Sejarah selalu terulang, jika kita tidak belajar dari sejarah. Indonesia pernah mengalami tragedi yang memilukan, Presiden Soekarno yang diangkat menjadi Presiden Seumur Hidup, dijatuhkan oleh kekuatan rakyat melalui ekstra parlementer, sehingga lahir Orde Baru.
Ode Baru dipimpin Presiden Soeharto, kemudian menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun. Karena tidak belajar dari sejarah, akhirnya dilengserkan oleh kekuatan rakyat setelah berkuasa selama 32 tahun.
Presiden Guinea, Alpha Conde sudah menjabat sebagai Presiden Guinea selama dua periode (10 tahun). Untuk pertama kali berkuasa tahun 2010. Alpha Conde dan para pendukungnya menginginkan supaya menjadi Presiden Guinea lagi periode berikutnya. Mereka tidak puas kalau hanya memegang kekuasaan selama 10 tahun.
Presiden Guinea, Alpha Conde dikudeta setelah memenangkan masa jabatan ketiga pada Oktober 2020 usai mengubah konstitusi yang memungkinkan dia untuk terpilih lagi. #TempoDunia https://t.co/qrHXA1N572
— TEMPO.CO (@tempodotco) September 6, 2021
Mengubah Konstitusi
Alpha Conde, telah menjadi Presiden Guinea selama 10 tahun. Oleh karena tidak puas memegang kekuasaan hanya 10 tahun, maka Alpha Conde dan rezimnya melakukan amandemen konstitusi tahun 2020 yang memungkinkan Presiden Guinea menjabat sebagai Presiden 3 periode.
Kebijakan mengubah konstitusi yang memungkinkan Alpha Conde menjabat Presiden Guinea selama 3 periode, telah ditentang keras oleh para pemimpin oposisi dan mayoritas rakyat Guinea, tetapi penolakan itu tidak direspon dengan menghentikan amandemen konstitusi.
Penolakan keras dari para tokoh oposisi dan rakyat Guinea, hanya dianggap bagaikan pepatah “anjing menggonggong kafilah berlalu.” Satu tahun setelah amandemen konstitusi, kondisi sosial politik semakin kacau karena para tokoh oposisi dan mayoritas rakyat bersatu menolak amandemen konstitusi.
Untuk mencegah berlanjutnya kekacauan, Pasukan Khusus Guinea pada Ahad (5/9) melakukan kudeta dengan mengambil alih kekuasaan. Setelah mengambil alih kekuasaan dari Presiden Alpha Conde, mereka langsung memberlakukan jam malam. Mereka juga membubarkan konstitusi dan pemerintahan.
“Kami telah memutuskan, setelah mengambil presiden, untuk membubarkan konstitusi,” kata seorang perwira berseragam diapit oleh tentara yang membawa senapan serbu dalam sebuah video.
Pelaku kudeta itu mengatakan perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup dan pemerintah dibubarkan. Ada pula sebuah video yang menunjukkan Presiden Guinea, Alpha Conde, terduduk di sofa dan dikelilingi oleh pasukan.
Conde merupakan mantan pemimpin oposisi yang pernah dipenjara dan dijatuhi hukuman mati. Kemudian dibebaskan dan dalam pemilu demokratis di Guinea, Alpha Conde mencalonkan dalam pemilihan umum dan terplih menjadi Presiden pertama Guinea secara demokratis pada 2010 dan memenangkan pemilihan kembali pada 2015.
Menurut konstitusi Guinea, Alpha Conde habis masa jabatannya tahun 2020, dan tidak boleh lagi menjadi calon Presiden Guinea tahun 2020.
Sehubungan adanya amandemen konstitusi Guinea, maka Alpha Conde kembali mencalonkan diri dalam pemilihan presiden yang digelar pada Oktober 2020. Pemilu itu dianggap dinodai oleh kekerasan dan tuduhan kecurangan.
Conde, yang maju lagi dalam pemilihan Presiden tahun 2020, kembali memenangkan masa jabatan ketiga yang kontroversial. Periode ketiganya didapat setelah mendorong perubahan konstitusi Maret 2020 yang memungkinkan bisa mencalonkan diri dalam pemilihan Presiden Guinea periode ketiga.
Kudeta militer yang terjadi di Guinea terjadi setahun setelah amendemen konstitusi soal masa jabatan presiden. Amendemen yang dilakukan tahun lalu itu membuat Presiden Conde bisa maju lagi untuk periode ketiga pada Pilpres 2020. https://t.co/ozgA5GDMkw #CNNIndonesia pic.twitter.com/fojck4aQvX
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) September 6, 2021
Menolak Presiden 3 Periode
Para tokoh oposisi dan rakyat yang marah, kemudian melakukan demonstrasi besar-besaran untuk menolak amandemen konstitusi dan hasil pemilihan Presiden yang dianggap curang.
Puluhan orang tewas dalam demonstrasi yang menentang masa jabatan ketiga untuk Conde, serta ratusan orang lainnya ditangkap.
Conde kemudian diumumkan sebagai Presiden Guinea pada 7 November tahun lalu. Penantang utamanya, Cellou Dalein Diallo dan tokoh oposisi lainnya mencela pemilihan itu sebagai tipuan. Pemerintah kemudian menangkap beberapa anggota oposisi terkemuka atas dugaan peran mereka dalam bersekongkol dengan kekerasan pemilu di negara itu.
Salah Urus Negara
Militer yang melakukan kudeta beralasan bahwa Alpha Conde salah mengurus negara, sehingga membuat negara yang berpenduduk sekitar 13 juta orang yang kaya sumber daya mineral menjadi salah satu negara termiskin di dunia.
Kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, ketika muncul di televisi publik. Dia mengenakan bendera nasional dan mengatakan pemerintah salah urus negara memicu kudeta.
“Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakan politik kepada rakyat,” kata Doumbouya.
“Guinea itu cantik. Kita tidak perlu memperkosa Guinea lagi, kita hanya perlu bercinta dengannya,” tambahnya.
Militer Bubarkan Pemerintahan Guinea karena Kemiskinan Mewabah https://t.co/6fqumCzQ2C
— VIVAcoid (@VIVAcoid) September 6, 2021
Kecaman Internasional
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengutuk kudeta dalam cuitannya di Twitter dan menyerukan pembebasan Conde. Ketua Uni Afrika, Presiden DR Kongo Felix Tshisekedi, dan kepala badan eksekutifnya, mantan perdana menteri Chad Moussa Faki Mahamat, juga mengutuknya, menyerukan pembebasan segera Conde.
Komunitas Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS), melalui penjabat presidennya, pemimpin Ghana Nana Akufo-Addo, mengancam sanksi jika tatanan konstitusional Guinea tidak dipulihkan. Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell menuntut penghormatan terhadap keadaan hukum, kepentingan perdamaian dan kesejahteraan rakyat Guinea.
Hundreds of Guineans celebrate as soldiers seize power — in pictures https://t.co/AXjwXHfOf6
President Conde, in power for more than a decade, saw his popularity plummet since he sought a third term last year. pic.twitter.com/05PmKSq5Xc
— Al Jazeera English (@AJEnglish) September 6, 2021
Pelajaran Bagi Indonesia
Kudeta terhadap Presiden Alpha Conde merupakan pelajaran yang amat penting bagi para pimpinan partai politik, para politisi di DPR RI, dan rakyat Indonesia.
Pelajaran yang bisa dipetik dari kasus Presiden Guinea, Alpha Conde antara lain:
Pertama, amandemen konstitusi Guinea, yang mengubah masa jabatan Presiden Guinea yang semula 2 periode (10 tahun), dengan perubahan konstitusi Guinea, maka Presiden Alpha Conde menjadi Presiden 3 periode (15 tahun).
Kasus yang terjadi di pemerintahan Alpha Conde, juga bisa terjadi di Indonesia yang wacanakan perubahan konstitusi. Kalau hal itu dilakukan, maka rakyat akan marah dan ribut. Jika rakyat dan pemerintah ribut, maka tentara akan ambil alih kekuasaan (kudeta).
Kedua, amandemen konstitusi membuat rakyat pecah-belah. Pasti banyak yang mendukung amandemen dan banyak pula yang menolak. Kalau ini terjadi seperti di Guinea, maka akan muncul kekuatan baru dengan alasan untuk menyelamatkan bangsa dan negara. Dampaknya terjadi kekacauan di masyarakat, sehingga aparat keamanan dipastikan turun ke lapangan untuk mengatasi kekacauan yang terjadi.
Ketiga, tentara akan ambil alih kekuasaan dengan alasan untuk menyelamatkan bangsa dan negara.
Di saat perbincangan amandemen konstitusi sedang ramai, saya mendesak agar kejadian di Guinea tidak terjadi di Indonesia. Oleh karena itu, amandemen UUD 1945 yang sangat ramai menolak, karena bisa menjadi entry point untuk mengubah masa jabatan Presiden Jokowi dari dua periode (10 tahun) menjadi tiga periode (15 tahun), jangan dilakukan perubahan demi menjaga persatuan dan perdamaian bagi seluruh rakyat Indonesia.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
