Setiap penganut agama selalu meyakini bahwa agamanyalah yang paling benar. Keyakinan semacam itu sah dan tidak perlu dipermasalahkan. Yang justeru dipermasalahkan kalau ada yang mengatakan bahwa semua agama sama di mata Tuhan.
Pandangan semacam itu salah. Setidaknya ada tiga alasannya
Pertama, dari mana tahu bahwa Tuhan memandang semua agama sama disisinya? Saya yakin pandangan semacam itu, tidak ada dasarnya secara teologi dan rasional.
Kedua, menyalahi keyakinan seluruh penganut agama bahwa hanya agamanya yang paling benar dan diterima oleh Tuhan.
Ketiga, kalau berpandangan bahwa semua agama sama di mata Tuhan, maka penganut agama setiap saat bisa pindah ke agama lain. Pandangan semacam itu, saya duga sebagai skenario baru supaya penganut agama tidak usah fanatik pada agama yang dianut. Ini bertentangan dengan ajaran agama yang mengajarkan bahwa penganut agama harus memegang teguh ajaran agama yang dianut.
Ketiga, ajaran agama mengajarkan bahwa setiap umat beragama harus fanatik terhadap agamanya. Akan tetapi fanatik terhadap agama sendiri, tidak usah diumbar keluar dengan menjelekkan agama lain.
Irjen Napoleon Akui Pukul M Kece karena Hina Islam dan Alquran https://t.co/gtcgDTlr7L
— VIVAcoid (@VIVAcoid) September 20, 2021
Buni Yani: Kece Cuma Lebam Muka Mereka Teriak, Tapi 6 Laskar FPI Dibunuh Malah Senang, Buzzer Jahat!https://t.co/D6vOJNH0N8
— OposisiCerdas.com (@OposisiCerdas) September 20, 2021
Irjen Napoleon Jadi Bulan-bulan Pro M. Kece, Tokoh NU Ungkit Kasus Penembakan di KM 50: Kenapa Diam?https://t.co/rczBsHj9Ya
— OposisiCerdas.com (@OposisiCerdas) September 20, 2021
Kasus Penistaan Agama atau Islamophobia?
Irjen Napoleon telah menulis surat terbuka dan telah dipublikasikan secara luas media sosial. Salah satu bagian dari tulisannya bahwa ia bertanggung jawab terhadap penganiyaan M. Kece. Atas pengakuan tersebut, polisi telah menjadwalkan pemeriksaan terhadap Inspektur Jenderal Polisi Napoleon Bonaparte hari ini” Selasa 21/9/2021).
Kronologi Penganiayaan M. Kece oleh Irjen Napoleon di Rutan Bareskrim Polri. Andi belum banyak merinci terkait pemeriksaan tersebut. Sejauh ini memang sudah ada beberapa saksi yang diperiksa, termasuk M. Kece selaku korban dan pelapor.
Irjen Napoleon menjadi terlapor dalam perkara penganiayaan yang dilaporkan oleh Muhammad Kosman alias Muhammad Kece ke Bareskrim Polri pada tanggal 26 Agustus 2021. Perkara penganiayaan ini telah ditindaklanjuti oleh Bareskrim Polri, dan sudah tahap penyidikan.
Irjen Napoleon mengaku tak terima M. Kece menghina Allah SWT, Rasulullah SAW & Islam https://t.co/3g9iXORqf9
— Republika.co.id (@republikaonline) September 20, 2021
Surat Terbuka Irjen Napoleon
Irjen Napoleon dalam surat terbuka yang dimuat secara luas di media sosial menyatakan siap mempertanggungjawabkan penganiayaan yang dilakukannya terhadap Muhammad Kece di Rutan Negara cabang Bareskrim Polri. Dia mengaku menganiaya Muhammad Kece lantaran karena dinilai telah menghina Islam lewat konten-kontennya.
“saya akan mempertanggung- jawabkan semua tindakan saya terhadap Kece. Apapun resikonya,” kata Napoleon dalam surat terbuka yang dibenarkan kuasa hukumnya, Putri Maya Rumanti saat dihubungi, Minggu (19/9/2021).
Napoleon menyebut, dia dibesarkan oleh keluarga muslim yang taat dengan aturan Islam. Baginya, Muhammad Kece telah melakukan penghinaan terhadap agamanya, sehingga penganiayaan pun terjadi.
“Selain itu, perbuatan Kece dan beberapa orang tertentu telah sangat membahayakan persatuan, kesatuan, dan kerukunan umat beragama di Indonesia,” jelas Napoleon.
Irjen Napoleon Bonaparte, sesama tahanan di Bareskrim Polri, yang memukul Muhammad Kece buka suara. Dia merasa tak terima agamanya dihina oleh M Kece. https://t.co/RwuUEdViSU
— detikcom (@detikcom) September 20, 2021
Kemarahan Umat Islam
Berbagai pernyataan yang dikemukakan M. Kece yang dimuat di Youtube, telah memancing kemarahan umat Islam. Akan tetapi, mereka tidak berdemonstrasi untuk meminta pertanggungjawaban seperti yang pernah dilakukan terhadap Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok yang berakibat fatal karena harus berurusan dengan aparat.
Adapun pelajaran yang dapat dipetik dari peristiwa penganiayaan terhadap M. Kece antara lain:
Pertama, masyarakat luas dari semua elemen masyarakat harus menjauhi pernyataan yang menistakan agama lain.
Kedua, siapapun dan apapun kedudukan yang bersangkutan, tidak boleh melakukan penistaan agama yang dianut agama lain.
Ketiga, konsekuensi logis dari para penghina agama lain, terancam untuk dihakimi oleh masyarakat luas seperti yang dialami M. Kece. Masyarakat luas karena masih dalam keadaan covid-19 dilarang untuk berdemonstrasi, maka tidak ada yang berdemonstrasi seperti yang dialami Ahok. Akan tetapi kemarahan umat luar biasa karena tidak rela dihina Allah, Tuhannya, Nabi Muhammad dan agama Islam yang dianut mayoritas Umat Islam.
Rupanya kemarahan umat Islam terhadap M. Kece dilampiaskan oleh Irjen Napoleon yang dibantu beberapa tahanan di Bareskrim Polri, sehingga M. Kece lebam diwajahnya.
Peristiwa tersebut wajib menjadi pelajaran agar siapapun dan dalam keadaan apapun tidak boleh menista agama lain. Apapun motifnya, tidak boleh menista agama lain karena resikonya, masyarakat yang merasa dihina agamanya bisa melakukan apapun untuk melampiaskan kemarahannya terhadap yang menghina agamanya seperti yang dialami Kece.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
