Indonesia menghadapi situasi yang tidak mudah akibat mengganasnya varian Covid-19. Saatnya kita jaga Jakarta, Jawa dan Indonesia agar tidak kolaps.
Untuk mengatasi tingginya penyebaran Covid-19 di Jakarta, Jawa dan Bali, Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang populer dengan akronim PPKM Darurat di Jawa dan Bali yang dipimpin Luhut Binsar Panjaitan, Menko Kemaritiman dan Investasi RI.
"Kita juga sudah komunikasi dengan Singapore. Kita komunikasi juga dengan Tiongkok, dan komunikasi juga dengan sumber-sumber lain," kata Luhut. | #Tren https://t.co/E7RYYlH386
— Kompas.com (@kompascom) July 6, 2021
Polda Metro Jaya menambah lokasi pengendalian dan pembatasan mobilitas PPKM Darurat menjadi 75 titik. Sebelumnya jumlah lokasi penyekatan hanya 63 titik. #TempoMetro https://t.co/DWQDHiDARY
— TEMPO.CO (@tempodotco) July 6, 2021
3 Tantangan Yang Dihadapi
Setidaknya ada tiga tantangan berat yang dihadapi dalam melawan varian Covid-19.
Pertama, menaklukan Covid-19 yang semakin mengganas. Untuk menaklukkan varian Covid-19 tidaklah mudah. Rakyat sudah banyak yang melakukan vaksinasi, tetapi mereka yang sudah divaksinasi, tidak sedikit yang terpapar Covid-19.
Hal tersebut penting dilakukan penelitian oleh para ahli apa sebabnya agar rakyat tetap percaya bahwa salah satu cara yang harus ditempuh untuk menaklukan Covid-19 dan variannya ialah vaksinasi.
Selain vaksinasi, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan. Pada umumnya rakyat sudah mengamalkan 3M, tetapi jumlahnya yang terpapar Covid-19 dan variannya membludak.
Kedua, menaklukkan rakyat. Untuk menaklukkan Covid-19, rakyat harus terlebih dahulu ditaklukkan hatinya. Untuk menaklukkan hati rakyat tidak mudah. 1) Harus ada Trust (kepercayaan). Jika tidak ada trust (kepercayaan) terhadap pemimpin, sangat sulit menaklukkan hati rakyat. Pentingnya trust agar rakyat bersikap seperti disebutkan didalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 285 “kami dengar dan kami taat.”
Rakyat Indonesia mayoritas masih memegang budaya paternalistik. Masih selalu melihat siapa pemimpin dan yang memerintahkan mereka untuk melakukan sesuatu. Jika pemimpin dan yang memerintahkan melakukan sesuatu tidak sesuai patron mereka atau patron mereka tidak dilibatkan, mereka tidak mau ikut. Inilah tantangan yang dihadapi dalam melawan dan menaklukan Covid-19 dari aspek sosiologis.
Ketiga, menaklukkan dampak PPKM Darurat. Misalnya terjadi panic buying terpaksa borong barang, panic (kalap) makan apa? panic PHK, panic kelaparan, panic dalam keluarga melihat masa depan, dan sebagainya.
Masalah tersebut bisa menimbulkan social panic yang dapat mengubah status quo. Menurut Folk Devils and Moral Panics oleh Stanley Cohen, begitu pula Erich Goode dan Nachman Ben-Yehuda dapat menimbulkan kepedulian, permusuhan, konsensus, disproporsionalitas, dan votalitas.
Berbagai suplemen ludes di pasaran ketika COVID-19 melonjak gila-gilaan. Padahal nggak perlu panik buying, berbagai vitamin penting ada di makanan sehari-hari. #pandemi https://t.co/gpPbviFXbR
— detikcom (@detikcom) July 4, 2021
Di tengah lonjakan kasus Corona, 'susu beruang' jadi buruan dan diklaim bisa meningkatkan imun tubuh. Pakar IDI menegaskan susu tidak bisa mengobati COVID-19. #susuberuang #IDI https://t.co/GdAYPSoW5R
— detikcom (@detikcom) July 4, 2021
Anies Baswedan Akui Ratusan Keluarga Panik Usai Kasus Covid-19 di Jakarta Meledak, RS Kewalahan
https://t.co/MxKUeELZJq via @tribunnews— Tribunnews.com (@tribunnews) July 4, 2021
Lindungi Nakes Demi Mempertahankan Sistem Kesehatan Nasional
Kita sangat prihatin dan bersedih banyaknya petugas medis dan kesehatan di Indonesia yang meninggal dunia akibat Covid-19. Media memberitakan jumlah petugas dan medis yang meninggal di Indonesia merupakan yang tertinggi di Asia dan nomor tiga terbesar di seluruh dunia.
Dr. Adib dari Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebutkan bahwa data tenaga medis yang wafat akibat Covid-19 sepanjang pandemi di Indonesia berlangsung mulai Maret 2020 hingga pertengahan Januari 2021, telah mencapai total 647 orang.
Data ini didapatkan berdasarkan rangkuman oleh Tim Mitigasi IDI dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium Medik Indonesia (Patelki), dan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI).
Adapun dari total 647 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19 ini terdiri dari 289 dokter (16 guru besar), 27 dokter gigi (3 guru besar), 221 perawat, 84 bidan, 11 apoteker, 15 tenaga laboratorium medik.
Sementara itu, dokter yang wafat tersebut terdiri dari 161 dokter umum (4 guru besar), dan 123 dokter spesialis (12 guru besar), serta 5 residen. Di mana keseluruhannya berasal dari 26 IDI wilayah provinsi dan 116 IDI cabang kota/kabupaten.
Berdasarkan data provinsi:
1) Jawa Timur: 56 dokter, 6 dokter gigi, 89 perawat, 4 tenaga laboratorium (lab) medik, 33 bidan
2) DKI Jakarta: 43 dokter, 10 dokter gigi, 25 perawat, 2 apoteker, 3 tenaga lab medik, 7 bidan
3) Jawa Tengah: 41 dokter, 2 dokter gigi, 27 perawat, 3 tenaga lab medik, 2 bidan
4) Jawa Barat: 33 dokter, 4 dokter gigi, 27 perawat, 6 apoteker, 1 tenaga lab medik, 13 bidan
5) Sumatra Utara: 26 dokter, 1 dokter gigi, 3 perawat, 9 bidan
6) Sulawesi Selatan: 18 dokter, 7 perawat, 4 bidan
7) Banten : 12 dokter, 2 perawat, 4 bidan
8) Bali: 6 dokter, 1 perawat, 1 tenaga lab medik
9) DI Aceh: 6 dokter, 2 perawat, 1 tenaga lab medik, 1 bidan
10) Kalimantan Timur: 6 dokter dan 4 perawat,
11) DI Yogyakarta: 6 dokter, 2 perawat, 3 bidan
12) Riau: 6 dokter, 2 perawat, 1 bidan
13) Kalimantan Selatan: 5 dokter, 1 dokter gigi, dan 6 perawat
14) Sulawesi Utara: 5 dokter, 1 perawat, 1 bidan
15) Sumatra Selatan: 4 dokter, 1 dokter gigi, 5 perawat
16) Kepulauan Riau: 3 dokter dan 2 perawat,
17) Nusa Tenggara Barat: 2 dokter, 1 perawat, 1 tenaga lab medik, 1 bidan
18) Bengkulu: 2 dokter, 2 bidan
19) Sumatra Barat : 1 dokter, 1 dokter gigi, dan 2 perawat
20) Kalimantan Tengah: 1 dokter, 2 perawat, 1 apoteker, 2 bidan
21) Lampung: 1 dokter dan 2 perawat
22) Maluku Utara : 1 dokter dan 1 perawat
23) Sulawesi Tenggara: 1 dokter, 2 dokter gigi, 1 perawat
24) Sulawesi Tengah: 1 dokter, 1 perawat
25) Papua Barat: 1 dokter
26) Bangka Belitung: 1 dokter
27) Papua: 2 perawat, 1 bidan
28) Nusa Tenggara Timur: 1 perawat,
29) Kalimantan Barat: 1 perawat, 1 apoteker, 1 tenaga lab medik
30) Jambi: 1 apoteker
31) DPLN (Daerah Penugasan Luar Negeri) Kuwait 2 perawat
363 tenaga medis meninggal karena Covid-19.
IDI berharap agar tenaga medis bisa mendapatkan vaksinasi dosis ketiga sebagai booster. https://t.co/rIQbmTYVFL#BeritaSonora via @kompascom
— Radio Sonora Jakarta (@SonoraFM92) June 29, 2021
Pak @jokowi Mohon lindungi Nakes kita dengan vaksinasi ke 3 dg vaksin yg berbeda, Pfizer atau Moderna, demi menyelamatkan nyawa nakes yg terdampak lonjakan kasus yg semakin tak terbendung. Beri apresiasi pada semua nakes, yg tak pernah mengeluh demi menyelamatkan setiap nyawa. pic.twitter.com/IP1bNDurvJ
— Juru Wabah ๐ฎ๐ฉ (@drpriono1) July 3, 2021
Rumah Sakit sudah kewalahan, kasus Covid19 yg butuh perawatan membanjiri IGD. Sudah tdk tempat, dilayani di lantai, di manapun hati-nurani nakes tak mampu menolak. Diusahakan agar setiap nyawa bisa diselamatkan. Bila kondisi ini tidak menggugah pemimpin bangsa Indonesia. ๐ฎ๐ฉ๐๏ธ pic.twitter.com/7Ton2dQFiG
— Juru Wabah ๐ฎ๐ฉ (@drpriono1) July 1, 2021
Sejumlah Puskesmas di Kabupaten Sukabumi terpaksa menutup layanannya lantaran ratusan tenaga kesehatan terpapar virus Corona. https://t.co/CSA6w9DVfr
— detikcom (@detikcom) July 6, 2021
Tim Mitigasi Dokter PB IDI Dr. Adib mengatakan bahwa tingginya kematian tenaga medis dan kesehatan ini merupakan salah satu dampak dari akumulasi peningkatan aktivitas dan mobilitas yang terjadi belakangan ini.
“Meski angka positif Covid-19 sudah lebih dari satu juta, namun Indonesia belum memasuki puncak pandemi,” kata dia.
Oleh karena itu, masyarakat diminta tidak hanya berpasrah dan mengandalkan program vaksinasi saja, melainkan tetap patuh melakukan 5M; memakai masker dengan benar, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak aman minimal 1,5 meter, menghindari kerumunan atau keramaian, dan mengurangi mobilitas. (Sumber dari kompas.com, detiknews.detik.com)

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
