Tahun lalu (2021) saya berkesempatan mengunjungi Maluku Utara dalam rangka menghadiri pelantikan Bupati Halmahera Selatan. Saya menginap di sebuah hotel di kota Ternate. Keesokan harinya saya dan rombangan ke Sofifi, ibukota Provinsi Maluku Utara dengan kapal cepat.
Perjalanan dari kota Ternate ke Sofifi memakan waktu 3 jam. Sebagai orang yang lahir di Kawasan Timur Indonesia, saya sangat menikmati perjalanan di laut walaupun agak bergelombang.
Saya teringat, pada masa kecil, bapak saya Haji Umar sering bercerita ketika pulang dari berlayar di Taliabo, sekarang menjadi Kabupaten di Provinsi Maluku Utara untuk membeli rempah-rempah. Pada hal jarak antara Kendari Sulawesi Tenggara dengan Maluku Utara sangat jauh.
Bahkan bapak saya pernah berlayar sampai di Tawao, Malaysia dengan pakai kapal kayu dan layar kain tanpa mesin kapal seperti sekarang.
Kehidupan masyarakat di masa lalu dan masa sekarang yang jauh dari ibukota, nampak mereka bahagia. Bapak saya dan anak buah kapal kayu di masa lalu walaupun mengarungi laut yang sering bergelora dan tidak mudah, mereka sangat bahagia.
Begitu juga, yang saya saksikan sekarang masyarakat di Maluku Utara dengan segala keterbatasannya dan kampung halaman saya, Kendari Sulawesi Tenggara, walaupun masyarakat yang bukan ASN/PNS, kehidupan mereka sehari-hari tidak mudah, anak-anak mereka tidak banyak yang berpendidikan tinggi, tetapi mereka nampak bahagia.
Saya bersyukur kpd Allah dlm rangka pelantikan sahabat saya Usman Sidik, Bupati Halmahera Selatan, saya bersama Pak Edy, Pak Hendra dan Bung Hamid mengunjungi obyek sejarah
Kesultanan Islam Maluku Utara sebagai Benteng Islam di Kawasan Timur Indonesia – https://t.co/XUIUv4CXtZ— Musni Umar (@musniumar) May 24, 2021
Maluku Utara provinsi dengan tingkat kebahagiaan tertinggi https://t.co/CcO91xrzOT
— IDN Times (@idntimes) January 3, 2022
Menurut Saya Tidak Bisa Dibandingkan
Parameter bahagia, menurut saya tidak bisa dibandingkan antara Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Papua dan berbagai provinsi di luar Jawa dengan Jakarta.
Jakarta, hanya bisa dibandingkan tingkat bahagia masyarakatnya dengan Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok dan berbagai kota besar di dunia.
Tantangan yang dihadapi masyarakat Jakarta dengan masyarakat di Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Papua dan lain sebagainya, sangat jauh berbeda.
Setidaknya ada lima alasan, masyarakat Jakarta tidak bisa dibandingkan dengan masyarakat Maluku Utara, Sulawesi Tenggara dan berbagai Provinsi di luar Jawa.
Pertama, mayoritas masyarakat Jakarta sudah sangat maju dilihat dari berbagai aspek. Pada saat yang sama sangat tinggi tingkat stres mereka.
Kedua, pembangunan pisik di Jakarta sangat maju, hanya bisa dibandingkan dengan Kuala Lumpur, Bangkok, Singapura dan berbagai kota besar di dunia. Kemajuan pembangunan pisik, dengan segala keindahan dan kenyamanan kota Jakarta, juga menghadirkan banyak persoalan sosial, sehingga masyarakat nampak bahagia secara lahiriah, tetapi batinnya belum tentu.
Ketiga, pendidikan mayoritas masyarakat Jakarta tidak bisa dibandingkan dengan masyarakat di berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia dan luar Jawa. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi ekspektasi (harapan), sehingga kebahagiaan yang dikejar belum tentu digapai.
Keempat, tantangan dan kompleksitas yang dihadapi masyarakat Jakarta sangat jauh berbeda dengan masyarakat di Maluku Utara, Sulawesi Tenggara dan sebagainya. Karena tantangan yang dihadapi sangat kompleks, maka mereka yang tinggal jauh dari ibukota, bisa lebih bahagia.
Kelima, parameter bahagia pasti berbeda mereka yang tinggal di Jakarta dan mereka yang tinggal di Maluku Utara, Sulawesi Tenggara dan di luar Jawa, karena tantangan dan ekspektasi tinggi yang ingin diraih.
Survei BPS: Indeks Kebahagiaan Warga Jakarta Turun https://t.co/K2qLv50jUy
— CNN Indonesia (@CNNIndonesia) December 31, 2021
DKI Jakarta masuk ke dalam deretan provinsi dengan tingkat kebahagiaan warga yang tergolong rendah. Hal itu terungkap dalam hasil survei yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) melalui survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) tahun 2021. https://t.co/nPPyCEAs90 pic.twitter.com/Tg4pX7qNGI
— IDN Times (@idntimes) January 3, 2022
Jakarta: Maju Kotanya, Bahagia Warganya
Badan Pusat Statistik menyebutkan, Indeks kebahagiaan sebagai ukuran pembangunan yang bersifat subjektif ditawarkan untuk melihat persepsi masyarakat tentang apa yang dirasakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Pendekatan yang digunakan adalah kepuasan hidup, afeksi (perasaan), dan eudaimonia (makna hidup),” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam Kata Pengantar buku bertajuk Indeks Kebahagiaan 2021.
Kepuasan hidup, perasaan dan makna hidup, bisa jadi mereka yang merasakan bahagia, tingkat pendidikan, kesejahteraan, tidak setinggi yang hidup di DKI Jakarta, tetapi kehidupan yang dialami disyukuri, sehingga mereka merasakan makna hidup, yang akhirnya hadir kebahagiaan pada mereka.
Selamat siang dari JPO Karet!
Pejalan kaki di Jakarta makin dimanjakan dengan rampungnya revitalisasi Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Karet Sudirman.
Mari kita jaga dan pelihara JPO baru ini ya Warga Jakarta!#wajahbarujakarta #jpokaret #revitalisasijpo
sumber:IG/matajkt pic.twitter.com/PMayGko5vD— Pemprov DKI Jakarta #PPKMLevel2 (@DKIJakarta) January 2, 2022
Indeks Kebahagiaan
BPS menemukan bahwa Maluku Utara merupakan provinsi paling bahagia dengan skor 76,34, disusul Kalimantan Utara 76,33 dan Maluku 76,28. Tak ada satu pun provinsi di Pulau Jawa yang masuk dalam 10 besar provinsi paling bahagia.
Ketiga kota tersebut, tidak bisa dibandingkan dengan Jakarta sebagai ibukota negara republik Indonesia.
Berikut 10 provinsi dengan Indeks Kebahagiaan 2021 tertinggi di Indonesia:
Maluku Utara 76,34
Kalimantan Utara 76,33
Maluku 76,28
Jambi 75,17
Sulawesi Utara 74,96
Kepulauan Riau 74,78
Gorontalo 74,77
Papua Barat 74,52
Sulawesi Tengah 74,46
Sulawesi Tenggara 73,98
Sekali lagi membandingkan 10 provinsi tersebut dengan Jakarta, bisa dikatakan bagaikan langit dengan bumi. Kebahagiaan yang dicapai, ditilik dari berbagai aspek, tidak mungkin disamakan dengan Jakarta.
Selainnya, 10 provinsi dengan Indeks Kebahagiaan 2021 terendah di Indonesia:
Banten 69,08
Bengkulu 69,74
Papua 69,87
Nusa Tenggara Barat 69,98
Jawa Barat 70,23
Nusa Tenggara Timur 70,31
Sumatra Utara 70,57
DKI Jakarta 70,68
Aceh 71,24
Sumatra Barat 71,34
Semoga tulisan ini, memberi manfaat dalam upaya kita mewujudkan kebahagiaan dan kemenangan.
Cegah Jakarta tenggelam, Pemerintah Pusat dan Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi membangun Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).https://t.co/FzByoOD7vP#sistempenyediaanairminum #SPAM #jagaairkita #pamjaya #dkijakarta #kotakolaborasi pic.twitter.com/MEl2JgVQRL
— Pemprov DKI Jakarta #PPKMLevel2 (@DKIJakarta) January 3, 2022

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
