Banjir telah melanda berbagai daerah di Indonesia. Hal tersebut diakibatkan oleh cuaca ekstrem, sehingga banjir tak terhindarkan. Kondisi demikian dialami pula Ibu Kota, DKI Jakarta.
Sebagai contoh, pada Sabtu (13/11), sejumlah daerah di Jakarta dilaporkan banjir. Sebagian besar wilayah yang terdampak genangan di Jakarta Timur (Jaktim) terjadi di Kelurahan Cipinang Melayu, Kelurahan Makasar, dan Kelurahan Kebon Pala dengan ketinggian 40-60 sentimeter (cm). Banjir juga terjadi di Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan (Jaksel), tepatnya di Jalan Kemang Utara IX akibat luapan Kali Kemang (Republika Online., Senin, 15 Nov 2021, 15:43 WIB).
Pemprov DKI Gerak Cepat Atasi Banjir dan Genangan, Kurang dari 6 Jam Seluruh Wilayah Surut#BacadiBJ#Beritajakarta#DKIJakarta#JAKIhttps://t.co/3SvA7Kjanr
— Berita Jakarta (@BeritaJakarta) November 15, 2021
BPBD DKI, Sabdo Kurnianto mengklaim bahwa banjir di sejumlah wilayah ibu kota yang diakibatkan curah hujan yang tinggi pada Sabtu, 13 November dapat surut dalam waktu kurang dari 6 jam.https://t.co/Bka6nfjvqp
— INDOZONE (@indozonemedia) November 15, 2021
Kerja Keras Atasi Banjir
Pemprov DKI Jakarta terus menerus bekerja keras atasi banjir yang terjadi di DKI Jakarta. Gubernur Anies, Wagub Riza Patria dan seluruh jajaran pemerintah provinsi DKI Jakarta berkomitmen mengatasi banjir paling lama genangan air 6 jam.
Banjir tahun ini diklaim Pemprov surut dalam hitungan jam. Sebagai contoh, banjir di Cipinang Melayu, Kelurahan Makasar, dan Kebon Pala surut dalam waktu sekitar dua jam. Sedangkan genangan di Kelurahan Cililitan, Kelurahan Tengah, dan Kelurahan Rambutan, surut dalam waktu sekitar tiga hingga empat jam.
Selain itu, berdasarkan data Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, genangan di Kecamatan Mampang Prapatan surut dalam waktu dua jam. Juga banjir yang terjadi kemarin surut dalam waktu kurang dari enam jam,” kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Sabdo Kurnianto, Senin (15/11).
Sementara itu, Yusmada Fauzal, Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) mengatakan, terus memantau perkembangan genangan atau banjir dan tinggi muka air di pintu air. “Meski tinggi muka air bervariasi, tetapi dari pantauan kami tidak ada yang sampai berstatus awas atau siaga satu.”
Pembangunan sumur resapan atau drainase vertikal terus dilakukan di berbagai titik rawan genangan, sebagai upaya antisipasi tingginya genangan saat hujan tiba.#drainasevertikal #sumurresapan #kotakolaborasi #operasisiagaibukota #jagajakarta pic.twitter.com/To4DjWHp4B
— Pemprov DKI Jakarta #PPKMLevel1 (@DKIJakarta) November 15, 2021
Terdapat 4 status siaga pintu air yang wajib kamu ketahui untuk siaga banjir saat musim hujan. Cari tahu arti empat status siaga pintu air melalui artikel berikut.https://t.co/s4g7rdYBnb
Bagikan informasi ini ke Smartcitizen lainnya, ya!#JakartaSmartCity #PantauBanjir #JAKI
— Jakarta Smart City (@JSCLab) November 24, 2021
Upaya Cegah Banjir
Pemprov. DKI Jakarta tidak saja berusaha keras mengatasi banjir yang terjadi, tetapi juga bekerja mencegah banjir. Sekurang-kurangnya ada enam langkah yang dilakukan untuk mengatasi dan mencegah banjir.
Pertama, melakukan pengerukan sungai yang dangkal akibat timbunan lumpur. Ini terus dilakukan terus-menerus terutama di musim kemarau.
Kedua, membersihkan sungai dari sampah yang biasanya menumpuk karena masih ada yang membuang sampah di kali.
Ketiga, memastikan saluran dan tali air tidak tersumbat dengan membersihkan gorong-gorong dan parit-parit yang dipenuhi sampah.
Keempat, melakukan perbaikan tanggul yang jebol dan normalisasi sungai untuk memastikan aliran air sungai tidak terhambat dan tidak meluber, sehingga menimbulkan banjir.
Kelima, membuat sumur resapan air hujan. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengatakan pembangunan sumur resapan di Ibu Kota sudah mencapai 18.111 unit atau 67 persen dari target 26 ribu unit sumur resapan sebagai bagian penanggulangan banjir. “Ada program pembuatan sumur resapan yang sudah 67 persen lebih selesai.
Keenam, pembuatan waduk, hingga persiapan pompa stasioner atau mobile terus diupayakan DKI. Pompa stasioner sudah siap ada sebanyak 490 unit, selain dari pompa mobile sebanyak 327 unit, dan pompa pemadam kebakaran sekitar 228 unit. “Total pompa ada 1.050 pompa yang siap diperbantukan untuk pencegahan dan penanganan banjir.
#PintuAirManggarai dilengkapi dengan alat ukur curah hujan digital, sensor tinggi muka air, ruang monitoring, CCTV yang selalu terhubung dengan @DinasSDAJakarta/ @JSCLab dan panel surya untuk alternatif listrik, jika terjadi mati listrik.#jagajakarta #dinassda #jakartasmartcity pic.twitter.com/rI6J1fHomb
— Pemprov DKI Jakarta #PPKMLevel1 (@DKIJakarta) November 16, 2021
Siang dan malam, para penjaga pintu air Manggarai tak kenal lelah terus memantau arus air secara berkala, siaga melihat ketinggian air, hingga mengatur pintu air agar Jakarta aman dari banjir.#pintuairmanggarai #jagajakarta #cegahbanjir #dinassda #kotakolaborasi #jakartapusat pic.twitter.com/lTnKK8DV2D
— Pemprov DKI Jakarta #PPKMLevel1 (@DKIJakarta) November 17, 2021
Wali Kota Jakarta Barat Bentuk Empat Tim Jaga Wilayah Rawan Genangan dan Banjir Selama Musim Hujan
https://t.co/YWzhkwHnpY via @tribunnews— Pemprov DKI Jakarta #PPKMLevel1 (@DKIJakarta) November 16, 2021
Dampak Pertumbuhan Ekonomi
Pembuatan sumur resapan air hujan tidak saja efektif mengurangi genangan di wilayah yang cekung, tetapi juga mempunyai dampak ekonomi yang besar bagi masyarakat.
Saya menyaksikan dengan matakepala, banyak tenaga kerja yang gali sumur resapan dengan cangkul, linggis dan alat bor.
Apresiasi Anies Gubernur DKI antisipasi banjir dgn gali resapan air di seluruh kelurahan kedalaman 3 mtr tiap lobang. Dilingkungan saya 19 resapan air. Ayo kita dukung utk cegah banjir di JKT utk hadapi La Nina pic.twitter.com/0R2phwKPYQ
— Musni Umar (@musniumar) November 5, 2021
Dampak ekonomi dari pembuatan resapan air besar, setidaknya ada lima hal.
Pertama, proyek pembuatan resapan air, menurut saya merupakan proyek padat kerja. Banyak yang mengerjakan, dan mereka dapat upah, berarti mempunyai penghasilan. Jika mempunyai penghasilan, akan berbelanja dan dampaknya ekonomi berputar dikalangan masyarakat bawah.
Kedua, warga mendapat pekerjaan. Kalau warga mendapat pekerjaan, maka otomatis mendapat penghasilan. Keluarga memiliki uang dan pasti berbelanja.
Ketiga, proyek pembuatan sumur yang dilakukan para pekerja menjadi sarana pertumbuhan ekonomi karena warga memiliki penghasilan dan pasti berbelanja.
Keempat, proyek pembuatan sumur resapan air hujan, menjadi sarana pemerataan ekonomi. Rakyat kecil dapat pekerjaan dan penghasilan.
Kelima, proyek pembuatan resapan air pasti mampu mencegah dan mengurangi banjir. Dampak ekonominya besar, karena secara langsung dan tidak langsung, perputaran ekonomi tidak terganggu akibat banjir.
Semoga tulisan ini memberi pencerahan, penyadaran, dan keyakinan bahwa Gubernur Anies Baswedan, Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria serta seluruh jajaran Pemprov. DKI Jakarta telah melaksanakan tugas dengan baik, penuh tanggung jawab dan sukses.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
