Anies Baswedan, Gubernur DKI Jakarta telah menulis sebuah artikel yang diberi judul “JAKARTA: RUMAH UNTUK SEMUA” yang dimuat di facebook tgl 6 Desember 2021 dan dikutip banyak media Online.
Penulis menggambarkan kepahitan yang dialami warga akuarium yang digusur dengan mengatakan “Lima tahun lalu, sepulang dari sekolah, harapan akan masa depan cerah seketika sina. Rumah orang satu kampung diratakan buldoser. Sebuah ironi, warga jadi pengungsi di kampungnya sendiri. Rumah disapu, status kependudukan dicabut, masa depan terasa gelap.”
Tahun-tahun kegelapan dan penderitaan yang dialami warga dan anak-anak di pesisir utara ibukota tersebut yang mengalami penggusuran 11 April 2016, berubah dengan keceriaan serta kegembiraan, setelah dibangun rumah susun yang megah untuk semua warga bekas gusuran di Akuarium, yang diresmikan penggunaannya oleh Anies Baswedan pada 17 Agustus 2021.
Tulisan tersebut sangat menggugah dan banyak warga yang memberi respon positif. Sebagai sosiolog yang menyaksikan langsung peristiwa penggusuran dikawasan perumahan akuarium, memberi respon dengan menuangkan tulisan ini yang diberi judul “Tempat Tinggal Untuk Warga Akuarium: Demi Masa Depan Anak-Anak dan Keluarga Mereka.”
Jakarta: Home for All!
by: Anies Rasyid Baswedan(The first of three articles.)
https://t.co/dpEZRW55qW pic.twitter.com/NPTtiRVurt
— Anies Rasyid Baswedan | Sudah #VaksinDulu (@aniesbaswedan) December 15, 2021
Saksi Hidup Penggusuran
Pada 11 April 2016 pukul 04.00 wib saya dijemput driver TV ONE di rumah untuk menuju kawasan Akuarium yang akan digusur guna live dalam Indonesia Pagi TV ONE.
Kami Tiba dilokasi sekitar 04.40 WIB kemudian ke Masjid Luar Batang untuk Salat Subuh.
Selesai Salat Subuh dan berdoa, kami kembali ke lokasi tempat akan dilakukan penggusuran.
Pada saat itu, kami amat terkejut dan tidak bisa mengerti karena dikawasan itu sangat banyak tentara, polisi dan Satpol PP yang sedang apel untuk persiapan melakukan penggusuran.
Di samping itu, kami menyaksikan buldozer sudah siap melakukan penggusuran rumah warga.
Rakyat berkumpul dan berdemonstrasi menolak penggusuran, tetapi bagaikan pepatah “anjing menggonggong kafilah berlalu.” Tepat pukul 06.00 pagi yang dikawal ratusan TNI, Polisi dan Satpol PP, penggusuran mulai dilakukan dan dalam waktu yang tidak lama semua rumah warga rata dengan tanah.
Teriakan, tangisan, takbir menggema di kawasan itu, tetapi warga sama sekali tidak berdaya. Pada saat sedang berlangsung penggusuran, kami menyaksikan aktivis kemanusiaan Ratna Sarumpaet bergabung dengan warga mencoba bernegosiasi dengan aparat untuk menolak penggusuran, tapi usaha yang dilakukan sia-sia.
Sedang hujan dilokasi jelang penggusuran pasar ikan penjaringan. pic.twitter.com/Asu53Uyjg1
— Musni Umar (@musniumar) April 11, 2016
— Musni Umar (@musniumar) April 11, 2016
TV ONE Siaran Langsung
Dari lokasi penggusuran, kami diwawancara TV ONE. Sebagai sosiolog, mengecam dan mengutuk keras penggusuran tersebut yang dinilai merupakan kejahatan kemanusiaan. Tidak hanya itu, ikut menangis saat diwawancara TV ONE yang disiarkan langsung ke seluruh penjuru tanah air.
Penggusuran yang amat kejam dan tanpa rasa kemanusiaan sedikitpun terhadap rakyat kecil, tidak boleh dilupakan.
Oleh karena, kekejaman akan selalu berulang, manakala manusia melupakannya dan tidak menjadikan pelajaran.
Media memberitakan sebuah peristiwa penting seperti penggusuran rumah rakyat kecil di Akuarium , bukan saja untuk memberi informasi, tetapi untuk mengabarkan bahwa peristiwa serupa bisa terulang, jika manusia diam, dan tidak berusaha mencegah terulangnya sejarah kelam lagi kejam.
Itulah sebabnya Allah menurunkan wahyu kepada para Nabi dan Rasul, yang diantaranya berisi sejarah di masa lampau tentang orang baik dan orang jahat.
Alqur’an misalnya, memuat Lukman, dan Ashabul Kahfi sebagai contoh orang baik. Selain itu, Alqur’an memuat pula kisah orang jahat seperti Firaun, Raja Namrud, Haman dan sebagainya.
Kisah pertama, ada di dalam ayat 9-20 yang dikenal dengan kisah Ashabul Kahfi. Kisah ini menceritakan tentang tujuh pemuda yang berserah diri kepada Allah SWT untuk menyelamatkan agamanya.
— Republika.co.id (@republikaonline) October 7, 2021
Ashabul Kahfi baca doa sebelum masuk gua minta perlindungan Allah SWT https://t.co/fF0NhB9Kw5
— Republika.co.id (@republikaonline) April 26, 2021
Jadi Manusia Perahu
Pada saat penggusuran rumah warga, beberapa kali hadir di kawasan tersebut, karena yang mewawancarai kami tidak hanya TV ONE, tetapi juga TV yang lain.
Wawancara lain TV ONE yang selalu diingat adalah wawancara dengan manusia perahu. Warga yang menolak pindah ke rumah susun yang disediakan pemerintah provinsi DKI Jakarta, memilih tinggal di perahu atau membuat gubuk di area penggusuran.
Alasan mereka tidak mau meninggalkan kampung Akuarium yang sudah rata digusur, karena pertama, para nelayan itu, mempunyai perahu yang ditambatkan disekitar mereka tinggal di kampung Akuarium. Jika pindah ke tempat yang jauh, siapa yang jaga perahu mereka. Padahal perahu adalah sarana untuk mencari ikan guna memenuhi kebutuhan keluarga.
Kedua, di tempat yang baru, mereka tidak mempunyai pekerjaan. Pada hal setelah beberapa bulan tinggal, mereka harus membayar sewa. Untuk makan isteri dan anak sehari-hari saja sudah susah karena tidak ada pekerjaan, apalagi mau bayar listrik, air dan biaya sekolah anak-anak.
Ketiga, mereka yang tidak mempunyai perahu, memilih tinggal di bekas rumah mereka yang sudah rata dengan tanah dengan membuat gubuk seadanya. Mereka disiang hari diterpa panas matahari yang luar biasa, dan di malam hari diterpa angin laut yang cukup dingin.
Ketika reporter TV ONE mewawancarai para manusia perahu dengan menanyakan berapa lama mereka bisa bertahan menjadi manusia perahu?. Dijawab sampai ada keadilan terhadap mereka.
Pada saat mendengar jawaban manusia perahu yang menjadi korban penggusuran, sebagai sosiolog saya kembali menggugat penggusuran yang kejam dan tidak adil.
Musni Umar usai Talk Show TV ONE Manusia Perahu pic.twitter.com/TU0w8HPszE
— Musni Umar (@musniumar) April 16, 2016
Janji Anies di kampanye Pilkada DKI
Menggusur rakyat miskin di perkampungan Akuarium merupakan keputusan politik.
Oleh karena penggusuran tersebut merupakan keputusan politik, maka pemecahannya juga adalah keputusan politik.
Warga DKI Jakarta, khususnya warga Akuarium tertolong dengan kemenangan Anies-Sandi dalam pemilihan Kepala daerah di DKI Jakarta tahun 2017.
Pada masa kampanye, Anies dan Sandi beberapa kali ke kampung Akuarium dan berjanji akan membuatkan rumah susun Akuarium.
Alhamdulillah Anies-Sandi menang dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. Janji Anies di kampanye Pilkada DKI, satu persatu ditunaikan.
Salah satu yang ditunaikan adalah membangun rumah susun Akuarium, yang diawali dengan membuatkan Selter bagi warga korban penggusuran di kampung Akuarium untuk menampung mereka yang bertahan di gubuk-gubuk bekas gusuran dan manusia perahu yang bertahan sampai hadir keadilan bagi mereka.
Kita bersyukur kepada Allah, Anies menepati janji politiknya terhadap warga bekas gusuran kampung Akuarium, sehingga kita bisa mengatakan bahwa Anies adalah penyelamat masa depan mereka.
Mereka kini bahagia dan tenang telah memperoleh tempat tinggal yang layak dan menusiawi. Harapan ke depan agar anak-anak mereka bisa mengenyam pendidikan yang baik dan menggapai masa depan yang gemilang.
Anak manis ini lahir sembilan bulan yg lalu di Kampung Akuarium, namanya Anies Sandi. 🙂https://t.co/1HTp3zZE6Y pic.twitter.com/tIjnt6vmgL
— Anies Rasyid Baswedan | Sudah #VaksinDulu (@aniesbaswedan) November 28, 2017
Inilah wajah anak-anak pemilik masa depan.
Karena sesungguhnya bangunan baru Kampung Susun Akuarium bukan sekadar bangunan bagi orangtuanya saja, ini adalah bangunan untuk anak-anaknya agar memiliki masa depan lebih baik.#KampungSusunAkuariumhttps://t.co/0Q4TWm6MP4 pic.twitter.com/iBVcK8inuJ
— Anies Rasyid Baswedan | Sudah #VaksinDulu (@aniesbaswedan) August 19, 2021
Sebanyak 103 keluarga, warga Kampung Susun Akuarium merayakan Hari Kemerdekaan ke76 Republik Indonesia di tempat tinggal baru, setelah diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Selasa. #tempoVideo https://t.co/hcaGSnZEEo
— TEMPO.CO (@tempodotco) August 18, 2021

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
