Dalam diskusi terbatas yang digelar Karni Ilyas Club (23/7/2021), saya ditanya apakah PPKM dilanjutkan atau tidak?. Saya jawab, tergantung kesiapan pemerintah menyediakan makanan sembilan bahan pokok (sembako) kepada rakyat. Kalau pemerintah sanggup menyediakan sembako, sebaiknya PPKM dilanjutkan.
Setidaknya ada lima alasan pentingnya PPKM diperpanjang:
Pertama, Covid-19 belum bisa dikendalikan. Jumlah yang meninggal masih sangat banyak. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang kini berubah nama menjadi PPKM Level 4, yang berakhir 25 Juli 2021, belum bisa dikatakan Covid-19 sudah bisa dikendalikan atau sudah melandai. Kalau PPKM 4 dilonggarkan dengan alasan kepentingan ekonomi, sementara Covid-19 belum melandai, maka bisa bumerang.
Kedua, kita belum bisa dikatakan aman dari Covid-19. Kementerian Kesehatan RI menyebut tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) untuk Covid-19 di beberapa daerah mulai mengalami penurunan dari 86 persen menjadi 79 persen seperti provinsi DI.Yogyakarta, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Timur,” tetapi belum dihitung jumlah mereka yang melakukan isolasi mandiri (isoman). Dari kaca sosiolog, belum waktunya dilakukan pelonggaran, masih diperlukan pembatasan sosial, sampai benar-benar kita sudah aman dari Covid-19.
Ketiga, analisis saya dengan basis data di DKI, Covid-19 masih turun-naik. Sebagai gambaran, data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI pada Sabtu 24 Juli 2021 positif Covid-19 di Jakarta sebanyak 8.360 orang. Dibandingkan hari Jumat, 23 Juli 2021, jumlah yang positif Covid-19 sebanyak 8.033 orang, hari Kamis (22/7) sebanyak 7.058 kasus atau meningkat lagi dibandingkan dengan hari Rabu (21/7) sebanyak 5.904 kasus, juga lebih tinggi dibandingkan dengan hari Selasa (20/7) sebanyak 6.213 kasus.
Pada 24 Juli 2021, Kementerian Kesehatan RI memberikan rilis pasien Covid-19 di DKI yang sembuh pada Sabtu 24 Juli 2021 sebanyak 14.612 orang meningkat dibandingkan dengan pada Jumat (23/7) sebanyak 14.442, lebih banyak dibandingkan Kamis (22/7) sebanyak 10.631 kasus, naik sedikit ketimbang kasus Covid-19 di DKI pada Rabu 21 Juli 2021 sebanyak 10.558 pasien.
Keempat, untuk mencegah terulangnya pada awal Juli lalu banyak pasien tidak mendapatkan slot penanganan karena terbatasnya kapasitas rumah sakit. Sekarang BOR [bed occupancy rate] sudah menurun ini, karena bed ditambah dampaknya BOR turun. Kalau kasus Covid-19 bertambah, bed juga akan penuh.”
Kelima, jumlah kematian secara nasional akibat Covid-19, masih sangat besar jumlahnya. Pada 24 Juli 2021, jumlah yang meninggal 1.415, total yang meninggal sebanyak 82.103 orang. Pada 23 Juli, jumlah yang meninggal sebanyak 1.566 orang, sedangkan pada 22 Juli jumlah yang meninggal sebanyak 1.449 orang. Makna dari data kematian tersebut, Covid-19 belum terkendali masih banyak yang meninggal dunia.
Sejumlah kepala daerah melaporkan data pasien Covid-19 tak sesuai fakta. Manipulasi data diduga demi popularitas dan mencegah status zona merah. #MajalahTempo https://t.co/QWnqIRL8js pic.twitter.com/xAFYH4xS8p
— Majalah Tempo (@temponewsroom) July 25, 2021
PPKM Diperpanjang Asal Sembako ke Rakyat Lancar
Sebagaimana dikemukakan di atas, saya setuju dan dukung PPKM dilanjutkan. Akan tetapi, rakyat jelata tidak dikorbankan.
Pertama, pada saat PPKM dilanjutkan, pemerintah sudah menggelontorkan sembako. Jangan sampai terlambat seperti PPKM Darurat. Sudah selesai PPKM Darurat 20 Juli 2021, Sembako belum digelontorkan.
Kedua, nilai bantuan langsung tunai ( BLT) sebesar Rp300.000/bulan sangat minim dan amat jauh dari kebutuhan pokok yang rakyat perlukan untuk hidup. Oleh karena itu, kita mendesak supaya BLT ditambah nilainya, misalnya Rp600 ribu/bulan.
Ketiga, pada saat pemberlakuan PPKM 4, pedagang kecil masih diperbolehkan untuk melakukan aktivitas di pasar, jualan dan apapun yang biasa mereka lakukan untuk mencari nafkah. Akan tetapi, protokol kesehatan bagi mereka harus diawasi secara ketat. Pada tataran inilah diharapkan aparat dan Satpol PP berperan untuk mengawasi.
Keempat, aparat dan Satpol PP diharapkan manusiawi dalam menertibkan pelanggar protokol kesehatan. Kedepankan pendekatan yang humanis dan persuasif.
PPKM Level 4 Jawa Bali Diperpanjang Hingga 2 Agustus 2021 https://t.co/sJiZv4j459
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) July 25, 2021
Jakarta memang melandai kurvanya. Dampak PPKM itu nyata. Tapi daerah lain meningkat. Hingga daerah2 yang tadinya gak nyangka bakal disamperin corona. Mohon semua hati2.
Gak parno. Gak juga pandang enteng. Gunakan masker kalian teman2. Mo lokdon, mo gak lokdon, masker kuncinya.
— dr. Andi Khomeini Takdir (@dr_koko28) July 25, 2021
"Sangat jelas ada banget Indonesia bisa menghasilkan varian baru Covid-19 super itu sangat jelas. Karena pandemi kita tak terkendali," kata epidemiolog Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman. #CNNIndonesia https://t.co/o6S3Ng503B
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) July 25, 2021
Tingkatkan 3T
Selain penanganan terhadap rakyat untuk mencegah dan mengakhiri penyebaran Covid-19, sangat penting meningkatkan testing untuk menemukan mereka yang terpapar Covid-19 untuk ditangani dan pulihkan kesehatannya dengan diisolasi/dikarantina untuk memutus rantai penularan.
Jadi peningkatan testing akan berperan besar dalam menyelesaikan masalah Covid-19. Kalau testing hanya sedikit, maka Covid-19 akan terus menular di masyarakat.
Testing ini amat diperlukan di berbagai daerah di Indonesia minimal 1 kasus per 1000 penduduk per minggu, jadi targetnya terukur dan jelas, sehingga bisa dilakukan.
Selain testing, harus diikuti dengan tracing (telusur) untuk setiap kasus yang ditemui, dan sudah ditentukan pula berapa target yang harus dicari dan ditemukan dari setiap kasus positif.
Terakhir, pelaksanaan testing, tracing (telusur) harus ditindaklanjuti dengan treatment. Dengan melakukan ketiga hal tersebut melalui kolaborasi, sambil berusaha keras dan berdoa semoga pandemi Covid-19 yang menyerang bangsa Indonesia bangsa-bangsa lain di dunia segera berakhir.
Baca Juga
Kolaborasi Atasi Covid-19 di DKI: Dari, Oleh dan Untuk Rakyat – https://t.co/5uzFMcRgjD
— Musni Umar (@musniumar) July 24, 2021

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
