Dalam negara demokrasi, partai politik merupakan pemain utama menuju RI1 dalam rekrutmen calon Presiden dan calon Wakil Presiden, calon anggota legislatif di semua tingkatan, calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur, calon Bupati dan calon Wakil Bupati, calon Walikota dan calon Wakil Walikota.
Dalam realitas masih banyak umat Islam yang alergi politik dengan alasan politik itu busuk, jahat dan menghalalkan segala cara untuk meraih kekuasaan.
Pandangan semacam itu, menyebabkan sebagian umat anti partai politik dan anti demokrasi. Padahal dalam hidup di negara demokrasi atau di negara yang tidak mengamalkan demokrasi, tidak mungkin tidak bersentuhan dengan politik. Bahkan semua aspek kehidupan selalu berkaitan dengan politik.
Di era pemerintahan Jokowi, buzzer terus mendapat panggung untuk memanipulasi opini publik. Sepak terjangnya kian mengancam demokrasi. #Opini #MajalahTempo https://t.co/JqPXXvfp3a
— Majalah Tempo (@temponewsroom) November 10, 2021
Sebagai sosiolog saya merasa ada berbagai upaya melemahkan semangat juang umat Islam dan oposisi. Pd hal dlm negara demokrasi sangat diperlukan oposisi sebagai penyeimbang dan pengontrol pemerintah agar tdk salah. Sila baca tulisan sy berikut ini.https://t.co/84lJltYVx1
— Musni Umar (@musniumar) November 3, 2021
Juga Didirikan Para Ulama
Politik sangat penting dan menentukan seluruh hajat kehidupan manusia secara pribadi, komunitas dan bangsa dan negara.
Itu sebabnya Rasulullah setelah hijrah ke Madinah bersama para sahabatnya tidak hanya melanjutkan dakwah yang telah dijalankan pada saat berada di Makkah, tetapi mendirikan negara yang disebut Madinah Al Munawwarah.
Keputusan Nabi Muhammad SAW mendirikan negara Madinah Al Munawwarah merupakan keputusan politik yang dapat menjadi contoh dan teladan bagi umatnya di kemudian hari.
Pertanyaannya, apakah umat Islam perlu mendirikan negara baru seperti yang dilakukan Rasulullah SAW?
Menurut saya, umat Islam tidak perlu mendirikan negara baru, karena sudah ada negara republik Indonesia yang didirikan para ulama bersama para pejuang nasionalis yang mayoritas umat Islam. Kalau Nabi Muhammad SAW mendirikan negara Madinah Al Munawwarah karena saat itu belum ada negara di Madinah.
Partai politik baru harus mampu melalui lorong sempit di tengah dominasi partai-partai besar yang sudah mapan. Tak jarang lorong sempit itu sekaligus berjalan terjal & bergelombang. Bisakah partai baru melaluinya? @yohanwahyu76 #LitbangKompas #AdadiKompas https://t.co/ma7RzGHqpR
— Kompas Data (@KompasData) November 8, 2021
Partai Politik Menuju RI1
Partai Politik merupakan instrumen yang amat vital dalam negara demokrasi. Suka tidak suka dan mau tidak mau, umat Islam hidup dalam negara demokrasi harus mempunyai instrumen politik yaitu partai politik.
Sikap yang menganggap partai politik sebagai thagut, sehingga menghindari dan menjauh dari partai politik sudah terbukti merugikan umat Islam dan Islam.
Akibatnya mereka yang anti Islam mengisi berbagai partai politik, akhirnya dalam pemilihan umum mereka menjadi calon legislatif dan menduduki posisi politik di pusat dan daerah.
Umat Islam yang mayoritas hanya menjadi penonton dan Bulan-bulanan karena diadu domba, ulamanya yang memperjuangkan Islam di luar kekuasaan, disebut radikal, ekstrimis dan kadrun. Bahkan umat Islam yang taat beragama dan konsisten dalam menjalankan amar ma’ruf nahi munkar, banyak yang ditangkap dengan tuduhan terorisme.
Untuk mengakhiri situasi dan kondisi yang merugikan umat Islam dan Islam, umat Islam wajib mempunyai partai politik yang kuat dan solid. Dapat dimulai dengan berpartisipasi dalam dunia perpolitikan sekarang juga.
Sehubungan dengan hal tersebut, para aktifis Islam sebaiknya mendirikan partai politik baru atau bergabung dengan partai politik yang sudah ada, lalu berjuang keras menjadi anggota dan calon anggota legislatif pada pemilu 2024.
Jangan takut bertanding dalam pemilu karena tidak ada uang. Gunakan media sosial mulai sekarang untuk memperkenalkan diri di masyarakat. Walaupun tentunya diperlukan konsistensi dan ketahanan fisik dan mental untuk siap bertanding. Ketahanan fisik untuk berkegiatan dan ketahanan mental untuk siap di kritik dan di serang di media sosial atau bahkan di media mainstream.
Kalau ikut bertanding ada peluang untuk menang dan terpilih menjadi anggota legislatif. Jika tidak ikut bertanding dalam pemilu, maka walaupun berdoa siang malam tidak akan dikabulkan oleh Allah. Demikian juga akan nasib umat islam yang di fitnah dan dipojokkan tidak akan pernah reda, apalagi berhenti.
Akhiri Ketikadilan, Umat Islam Harus Resmi Masuk Pemerintah: Sebuah Pelajaran Dari Turki – https://t.co/ZZe6GkjuOE
— Musni Umar (@musniumar) October 24, 2021
Resmi Membela Islam di Indonesia dan Dunia
Musibah yang dialami sebagian umat Islam yang di luar kekuasaan, jangan membuat patah semangat dan kehilangan harapan.
Umat Islam di Turki yang pernah dikuasai rezim sekuler dan anti Islam selama sekitar 80 tahun, akhirnya berubah menjadi seperti sekarang setelah AKP yang dipimpin Presiden Tayyip Recep Erdogan menang dalam pemilu dan Erdogan memimpin negara itu sampai sekarang.
Partisipasi pemerintah Turki yang kerap membela umat islam di seluruh dunia patut menjadi contoh. Dengan adanya berbagai macam pemberitaan akan partisipasi membela islam, Pemerintah Turki dibawah kepemimpinan Erdogan telah menjadi negara yang dikenal secara luas oleh umat islam sedunia.
Daftar 43 Negara Kecam China soal Muslim Uighur, Tak Ada Indonesia
#Sindonews #BukanBeritaBiasa .https://t.co/a6aYjlnAbV
— SINDOnews (@SINDOnews) October 22, 2021
Turki mengingatkan Yunani agar menghentikan anti-Islam. https://t.co/MKBDh1a4wz
— Republika.co.id (@republikaonline) June 8, 2020
Umat Islam yang mayoritas di Indonesia bisa belajar dari Turki untuk tampil menghadirkan pemenang partai politik dan Presiden untuk memimpin Indonesia. Yang tampil memimpin Indonesia tidak hanya sekedar Muslim, tetapi yang menghayati Islam, memiliki track record yang baik bertahun-tahun dan menjadi Kepala Daerah yang berprestasi nyata.
Pemimpin Indonesia yang diharapkan bangsa Indonesia yang mayoritas umat Islam adalah pemimpin yang memiliki integritas, sudah terbukti memperjuangkan keadilan dan kebenaran bagi seluruh bangsa Indonesia. Bukan pemimpin yang didukung taipan dan oligarki, karena sudah terbukti tidak membawa keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Sudah cukup bangsa Indonesia yang mayoritas Muslim dipecah belah dan dilemahkan dengan berbagai cara yang akhirnya merugikan bangsa dan negara.
Semoga tulisan ini mencerahkan, menyadarkan dan memberi semangat juang umat Islam yang selama ini diluar kekuasaan untuk mengubah keadaan yang merugikan, karena kesalahan mereka sendiri yang uzlah (memisahkan diri) dari kekuasaan politik.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
