Politik dalam Islam disebut “siyasah.” Semua kehidupan di dunia tidak pernah lepas dari politik.
Menurut Wikipedia, politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, antara lain politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat.
Sedang menurut Aristoteles bahwa politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Islam menyebut politik dengan istilah “siyasah.” Menurut Islam, jika yang dimaksud politik adalah siyasah yang mengatur segenap urusan umat, maka Islam sangat menekankan pentingnya siyasah. Islam mencela orang-orang yang tidak mau tahu dan tidak peduli terhadap urusan umat sesuai Hadis Nabi Muhammad SAW:
“وَمَنْ لَمْ يَهْتَمَّ لِلْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، فَلَيْسَ مِنْهُمْ “.
Siapa yang tidak peduli urusan kaum Muslim, maka tidak termasuk dari mereka.
Jujur barang langka di Indonesia saat ini karena tdk ada contoh teladan. Hari ini Maulid Nabi Muhammad SAW ayo kita belajar meneladani politik jujur Rasulullah SAW. Sila baca berikut ini. https://t.co/0Esskc1Cm1
— Musni Umar (@musniumar) October 19, 2021
Tahu, Paham dan Harus Aktif Berpolitik
Semua urusan negara dan sosial, diatur oleh politik. Tidak satupun yang tidak diatur oleh politik.
Oleh karena itu, umat Islam harus melek politik – tidak boleh buta politik. Bukan saja tidak boleh buta politik, tapi harus tahu dan paham politik.
Sebagai Muslim yang baik, tidak cukup melek politik, paham politik, tetapi harus aktif berpolitik. Sebab aktif berpolitik berarti aktif untuk mengurus kepentingan umat. Aktif memperjuangkan kepentingan umat yang tidak lain adalah aktif memperjuangkan kepentingan rakyat.
Dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat bisa berjuang untuk terpilih menjadi wakil rakyat, bisa juga berjuang menjadi kepala daerah dan bahkan menjadi Presiden dan Wakil Presiden.
Resmi Masuk Pemerintah Demokrasi di Indonesia
Kelemahan umat Islam selama ini karena tidak membangun sistem politik yang dapat dipercaya oleh rakyat. Ada sistem politik yang dibangun, tetapi lemah karena pemimpinnya adalah bagian dari kekuasaan yang dipertanyakan, sehingga tidak berakar dan bertahta di hati rakyat.
Padahal sistem politik sangat penting dalam negara demokrasi. Suka tidak suka dan mau tidak mau pilar terpenting dalam negara demokrasi ialah partai politik.
Akan tetapi, partai politik bukan tujuan, tetapi hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan dalam politik ialah untuk meraih kekuasaan. Bukan hanya untuk meraih kekuasaan, tetapi untuk mewujudkan kebaikan bersama.
Politik sebagai sarana atau alat, maka amat penting memilih pemimpin partai politik yang akan menjalankan partai politik. Akan tetapi lebih penting lagi memilih pemimpin pemerintahan. Kalau di Indonesia di tingkat pusat memilih Presiden, di tingkat provinsi memilih Gubernur, di tingkat Kabupaten memilih Bupati dan di tingkat kota memilih Walikota.
Dalam sistem demokrasi yang dibangun di Indonesia, peranan partai politik sangat penting, karena partai politiklah yang lolos di parlemen atau di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi, Kabupaten Kota yang akan mencalonkan Presiden dan Kepala Daerah.
Oleh karena itu, umat Islam sangat penting bersama membangun sistem dan masuk ke dalam sistem demokrasi di Indonesia.
Kesalahan terbesar sebagian umat Islam karena menolak sistem politik yang ada dan bahkan menawarkan sistem politik yang dianggap berlawanan dengan sistem demokrasi yang ada, sehingga ormasnya diberangus dan dilarang melakukan kegiatan apapun.
Dampaknya umat Islam semakin termarjinalisasi dan lemah dalam segala lapangan kehidupan. Mereka mayoritas tapi minoritas dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan sebagainya.
Kuasa hukum akan lapor ke Ombudsman terkait penahanan Habib Rizieq. https://t.co/MBLQPdESnm
— Republika.co.id (@republikaonline) August 24, 2021
Sebanyak 79 persen responden setuju atas pelarangan HTI oleh pemerintah pada 2017. https://t.co/ez8hKXNu8p
— Republika.co.id (@republikaonline) April 6, 2021
Pelajaran Dari Turki
Turki modern didirikan oleh Mustafa Kemal Ataturk dengan sistem politik yang sangat sekuler dan anti Islam.
Militer Turki adalah penjaga setia sistem sekuler. Selama berpuluh-puluh tahun dipelihara, dijaga dan dipertahankan. Berkali-kali terjadi kudeta militer dilakukan dengan dalih untuk melindungi sistem sekuler yang anti Islam.
Perjuangan panjang dan melelahkan akhirnya tiba pergantian rezim. Semula Partai Refah pro Islam yang dipimpin Erbakan, sempat memerintah tetapi dilengserkan oleh kekuatan oposisi sekuler yang berkolaborasi militer.
Kemudian Tayyip Recep Erdogan, mantan Walikota Istanbul mendirikan Partai AKP yang pro Islam. Partai ini menang dalam pemilihan umum dan Erdogan dipilih menjadi Perdana Menteri Turki. Setelah dua periode menjadi Perdana Menteri akhirnya sistem parlementer diubah melalui referendum menjadi sistem presidential. Dalam pemilu, partai AKP menang dalam pemilu dan Erdogan terpilih menjadi Presiden Republik Turki.
Pada tahun 2016 terjadi upaya pembunuhan tehadap Erdogan. Beberapa menit setelah Erdogan meninggalkan tempat peristirahatannya, tiba pasukan pembunuh. Dalam perjalanan yang tidak disebutkan tujuannya, Erdogan mengumumkan ke seluruh rakyat Turki bahwa ia selamat dan meminta rakyat Turki turun ke jalan untuk melawan kudeta militer.
Rakyat memenuhi seruan Erdogan. Berkat dukungan rakyat Turki yang turun memenuhi jalan di berbagai kota di Turki untuk melawan kudeta militer, kudeta militer berhasil digagalkan.
Pada masa Erdogan memimpin Turki, negara itu kembali kepada Islam yang rahmatan lil’alamiin. Turki mengalami kemajuan yang luar biasa dalam berbagai bidang, misalnya mampu membuat drone (pesawat tempur tanpa awak) yang amat canggih, menemukan gas alam yang luar biasa besar, Turki kembali menjadi pemimpin di kawasan Timur Tengah dan dunia Islam. Erdogan tampil membela dunia Islam dan Islam serta membela para pejuang Palestina yang mengalami penjajahan oleh Israel puluhan tahun lamanya.
Sekitar 350 ribu rakyat Turki memadati Masjid Hagia Sophia halaman Masjid dan berbagai jalan menuju Masjid utk shalat Jumat. Sblm Shalat Jumat, Erdogan, Presiden Turki melantunkan ayat2 Alqur'an dgn fasih. Turki dibawah Erdogan tlh berubah. https://t.co/8CDaRtmXQj
— Musni Umar (@musniumar) July 25, 2020
Umat Islam dimanapun berada sangat bersyukur memiliki pemimpin yg berani bela Islam dan nama baik Islam.
Presiden Turki Erdogan Pemimpin Berani Membela Islam dan Nama Baik Islam, Populer di Seluruh Dunia – https://t.co/OaDg8q0S5t— Musni Umar (@musniumar) May 20, 2021
Pelajaran yang amat penting bagi umat Islam Indonesia, Erdogan dan Partai AKP tidak berjuang membangun kekhalifahan Daulay Ustmaniyah yang berpusat di Turki, telah memanfaatkan demokrasi untuk meraih kekuasaan dengan membuat partai politik AKP sebagai alat perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan.
Untuk berhasil merebut kekuasaan dari rezim Ataturk yang amat kuat yang sudah silih berganti dengan dukungan militer, memakan waktu yang amat panjang, jika tidak salah sekitar 90 tahun lamanya.
Erdogan dan partai AKP dalam upaya merebut kekuasaan, bukan bermimpi membangun kekhalifahan, tetapi memanfaatkan demokrasi sebagai jalan untuk mencapai kekuasaan dengan mendirikan partai politik.
Para pejuang dan aktivis Islam di Indonesia hendaknya belajar dari sejarah politik di Turki, agar umat Islam tidak melakukan kesalahan terus-menerus yang menyebabkan diberi label radikal, teroris, ekstrim, kadrun dan sebagainya serta dianggap sebagai musuh negara. Apabila terus terjadi maka ketikadilan akan terus berkembang dan berakar di negeri ini.
Untuk mengakhiri kondisi yang tidak menguntungkan, umat Islam yang selama ini diluar kekuasaan, sudah saatnya masuk ke dalam kekuasaan melalui demokrasi dengan mengisi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) di semua tingkatan, menjadi calon anggota DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota, menjadi Calon Presiden, Calon Wakil Presiden, Calon Gubernur/Calon Wakil Gubernur, Calon Bupati/Calon Wakil Bupati, Calon Walikota/Calon Wakil Walikota.
Kalau menjadi calon berbagai jabatan politik tersebut, dengan kerja keras menggalang kekuatan ada harapan terpilih menjadi penguasa politik. Jika tidak menjadi calon, maka bagaimanapun berdoa, tidak akan dikabulkan oleh Allah karena tidak mengikuti prosedur demokrasi dan aturan main yang telah ditetapkan oleh undang-undang.
Umat Islam Harus Bersatu Melawan Ketidakadilan Seru Erdogan – https://t.co/fJrKrK5Ub5
— Musni Umar (@musniumar) August 26, 2021

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
