islam Bacan meleburkan diri ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hanya kata Muhdar Gani, Kesultanan Islam Bacan, mengalami nasib seperti kata pepatah “Habis manis sepah dibuang.”
Alhamdulillah kami silaturrahim ke Kedaton Kesultanan Bacan di Halmahera Selatan, Maluku Utara. pic.twitter.com/oLSaiXgoCy
— Musni Umar (@musniumar) May 25, 2021
Kerjasama Ekonomi
Kesultanan Islam Bacan beda pendekatan dengan Kesultanan Tidore dan Ternate dalam menghadapi Kolonialisme Portugis, Spanyol dan Belanda. Kedua saudara kandungnya itu lebih memilih perang dalam melawan kolonialisme penjajah ketimbang kooperatif.
Menurut Muhdar Gani, Kesultanan Islam Bacan memilih kerjasama dalam bidang ekonomi dengan Roterdam Belanda) yang dikenal sekarang dengan istilah investasi. Selain itu, antara Kesultanan Islam Bacan dengan Ratu Yuliana Belanda dilakukan kerjasama mata uang bersama. Jadi jauh sebelum ada mata uang bersama Eropa, antara Kesultanan Islam Bacan dengan Belanda, sudah ada kerjasama dalam bidang investasi dan mata uang bersama. Kerjasama tersebut dilakukan pada abad ke-17.
Analisis Sosiologis
Masyarakat Maluku Utara sangat kuat memeluk agama Islam, yang merupakan warisan yang luar biasa dari 4 Kesultanan Islam di Maluku seperti Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Jailolo dan Kesultanan Bacan.
Akan tetapi, Dr Hendra Dinatha, akademisi dan Wakil Rektor lll Universitas Jayabaya yang secara bersama menghadiri pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Selatan merasa aneh karena hasil pemilihan umum legislatif sama sekali tidak tercermin dalam perolehan suara partai-partai politik Islam di Maluku Utara.
Partai-partai politik Islam di Maluku Utara kalah telak dari PDIP. Partai politik pimpinan Megawati Soekarnoputri yang beraliran nasionalis sekuler meraih kemenangan besar dengan memenangkan kursi Malut I dan pemilihan legislatif. Dengan demikian Gubernur Maluku Utara dan Ketua DPRD Provinsi Maluku Utara dipegang dari PDIP.
Pertanyaannya, mengapa partai-partai politik Islam kalah telak di daerah yang masyarakatnya sangat kuat Islam. Diperlukan penelitian yang mendalam dan bersifat independen untuk menguak penyebabnya.
Sebagai sosiolog, saya ingin memberi gambaran tentang rendahnya dukungan masyarakat Muslim terhadap partai-partai politik Islam.
Pertama, semakin tingginya pragmatisme politik dalam masyarakat Indonesia. Mayoritas masyarakat yang masih miskin, dengan mudah ditaklukkan oleh politik uang. Dalam masyarakat yang masih miskin berlaku demokrasi warung. Siapa yang membeli barang, akan diberi barang yang dibutuhkan. Siapa membeli suara mereka, maka suaranya akan diberikan kepada siapapun tanpa peduli agama dan sebagainya.
Kedua, masyarakat Maluku Utara pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya adalah masyarakat yang paternalistik. Diorganisasi atau partai politik apapun sangat dipengaruhi oleh faktor ketokohan. Kelemahan partai politik Islam tidak memiliki tokoh yang kharismatik. Sudah lama dalam pendanaan politik, tidak lagi memiliki tokoh yang memiliki pengaruh di masyarakat.
Ketiga, sistem demokrasi yang dibangun adalah demokrasi oligarki. Mereka yang terpilih dalam pemilu, bisa dibungkam oleh para pemimpin oligarki yang bekerjasama dengan penguasa politik dan penguasa ekonomi. Dampaknya rakyat kecewa dan apatis karena hanya dijadikan alat untuk mendapatkan kursi. Setelah terpilih rakyat dilupakan.
Keempat, masih rendahnya pendidikan sebagian besar masyarakat Indonesia. Oleh karena pendidikan rendah, maka masyarakat mudah dibohongi. Apalagi daya ingat rendah dan mudah lupa. Selain itu, mayoritas masyarakat mudah memaafkan.
Kelima, mayoritas Muslim masih rendah pemahaman dan penghayatan agama. Masih banyak yang memahami Islam seolah hanya salat, puasa, zakat dan haji. Pada hal Islam sangat luas mencakup seluruh aspek kehidupan termasuk dalam politik, siapa yang boleh dipilih untuk menjadi pemimpin pemerintahan dan wakil rakyat yang akan mewakili kepentingan mereka dalam mengurus kehidupan mereka dalam berbangsa dan bernegara, serta dalam menjaga agama mereka.
Berikut foto-foto kegiatan
Foto bersama Perdana Menteri Kesultanan Islam Bacan
Bupati Halmahera Selatan saat berpidato dalam acara Tasyakuran.
Berfoto dengan pemimpin kesultanan Islam Bacan pada Tasyakuran pelantikan Bupati & Wakil Bupati di kantor Bupati Halmahera Selatan
Foto bersama ibu-ibu yang sambut Bupati & Wakil Bupati Halmahera Selatan
Foto bersama Perdana Menteri Kesultanan Islam Bacan saat Tasyakuran dengan Bupati dan Wakil Bupati Halmahera Selatan
Di depan kediaman Kesultanan Islam Bacan. Istana Bacan hancur dibom oleh sekutu dalam perang dunia kedua.
Istana Kesultanan Islam Bacan yang bangun kembali setelah di bom sekutu. Sekutu memiliki pangkalan udara di Morotai, Maluku Utara yang masih kukuh dan dipergunakan sampai saat ini.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
