Pada saat Harmoko menjadi Ketua Umum DPP Golkar, saya diajak Fahmi Idris dan Fadel Muhammad, Ketua Departemen Koperasi dan Wiraswasta DPP Golkar untuk membantu keduanya menjadi Sekretaris Departemen Koperasi dan Wiraswasta merangkap anggota Kordinator Bidang Ekonomi yang diketuai Warno Hardjo.
Melalui Dewan Pimpinan Pusat Golkar, saya mengenai Pak Harmoko. Tidak hanya mengenal beliau, tetapi setiap ada kegiatan Departemen Koperasi dan Wiraswasta yang membuka dan memberi sambutan adalah Pak Harmoko.
Sebagai aktivis yang sejak mahasiswa suka menulis artikel di media, saya selalu diminta membuat konsep pidato Pak Harmoko, kemudian dikoreksi Pak Fahmi Idris, lalu diserahkan ke Pak Ary Mardjono, Sekretaris Jenderal DPP Golkar untuk koreksi terakhir sebelum diserahkan kepada Ketua Umum DPP Golkar Pak Harmoko.
#BreakingNews
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَTelah meninggal dunia Bapak H. Harmoko bin Asmoprawiro, mantan menteri penerangan Indonesia dan mantan ketua MPR. Almarhum meninggal dunia pada Ahad 4 Juli jam 20:22 WIB di RSPAD Gatot Soebroto.
📸: Ist pic.twitter.com/OfNPpBScPR
— Republika.co.id (@republikaonline) July 4, 2021
Eks Menteri Penerangan Era Soeharto, Harmoko Meninggal Dunia https://t.co/49w0SOr9ky
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) July 4, 2021
Harmoko Hebat
Sebagai aktivis mahasiswa yang mengenal dari dekat Pak Harmoko, saya mengatakan bahwa beliau hebat.
Pertama, kalau membaca kata sambutan yang telah disiapkan, beliau sangat menghayati yang dibaca, seperti teks sambutan yang dibaca, dibuat sendiri oleh beliau.
Kedua, sangat cerdas dalam mengomentari sambutan yang dibaca. Runut dan terstruktur dalam mengulas pidato yang dibaca.
Ketiga, sambutan yang dibaca dan dikomentari selalu kontekstual, sehingga menarik dan tidak membosankan.
Keempat, acara yang dihadiri dengan sambutan Pak Harmoko, tidak terkesan kaku dan formal, tetapi selalu cair dengan suasana keakraban karena sebagai mantan wartawan memliki banyak kiat untuk membuat suasana cair dan akrab dalam suatu acara.
Kelima, setiap acara Departemen Koperasi dan Wiraswasta yang dibuka Pak Harmoko selalu ramai diberitakan media.
Menteri Penerangan di masa Presiden Soeharto, Harmoko, meninggal dunia hari ini. Selama hidupnya, Harmoko dikenal sebagai sosok menteri yang moncer. https://t.co/ZBzjp6OyDF
— detikcom (@detikcom) July 4, 2021
Belajar Dari Harmoko
Harmoko, Menteri Penerangan RI selama 3 periode (15 tahun) dimasa Orde Baru, terlepas dengan kekurangannya, memiliki talenta yang hebat dalam menggalang dukungan publik. Harmoko, publik sering plesetkan “Hari-Hari Omong Kosong.”
Harmoko mengawali kariernya sebagai wartawan. Melalui dunia wartawan, dia dikenal Pak Harto. Kemudian dipercaya Pak Harto sebagai tangan kanannya.
Salah satu warisan Harmoko di bidang jurnalisme bagi Indonesia adalah harian Pos Kota yang didirikannya bersama sejumlah koleganya pada dekade 1970an silam. Harian itu dikenal karena menampilkan berita-berita lokal Jakarta dan sekitarnya terutama soal kriminalitas, masyarakat, olahraga, dan pesohor.
BERITA DUKA
Harmoko meninggal dunia.
https://t.co/UvXbEIjGCg via @tribunnews— Tribunnews.com (@tribunnews) July 4, 2021
Dari Kalangan Sipil
Seingat saya, semua Ketua Umum DPP Golkar di era Orde Baru semuanya dari latar belakang militer. Harmoko Adalah satu-satunya dari kalangan sipil. Hal tersebut menunjukkan tingginya kepercayaan kepada Harmoko.
Walaupun kiprah Harmoko bersama Golkar sudah berlangsung sejak dekade 1970-an. Dia malang melintang bersama tim media massa Golkar pada dekade itu, lalu naik pangkat jadi elite partai pada dekade 1980 hingga memimpinnya sebagai Ketua Umum (1993-1998).
Harmoko ditunjuk sebagai Ketua Umum Golkar melalui Munas ke-5 dan menjadi Ketua Umum Golkar pertama dari kalangan sipil. Lima ketua umum sebelumnya berasal dari kalangan militer.https://t.co/aQAgDmBF08
— tirtoid (@TirtoID) July 5, 2021
Kiprah Harmoko di dunia jurnalistik pun mentereng secara keorganisasian pada dekade 1970-1980an. Berawal dari memimpin Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jakarta, dia kemudian memimpin organisasi tunggal jurnalis di masa Orde Baru tersebut (1973-1983).
Seiring kiprahnya di puncak PWI itu dia pun merupakan pengurus Serikat Grafika Pers, Ketua Dewan Pertimbangan Persatuan Penerbit Surat Kabar (SPS), Wakil Ketua Konfederasi Wartawan ASEAN, anggota Dewan Pers, dan anggota Badan Sensor Film.
Dia pun pernah menjadi salah satu ketua di Komite Olahraga Nasional (KONI) pusat (1978-1983), dan memimpin Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) sebagai ketua umum (1986-1998).
Di kancah politik, selain bersama Golkar, Harmoko sudah merasakan kursi Dewan Perwakilan Rakyat sejak 1977, hingga akhirnya diberi amanah oleh Pak Harto menjadi Menteri Penerangan pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1988).
Kiprah Harmoko sebagai menteri penerangan itu cukup panjang sebelum berakhir ketika dia menjadi Ketua DPR/MPR pada 1997 silam. Sebagai Menteri Penerangan, Harmoko merupakan ‘kepanjangan tangan’ Presiden Soeharto melakukan pembredelan atas media-media masa dengan alasan demi menjaga stabilitas negara.
Beberapa di antara yang pernah kena ‘tangan dingin’ Harmoko adalah surat kabar Sinar Harapan, majalah Tempo, tabloid Detik, dan majalah Editor.
Semasa menjabat sebagai Menteri Penerangan, Harmoko adalah pencetus gerakan Kelompencapir (Kelompok pendengar, pembaca, dan pemirsa) yang disiarkan televisi nasional, TVRI.
Harmoko juga dikenal dan dikenang dengan rambut belah kiri lurus nan klimis sebagai ciri khas tersendiri selama menjadi Menteri Penerangan RI.
Selama Orde Baru, di mana stasiun televisi negara TVRI menjadi saluran tunggal kala itu, Harmoko selalu tampil di layar televisi untuk menyampaikan pengumuman dari pemerintah.
Kalimat pembuka yang identik dengan Harmoko adalah, ‘Menurut petunjuk Bapak Presiden’. Kalimat itu menjadi ciri khas yang diingat masyarakat yang tumbuh pada masa Orde Baru.
Akhirnya kita sampaikan selamat jalan Pak Harmoko menghadap ilahi rabi semoga amal ibadahmu dan tobatmu dihari tua diterima oleh Allah.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
