Seorang penjual yang setiap hari melewati depan rumah saya, saat libur Isra’ Mi’raj (28/2), saya sempat bertemu, dia lalu curhat (curahan hati) dan meminta kepada saya supaya menyuarakan kesulitan rakyat kecil akibat naiknya berbagai macam kebutuhan.
Menurut dia, sekarang ini apa-apa sudah naik harganya, nanti kalau masuk bulan ramadhan dan lebaran Idul Fitri, pasti harga-harga semakin melambung harganya.
Rakyat kecil semakin sulit hidupnya kata dia. Tolonglah suarakan penderitaan rakyat kecil kalau masuk TV kata dia.
Bulan puasa masih satu bulan lagi, namun sejumlah bahan pokok mulai mengalami kenaikan. Di pasar Kota Rembang, Jawa Tengah, harga bawang merah mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Baca berita selengkapnya di https://t.co/JIUnDwHNe6#NewsOne #CariBeritaditvOne #BahanPokok pic.twitter.com/9XudbcGj8J— tvOneNews (@tvOneNews) March 1, 2022
ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi harga pangan yang mulai naik jelang Ramadan 2022. Begini kalimatnya. #AniesBaswedan https://t.co/hjZEiBx2PD
— JPNN.com (@jpnncom) March 2, 2022
Harga Kebutuhan Pokok Naik
Sebagai sosiolog tentu saya mendengarkan curhat seorang pedagang kecil yang sudah puluhan tahun kami berkenalan.
Untuk memastikan kebenaran yang disuarakan tersebut, saya juga cek ke berbagai pihak termasuk ke isteri saya. Isteri saya membenarkan naiknya harga berbagai kebutuhan rumah tangga termasuk isi ulang elpiji ukuran 12 kg dari sebelumnya Rp167.000/kg sekarang menjadi Rp192.000/kg (sudah final, termasuk ongkos antar).
Sejatinya kenaikan harga kebutuhan rumah tangga sudah mengalami kenaikan sejak akhir Desember 2021. Sekarang ini (2022) semakin meningkat harganya dan menjadi tontonan yang kurang baik karena terjadi antrian minyak goreng akibat langka di pasar.
Berdasarkan keluhan masyarakat dan pemantauan langsung di lapangan, hampir semua jenis komoditi terus merangkak naik. Kenaikan parah terjadi pada harga cabai, telur ayam, daging dan minyak goreng.
Pada 4 Januari 2022, tercatat harga minyak goreng kemasan bermerk rata-rata sebesar Rp 20.700/kg, telur ayam ras Rp 30.300/ kg, daging ayam ras segar tercatat Rp 38.350/kg, Gula Pasir Rp. 12.750 dan cabai rawit merah Rp.96.400,- per kg,. Ditambah lagi harga gas elpiji juga mengalami kenaikan seperti diungkapkan di atas.
Harga daging sapi di pasar tradisional Kota Bogor naik Rp 20 ribu! https://t.co/8J3hoH9Hu1
— detikcom (@detikcom) March 2, 2022
Importir sapi bakalan menanti kebijakan pemerintah membuka pasar baru. Ketergantungan pada Australia sebagai satu-satunya mitra impor berisiko mendorong harga daging sapi naik lebih tinggi lagi. #KoranTempo https://t.co/60NYioRZRO
— Koran Tempo (@korantempo) March 2, 2022
Penderitaan Masyarakat
Meningkatnya harga berbagai kebutuhan rumah tangga sangat memukul masyarakat yang bekerja serabutan, yang berpendapatan tidak pasti. Selain itu, mereka yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dan menganggur.
Penderitaan masyarakat bawah ini, akan semakin meningkat pada saat puasa Ramadhan dan lebaran Idul Fitri.
Masyarakat Muslim sejak kecil sudah dididik puasa pada bulan Ramadhan. Jika sudah tiba Idul Fitri, sudah menjadi budaya untuk beli baju dan silaturrahim.
Selain itu, menjelang lebaran Idul Fitri budaya mudik sulit dicegah. Pada saat itu, apapun yang dimiliki digadaikan untuk mendapatkan uang demi mudik atau membeli keperluan lebaran Idul Fitri.
Kondisi yang dialami masyarakat, semakin sulit karena akibat pandemi Covid-19, kehidupan masyarakat bawah bertambah sulit akibat ekonomi belum pulih, sehingga pekerjaan apapun yang dikerjakan masyarakat sulit mendapat penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kehidupan masyarakat kecil sudah susah, harus pula dibebani dengan biaya hidup yang terus meningkat sehubungan naiknya harga bahan pokok dan kebutuhan rumah tangga dipasaran. Dampaknya, semakin melemahkan daya beli masyarakat.
Pasar murah tersebut menjual berbagai komoditas pangan dengan harga terjangkau. https://t.co/caWLWsoej2
— Republika.co.id (@republikaonline) March 2, 2022
Hari Ketiga Mogok, Kios Daging Sapi di Pasar Tanah Abang Kosong https://t.co/13yPqeulIg #TempoFoto
— TEMPO.CO (@tempodotco) March 2, 2022
Solusi Yang Bisa Dilakukan
Setidaknya harus dilakukan berbagai kegiatan sebagai solusi untuk mengurangi kesulitan hidup masyarakat.
Pertama, pemerintah mengupayakan secara maksimal untuk menurunkan harga berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk melakukan operasi pasar secara terus menerus untuk menurunkan harga.
Kedua, pemerintah menggelontorkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) untuk menolong mereka yang sangat miskin sekaligus mendorong daya beli dan pertumbuhan ekonomi.
Ketiga, menggalang kesetiawanan sosial terutama para pengusaha besar untuk memberikan CSR (Corporate Social Responsibiliy) kepada masyarakat miskin di berbagai daerah di Indonesia.
Keempat, menggiatkan pembayaran zakat fitrah, infaq, sadaqah dan zakat harta pada bulan Ramadhan untuk dibagikan kepada mereka yang miskin, menganggur dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Kelima, pemerintah daerah dan berbagai lembaga Islam menggalang dana untuk memberi beasiswa kepada putera-puteri dari kalangan masyarakat miskin untuk melanjutkan pendidikan di dalam luar negeri.
Selain itu, ulama dan ustaz pada bulan Ramadhan dan bulan-bulan berikutnya untuk terus-menerus menggelorakan pentingnya umat Islam membangun ekonomi yang kuat, sumber daya manusia yang berkualitas serta membangun persatuan dan kesatuan.
Dengan melakukan tiga hal yang dikemukakan di atas, maka umat Islam yang masih miskin dan mengalami kesulitan, melalui anak-anak mereka yang berpendidikan tinggi, memiliki kegiatan ekonomi (bisnis) bisa membawa orang tua dan sanak famili keluar dari kemiskinan yang mendera mereka sepanjang masa.
Semoga kenaikan harga kebutuhan rumah tangga mulai sekarang sampai tiba bulan Ramadhan dan lebaran Idul Fitri bisa diatasi dengan semangat kolaborasi dan gotong-royong.

Musni Umar adalah Sosiolog dan Rektor Univ. Ibnu Chaldun Jakarta.
