Pada 5 Februari 2022, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) genap berumur 75 tahun. Selama HMI 75 tahun telah mengabdi kepada bangsa dan negara dengan mengkader mahasiswa demi “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT,” telah mengalami pasang surut.
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang didirikan di Yogyakarta pada 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 merupakan organisasi perjuangan dan pengkaderan yang diprakarsai pendiriannya oleh Lafran Pane beserta 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam (sekarang Universitas Islam Indonesia.
Agussalim Sitompul dalam bukunya “Sejarah dan Perjuangan HMI” (1947-1975) menjelaskan latar belakang berdirinya HMI ada tiga faktor. Pertama, situasi negara kesatuan republik Indonesia. Kedua, kondisi umat Islam Indonesia. Ketiga, situasi dunia perguruan tinggi dan mahasiswa.
Dari tiga faktor yang menjadi latar belakang didirikannya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dapat disimpulkan bahwa lahirnya organisasi mahasiswa tertua dan terbesar di Indonesia karena panggilan sejarah untuk ikut menyelamatkan bangsa dan negara yang baru seumur jagung, menyelamatkan umat Islam, perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan.
Koorpres Mau Kader KAHMI Jadi Pemimpin Masa Depan Indonesia@ArizaPatria #Kahmi #MNKahmi #KahmiNasional #HMI #Forhati #Kohati #Yakusahttps://t.co/hX1fHmntYl
— Majelis Nasional Kahmi (@kahminasionalRI) February 7, 2022
Eksebisi Futsal HMI vs KAHMI NTB dalam rangka Dies Natalis HMI 75th. Yakusaa!!!@vivayogamauladi @ArizaPatria @hmiprogresif @koranhmi #kahmi #HMI #MNKahmi #DiesnatalisHMI #MunasKahmi2022 pic.twitter.com/QO5EIklpSM
— Majelis Nasional Kahmi (@kahminasionalRI) February 5, 2022
Panggilan Sejarah HMI 75 tahun
Himpunan Mahasiswa Islam yang lahir di Yogyakarta merupakan panggilan sejarah untuk berpartisipasi mempertahankan kemerdekaan negara kesatuan republik Indonesia.
Setidaknya ada lima alasan untuk memastikan bahwa lahirnya HMI merupakan panggilan sejarah.
Pertama, selama 1945-1947 Indonesia memasuki perang pisik untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Indonesia baru merdeka pada 17 Agustus 1945, sekutu masuk ke Indonesia dan Belanda yaitu Nederlandsch Indië Civiele Administratie (NICA) membonceng di dalamnya, sehingga bangsa Indonesia terpaksa angkat senjata untuk melawan penjajah yang come back.
Kedua, Indonesia pada saat itu menghadapi blokade politik dan ekonomi dari Belanda untuk melemahkan perlawanan bangsa Indonesia, sehingga HMI didirikan untuk berpartisipasi melawan penjajahan Belanda yang come back dan mempertahankan kemerdekaan RI.
Ketiga, pada 21 Juli 1947, Belanda melancarkan agresi 1 dan melancarkan politik adu domba untuk melemahkan guna menaklukkan Indonesia. HMI didirikan untuk menggalang persatuan mahasiswa Islam guna mengambil bagian dalam perjuangan melawan penjajah dalam rangka mempertahankan kemerdekaan RI.
Keempat, kondisi umat Islam dan bangsa Indonesia pada saat HMI didirikan 1947, sangat memprihatinkan karena penjajah mempraktikkan politik adu domba, dan politik pecah belah (Devide et Impera). HMI didirikan untuk mempersatukan umat Islam khususnya mahasiswa Islam sehingga bersatu melawan penjajah.
Kelima, situasi perguruan tinggi dan kemahasiswaan pada saat itu (1945-1947) mendorong Lafran Pane mendirikan HMI sebagai respon atas kondisi dan situasi perguruan tinggi dan kemahasiswaan saat itu.
Politikus dari Partai Gerindra, M. Taufik, dilantik menjadi Ketua Majelis Wilayah (MW) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Jakarta Raya (KAHMI Jaya) periode 2022-2027. #TempoMetro https://t.co/g5iVdAQg6x
— TEMPO.CO (@tempodotco) February 7, 2022
"Teaser" Dies Natalis Himpunan Mahasiswa Islam Ke – 75 Tahun.
"Berdaya Bersama Menuju Indonesia Emas 2024"KAHMI MW Bengkulu & HMI Cabang Bengkulu
Dalam Agenda | Jalan Sehat,Vaksinasi Covid 19 & Check Kesehatan Gratis @ArizaPatria @vivayogamauladi#hmi #hmihits #hmijaya #kahmi pic.twitter.com/SBxTF6qjxr— Majelis Nasional Kahmi (@kahminasionalRI) February 7, 2022
Kontribusi Kebangkitan dan Kemajuan
Berkat pengkaderan HMI, organisasi kemahasiswaan ini mampu mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Bahkan setiap perubahan pemerintahan sejak era Pak Harto sampai era Jokowi, alumni HMI yang tergabung dalam KAHMI (Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam) selalu menempati posisi terbanyak di pemerintahan.
Mereka berasal dari partai politik, profesional, pengusaha, akademisi, organisasi kemasyarakatan dan sebagainya.
Walaupun alumni HMI banyak di pemerintahan, kontribusinya untuk membawa bangsa Indonesia dan negara kesatuan republik Indonesia bangkit dan maju seperti negara-negara lain, masih jauh dari yang diharapkan.
Pertanyaannya, mengapa kader-kader HMI di pemerintahan tidak mampu membawa Indonesia bangkit dan maju?
Jawabannya hanya satu, kader-kader HMI bukan pemimpin tertinggi di pemerintahan yang memimpin pemerintahan. Hanya sebagai pembantu yang melaksanakan visi misi pemimpin.
Milad HMI Ke-75, Alumni Kampanyekan Lawan Omicron Lewat Gowes – https://t.co/d6vhyP6enD https://t.co/dsRpZpRMsT #miladhmi #banten @hmi_online @HMI_BADKO @kahminasionalRI pic.twitter.com/pAyjYvvhxD
— Republik Merdeka Banten (@rmolbantencom) February 6, 2022
"Bahagia sekali tadi malam kami bisa menghadiri sekaligus melantik Pengurus Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Jakarta Raya (MW KAHMI Jaya) dan MW Forhati Jaya Periode 2022-2027 di Ballroom Aryaduta Hotel, Gambir, Jakarta Pusat." @ArizaPatria #kahmi #mnkahmi pic.twitter.com/bJwSRbdyhJ
— Majelis Nasional Kahmi (@kahminasionalRI) February 8, 2022
Momentum HUT ke 75 HMI Subang Berikan Awards, dari Media hingga Kepala Dinas Diberikan Penghargaan https://t.co/0xqrfDgAqB
— Kahmi Jakarta Utara (@KahmiJu) February 6, 2022
Kader HMI Yang Menjadi Presiden RI
Selama HMI 75 tahun, sudah sangat banyak kadernya di eksekutif, legislatif, yudikatif, akademisi, ulama, organisasi kemasyarakatan, profesional, pengusaha, LSM dan sebagainya.
Selain itu, sudah banyak kader HMI yang pernah dan sekarang menjadi Menteri, Gubernur, Bupati, dan Walikota. Bahkan pernah ada kader HMI menjadi Wakil Presiden RI.
Akan tetapi, belum ada kader HMI yang menjadi Presiden Republik Indonesia.
Oleh karena itu, merupakan conditio sine quanon, kader HMI yang berhimpun di KAHMI untuk berjuang menjadi calon Presiden dan Presiden RI.
Setidaknya ada enam alasan, kader HMI harus menjadi Presiden Republik Indonesia.
Pertama, alasan teologis yaitu untuk melindungi Agama (hifzuddiin) dan ulama karena ulama adalah pewaris para Nabi (Al ‘ulamaau waratsatul Ambiya).
Kedua, alasan ideologis yaitu untuk menyelamatkan Indonesia dari penguasaan dua kekuatan besar dunia (Amerika Serikat dan China). Selain itu, menyelamatkan Pancasila, dan kekayaan alam Indonesia yang sejatinya untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat.
Ketiga, alasan humanity, untuk melindungi segenap bangsa Indonesia guna mewujudkan keadilan dan kebenaran bagi setiap anak bangsa Indonesia tanpa memandang agama, suku, ras dan antar golongan. Selain itu, untuk membebaskan rakyat Indonesia dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan.
Keempat, alasan sense of belonging (rasa memiliki) Indonesia. Sebagai wujud rasa memiliki Indonesia, maka kader HMI terpanggil untuk memimpin Indonesia sehingga bisa merawat, menjaga, memelihara, membangun dan memajukan seluruh Indonesia.
Kelima, alasan sense of responsibility (rasa tanggungjawab) terhadap Indonesia. Sebagai wujud rasa tanggungjawab, maka kader HMI harus terpanggil untuk berjuang dalam pemilu Presiden 2024, dengan harapan rakyat Indonesia memberi sokongan dan kepercayaan kepada kader terbaik HMI untuk memimpin Indonesia.
Keenam, alasan unity of Indonesia. Dengan harapan tulisan ini memberi semangat kepada para kader HMI untuk bersatu dalam memilih Kader HMI terbaik yang diusung dan diperjuangkan dengan segala daya dan upaya agar tahun 2024, HMI dan KAHMI dan seluruh rakyat Indonesia telah memiliki calon Presiden RI dan Presiden terpilih dari HMI.
Semoga tulisan ini memberi manfaat kepada para kader HMI, para aktivis mahasiswa, para pejuang kemanusiaan dan rakyat Indonesia. Saya tutup tulisan ini dengan mengutip firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 140:
وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ
Dan hari-hari (kejayaan dan kemunduran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia

Musni Umar adalah Sosiolog dan Warga DKI Jakarta.
